Bagian 34

39.2K 2.8K 20
                                    

"Ocha!"

Mima berlari begitu melihat Rosa yang sudah tiga hari tidak masuk kantor karena sakit. Kerinduan yang terasa tentunya langsung terbalaskan begitu melihat sahabat karibnya terlihat sehat seperti semula, hingga tak ragu Mima langsung memeluk Rosa dan mendapat balasan serupa.

"Gue kangen banget, Oh My God!"

"Gue juga!"

Keduanya tanpa malu meloncat kegirangan, mengabaikan tatapan orang-orang yang melihat mereka dengan aneh. Ini masih mending, coba kalau Via sudah datang, mereka pasti akan terlihat seperti anak kembar tiga yang berpelukan. Ditambah suara yang kencang cukup mengganggu orang sekitar.

Setelahnya, mereka pun saling melepaskan dan melempar senyuman cerah. "Sakit itu ternyata gak enak, Ma. Gue gak bisa makan seblak level 5 sama samyang selama seminggu. Makin meriang gue!" tutur Rosa disertai raut wajah melas yang membuat Mima ikut mencebikkan bibirnya. Sebagai sesama pecinta jajanan pedas, Mima mengerti apa yang sahabatnya rasakan selama proses penyembuhan.

Namun tak lama kemudian, senyuman Rosa kembali mengembang. "Tapi, terlepas dari semua kesusahan itu ada kebaikan yang gue dapet, Ma!" lanjutnya dengan nada menggebu-gebu.

"Apa?" Detik berikutnya Rosa mengacungkan tangan kirinya, memamerkan sebuah benda kecil yang melingkar di jari manisnya, tentunya Mima tak bodoh untuk mengetahui apa maksud dari Rosa tersebut.

"Gue dilamar Fariz, Mima! Akhirnya!" Untuk kesekian kalinya kedua gadis itu berteriak kencang penuh girang, Mima sampai memeluk Rosa seerat mungkin ---menyalurkan kebahagiaan yang turut ia rasakan pada sahabatnya.

Kehebohan tersebut membuat mereka benar-benar abai terhadap sekitar, seolah tidak boleh ada siapapun yang merusaknya, termasuk Arlan yang sedari tadi hanya menatap kekasihnya dengan tatapan bingung sekaligus tak menyangka. Arlan tahu Mima cerewet, tapi tidak tahu jika Mima bisa seheboh itu jika menyangkut dengan teman-temannya. Pria itu pun menggelengkan kepala sembari terkekeh dan memilih untuk menyingkir, memberikan kesempatan bagi Mima dihabiskan dengan teman baiknya.

Kabar mengenai Rosa yang dilamar mendapat sambutan baik dari rekan sedivisinya sekaligus membuat Via merasa jengah. Bukan maksud Via dengki pada kebahagiaan Rosa, tapi wanita itu terus saja memamerkan cincin di tangannya ke hadapan Via, sampai sengaja mengibaskan tangannya tepat didepan muka seolah ingin balas dendam karena Via selalu mengejeknya yang sudah pacaran lama tapi belum dilamar juga.

"Udah si, anjir! Lebay banget, astaga!" dumal Via seraya menepis tangan Rosa yang terus berseliweran didepan mata, membuat Rosa tergelak puas dan Mima cekikikan.

"Gak lebay, dong! Gue udah dilamar, nih. Bentar lagi tunangan terus nikah. Elo kapan?"

Mata Via membeliak seketika. Baik Mima maupun Rosa tahu jika Via sama sekali tidak tertarik pada sebuah komitmen apalagi pernikahan. Karena menurut Via, pernikahan baginya hanya sebuah ikatan yang bisa mencekik. Tidak ada cinta yang selamanya membuat bahagia, jadi Via menjauhi hal tersebut. Via dan Mima sama-sama memiliki orangtua yang bercerai, tapi menurut Mima khusus untuk kasus Via jauh lebih rumit dibanding dirinya.

Mima agaknya masih beruntung karena masih berhubungan baik dengan orangtua dan juga mereka cukup akur dalam menyangkut anak, berbeda dengan orangtua Via yang memilih seperti orang asing bahkan terhadap anak sendiri. Alasan yang membuat Via enggan untuk menikah atau memiliki anak.

Dan masih belum ada pembicaraan mengenai keputusan Via, meski dia kelihatan sangat supportif pada hubungan kedua sahabatnya, dia masih clueless terhadap jalan percintaan sendiri.

Rosa tidak mau Via hidup sendiri sampai tua, dan Rosa mau kalau Via bisa percaya bahwa dirinya berhak menjadi wanita beruntung yang mendapatkan pria baik serta dapat membuatnya bahagia. Tapi sepertinya Via sama sekali tidak luluh.

My Beloved Staff (TAMAT)On viuen les histories. Descobreix ara