Bagian 41

36K 2.8K 85
                                    

Gak ada apa-apa, guys. Gak boleh su'udzon ya!

•Beloved Staff•

Kekesalan Arlan rasanya naik sampai ke ubun-ubun begitu dia sampai di puncak setelah menempuh perjalanan malam-malam demi menjemput Mima, dan melihat wanita itu berdiri bersama Via disertai wajah menekuk karena kegiatannya terganggu. Ada sedikit kelegaan juga karena Mima kelihatan baik-baik saja, tidak seperti apa yang sudah dipikirkan sebelumnya ketika Mima tak ditemukan disekitar apartemen, ataupun kantor.

Arlan tidak sendirian, dia bersama William yang malah ikut-ikutan dengan alasan terlalu berbahaya berkendara malam sendirian.

"Kenapa pergi gak bilang siapa-siapa?" Pertanyaan tersebut langsung Arlan lontarkan seraya melepas jaketnya untuk dia pakaikan ke tubuh Mima.

Wanita itu tidak menolak karena udara yang sangat dingin agaknya bisa membuatnya membeku kalau terlalu gengsi menerima pertolongan Arlan.

"Bilang siapa? Orang gak ada siapa-siapa juga di apartemen!" jawabnya dengan sewot.

"Orang tua kamu nyariin, mereka panik kamu gak ada di apartemen. Kamu seenggaknya bisa kasih kabar sama aku, gak perlu panjang-panjang, dua kata aja gak masalah. Aku khawatir nyariin kamu seharian!" Mima menipiskan bibirnya, matanya mengedar ke segala arah berharap tidak ada yang melihatnya dimarahi Arlan. Kan malu.

Masih mencoba untuk membela diri, Mima kembali bicara dengan nada yang terkesan nyolot. "Bukannya kamu marah sama aku? Kamu juga gak ngabarin aku kok, ya aku gengsi lah ngechat kamu duluan!" Via yang melihat drama tersebut tak kuasa untuk menepuk dahinya, Mima tak ubahnya seorang remaja baru kenal cinta.

"Aku marah? Gak kebalik? Sekarang kita pulang---"

"---aku ke sini sama Via. Aku pulang bareng dia juga!" Arlan menghembuskan napasnya dan menatap Mima dengan lelah.

Sudah jauh-jauh datang ke tempat ini kalau Mima menolak pulang bersamanya, ya apa gunanya?

"Via pulang sama aku, Ma. Kamu sama Arlan aja. Selesain masalahnya berdua, oke?"

Via dengan cepat menyambar, "Tapi saya bawa motor, Pak."

"Kamu pikir saya gak bisa bawa motor gitu? Saya yang bonceng kamu, gak baik cewek berkendara malem-malem!" celetuk William membuat Via merotasikan matanya.

"Biasa aja kali, ngomongnya gak usah pake kuah!"

Mima mendengus pelan, tatapan tertuju pada Arlan yang baru saja mengulurkan tangannya. "Ayo, pulang!" Harusnya adegan seperti ini akan terasa manis dan membuat jantung berdebar, tapi karena Arlan melakukannya dengan ekspresi yang datar malah jadi menyebalkan.

Mau tak mau Mima pun menerima uluran tangannya dan berjalan mengikuti pria itu, sedangkan Via dengan William pergi ke arah lain dimana sepeda motor wanita itu terparkir.

Melakukan perjalanan dimalam hari tentunya memiliki kesan yang berbeda, selain karena lebih gelap juga rasanya jadi lebih tenang karena tidak seberisik siang hari. Mima menyukainya.

Di sampingnya Arlan masih terdiam dan fokus pada jalanan, beberapa kali Mima mencuri pandang pada pria itu dan menemukan beberapa perubahan, seperti rahangnya yang nampak kasar karena bakal janggut tumbuh, serta rambutnya yang memanjang, membuat pria itu terlihat semakin memesona. Aura pria welldone yang sangat sexy.

"Gak usah ngeliatin kayak gitu!" Suara bariton si pria berhasil membuat lamunan Mima pecah, dia langsung membuang pandangan ke depan dengan salah tingkah.

"Enggak, biasa aja."

Arlan tersenyum miring. "Katanya gak yakin lanjutin hubungan sama aku. Gimana mau putus kalo masih ngagumin aku begitu?" Kentara jelas kalau saat ini pria itu sedang mengejek Mima, hal tersebut membuat Mima sedikit tersinggung.

My Beloved Staff (TAMAT)Where stories live. Discover now