Bagian 35

38.2K 2.9K 20
                                    

Hari ini Arlan akan pergi. Yup, siapa lagi kalau bukan dengan Jemima. Mereka akan pergi ke kediaman ayah wanita itu untuk ikut merayakan ulangtahun adik Mima dan kebetulan Arlan diundang oleh Papanya Mima, katanya sekalian kenalan dengan keluarga Mima dari pihak ayah. Tentunya Arlan tidak menolak karena baginya itu adalah kesempatan untuk bisa mendapat restu. Mereka sudah pernah bertemu sebelumnya sama dengan ibu Mima, jadi Arlan pikir tidak akan begitu sulit untuk melakukan perkenalan.

Arlan sih lumayan percaya diri ya, apalagi mengingat background keluarganya. Bukan berniat sombong, tapi terkadang background keluarga itu sangat membantu dalam hal-hal seperti sekarang ini. Arlan memang jarang memanfaatkan status orangtuanya, tapi sepertinya kalau dalam hal terdesak ia tidak akan menolak juga.

Selain itu ia juga tidak ada tampang-tampang jelalatan jadi cukup memungkinkan untuk memasang image baik di keluarga Mima, karena menurutnya itu wajib. Mima adalah perempuan yang Arlan pilih untuk masa depannya, dan Arlan akan melakukan semua yang terbaik bagi Mima. Lagian di usia sekarang Arlan sudah terlalu lelah mencari pasangan, menemukan satu yang klop ya mengapa Arlan harus menyerah?

"Mau kemana, Nak?" Saat baru sampai di lantai bawah, Arlan langsung disambut dengan pertanyaan Windy yang terlihat muncul dari pintu penghubung ke taman.

Paruh baya itu terlihat menatap putranya dengan penasaran karena pagi hari di weekend sudah kelihatan segar dan wangi.

"Mau ke acara keluarganya Papa Jemima, Ma. Ulangtahun adeknya," jawab Arlan sembari mencomot kunci mobilnya dari gantungan.

Arlan berjalan mendekati sang Mama sambil menenteng kado yang rencananya akan ia berikan pada adik Mima. Sang Mama yang sudah mengetahui latar belakang keluarga Jemima dari putranya itu, hanya mengangguk seraya tersenyum.

"Gak mau bawa buah tangan buat orangtuanya sekalian?" Tanyanya, membuat Arlan tersenyum.

"Nanti dijalan aku nyari sama Jemima, Ma. Soalnya kan aku belum tau mereka sukanya apa." Windy terkekeh pelan lalu menepuk kedua bahu lebar sang putra, memerhatikan penampilan Arlan lalu tersenyum puas.

"Udah ganteng. Ya sudah, sana berangkat. Jangan sampai terlambat. Tepat waktu adalah poin penting bagi keluarga calon istri," ucapnya dengan nada guyon namun serius juga karena Windy mau anaknya diterima baik di keluarga pacarnya.

"Nanti bilangin sama Papa kalo Arlan ada acara ya, Ma? Papa suka kebiasaan manggil nyuruh beresin kerjaan kalo libur begini."

"Tenang aja. Nanti Mama bilangin ke Papamu." Arlan sumringah lalu dia mencium pipi sang Mama sebelum akhirnya berpamitan untuk pergi.

Sampai di apartemen Mima dan mengabari wanitanya jika Arlan sudah menunggu, wanita itu bergegas untuk segera turun setelah satu jam sebelumnya mempersiapkan diri. Tiap sudut bibir Arlan tertarik lebar ketika melihat Mima berjalan ke arahnya.

Di mata Arlan semua perempuan selain ibunya dan Mima, buram. Karena hari ini Mima kelihatan sangat cantik. Dan mungkin hal sama juga dirasakan oleh Mima, melihat Arlan yang bersandar di body mobilnya terlihat sangat keren. Celana bahan krem dengan polo shirt donker itu kelihatan sangat cocok, apalagi bisepnya yang kelihatan membuat Mima rasanya dibuat mabuk kepayang.

Okay, itu cukup berlebihan!

"Ganteng banget, Pak! Mau kemana, sih?" Alih-alih menampilkan senyum-senyum malu, Mima justru menggodanya sembari mencolek dagu Arlan, membuat pria itu mendengus.

"Mau ketemu calon mertua lah! Jadi, aku harus kasih penampilan terbaik." Mima mengulum senyumannya mendengar jawaban Arlan.

"Tapi mertua kamu jadi empat nanti, emang gakpapa?" Arlan menggedikan kedua bahunya, ia lalu mengelus pipi Mima yang kelihatan flawless oleh olesan make up yang tidak pernah gagal.

My Beloved Staff (TAMAT)Where stories live. Discover now