Bagian 20

44.6K 3.4K 41
                                    

Double up yaaa😘

•Beloved Staff•

Arlan tengah memejamkan mata sambil duduk di atas sofanya ketika suara ketukan pintu terdengar, membuatnya mau tak mau menoleh untuk mendapati sosok Mbok Sri berdiri di depan sana.

"Iya, Mbok?" tanyanya seraya menatap asisten rumah tangga berusia senja tersebut.

"Mas sedang sibuk? Di depan ada Non Bella, kata Ibu kalau sedang gak sibuk temuin dulu Non Bella nya." Mendengar nama itu, Arlan merotasikan bola matanya. Mau apa lagi wanita itu? pikirnya, padahal Arlan sudah terang-terangan tidak ingin lagi terlibat apapun ---kecuali dalam hal pekerjaan--- dengan Bella.

Ia lantas menghela napasnya. "Nanti saya turun, Mbok. Tolong, bilangin Bella supaya nunggu di taman Mama aja."

"Siap, Mas."

Setelah Mbok Sri pergi, Arlan memutuskan bangkit dan mengenakan t-shirtnya. Meski malas, dia tetap pergi menemui Bella supaya perempuan itu bisa cepat-cepat pergi juga.

Bella tersenyum ketika melihatnya datang, wanita itu kelihatan cantik seperti biasanya. Ya, memangnya kapan seorang Bella tidak pernah kelihatan on point? Arlan tersenyum miring dan melangkah mendekati Bella.

"Ada apa?" Arlan bertanya tanpa ingin basa-basi, kalau bukan takut akan diomeli mamanya, Arlan enggan repot-repot menemuinya.

Bella menepuk bangku kosong di sampingnya seolah meminta Arlan untuk duduk di sana sebelum memulai pembicaraan, pria itu menautkan alisnya namun tak urung ia tetap mengambil posisi duduk di tempat tersebut, meski menjaga jarak beberapa centi.

Melihat Arlan yang lebih memilih untuk menatap ke depan alih-alih padanya membuat Bella sadar, bahwa sudah sejauh itu Arlan darinya. Arlan bukan lagi sosok sahabat yang akan melakukan segala cara demi membuatnya merasa senang, dan Bella merindukan hal-hal kecil yang dulu justru dia anggap kekanakan.

"Aku kangen kamu." Suara Bella yang terdengar lirih membuat Arlan sama sekali tak terenyuh atau iba.

Kalau Bella merindukannya Arlan harus bagaimana memangnya? Arlan kan tidak perlu bertanggung jawab untuk hal semacam itu.

Bella mengulurkan tangannya dan memegang lengan Arlan, berharap dia mendapatkan balasan sebuah genggaman hangat, ya meskipun itu hanya harapan. "Arlan, aku udah renungin banyak hal. Aku juga mencoba untuk introspeksi diri dengan apa yang terjadi dulu. Aku sadar, berapa kali pun aku bilang aku menyesal, itu gak akan merubah rasa sakit hati kamu. Tapi, Arlan. Kita masih bisa mencoba, iya 'kan?" Entah untuk keberapa kalinya Arlan menghela napas, kepalanya terasa berat karena memikirkan banyak hal sekarang harus ditimpa kembali dengan omong kosong dari Bella.

Pria itu melepaskan tangan Bella, mencoba agar tidak bersikap kasar karena mengingat Bella adalah seorang perempuan. Ia menoleh dan menatap Bella dengan dingin.

"Gak ada yang perlu dicoba lagi, karena kita gak pernah mulai sesuatu."

"Maka dari itu, Arlan! Kita gak akan pernah tau sebelum memulai, 'kan?"

"Gue gak mau, Bella. Okay, gue emang cinta sama lo tapi itu dulu. Sebelum gue sadar kalo gua gak lebih dari sekadar sampah buat lo. Buat apa gue menerima orang yang membuang gue? Bukankah hal sama bisa terjadi untuk kesekian kali?" Bella menggeleng cepat, wanita itu dengan keras kepalanya menarik tangan Arlan lebih erat.

"Arlan, maafin aku ... apa aku perlu bersujud supaya kamu mau maafin aku? Aku tersiksa sama perasaan aku sendiri, Arlan. Aku gak tau harus gimana kalo gak sama kamu!"

Arlan memejamkan matanya, ia memijit pangkal hidungnya, menepis tangan Bella lalu bangkit. "Jangan sampe gue bersikap kasar sama lo, Bella!" hardiknya, membuat Bella tersentak sembari berurai air mata.

My Beloved Staff (TAMAT)Where stories live. Discover now