Bagian 18

45.8K 3.7K 58
                                    

Tidur nyenyak Mima terusik oleh aroma sedap yang masuk ke dalam tempatnya tertidur. Perlahan dia membuka kedua matanya, menguap lebar dan meregangkan tubuh yang terasa begitu kaku seolah dia sudah bergulat sebelumnya, saking pegalnya. Mima terdiam sejenak dengan nyawa yang masih belum mengumpul sepenuhnya, kepalanya menoleh ke kanan dan kiri, mengedarkan pandangan ke setiap sudut ruangan hingga akhirnya keningnya berkerut dalam saat merasakan ada kejanggalan.

Sejak kapan lemari di kamarnya berubah warna menjadi abu-abu? Mima merasa tidak pernah men-catnya ataupun membeli lemari baru. Ketika matanya melihat ke bawah, seketika pupilnya melebar saat mendapati kasur dan sprei yang saat ini dirinya duduki bukanlah miliknya. Aroma maskulin yang tak asing seolah menyatu dengan pakaiannya karena semalam Mima asyik berguling dalam selimut dan kasur yang sama, tanpa menyadari bahwa tempat tersebut bukanlah apartemennya.

"Astaga, gue dimana?" Mima mulai panik, dia menyingkap selimut dan menghela napas lega saat pakaiannya masih utuh. Tapi, siapa yang membawanya ke sini? Dan ini tempat siapa?

"Udah bangun?" Suara bariton seseorang berhasil membuat Mima terperanjat. Wanita itu semakin melotot ketika dia mendapati sosok Arlan sedang bersandar pada daun pintu, memakai apron coklat seolah menunjukan bahwa aroma sedap yang telah membangunkan Mima, adalah berasal dari masakannya.

Dengan cepat Mima menghampiri pria itu disertai raut wajahnya yang tak bersahabat. Sekarang hanya ada pikiran buruk tentang Arlan dalam otaknya.

"Bapak apain saya?!" tunjuk Mima tanpa tedeng aling-aling, mengacungkan telunjuknya tepat didepan muka Arlan membuat si pria terlihat tak senang dan menepisnya.

"Gak sopan!"

"Apakah kesopanan penting sekarang, Pak Arlan? Kenapa saya ada di tempat Bapak? Dan ... Bapak apain saya?!" Wanita itu semakin sewot, Arlan merotasikan matanya malas. Bahkan aroma alkohol masih tercium dari Mima, tapi wanita itu malah menudingnya tidak-tidak.

"Harusnya kamu terima kasih sama saya karena nolongin kamu dari cowok jelalatan di luar sana?" Mima menautkan alisnya, lalu dia tertawa sumbang.

"Cowok jelalatan? Emangnya Bapak gak sama kayak mereka gitu?"

"Kamu anggap saya jelalatan?"

Mima menggedikan bahunya. "Saya gak bilang begitu. Saya cuman nanya. Oke, balik ke pertanyaan saya. Kenapa saya ada di sini?" Pertanyaan tersebut kembali terlontar dengan lebih tegas, takutnya Mima ada skandal yang lebih menakutkan dibanding skandal Arlan ciuman dengan Lova.

Bagaimana pun juga Arlan adalah pria normal, 'kan? Mima mengakui bahwa dirinya cantik dan badannya bagus, apa mustahil jika Arlan tidak tergoda?

Mima memukul kepalanya berkali-kali membuat Arlan menatapnya bingung. Astaga, kalau Arlan sampai mengatakan jika dirinya telah diapa-apakan, Mima akan sehancur-hancurnya. Dia akan langsung mengadu detik itu juga pada Papanya.

Wanita itu terhuyung saat dengan seenaknya Arlan menoyor dahinya. Pelan sih, tapi karena posisinya Mima sedang melamun jadi tidak sempat bisa menyeimbangkan diri.

"Kamu beneran gak inget semalam kamu kenapa, ha?" Kini giliran Arlan yang melemparkan pertanyaan bernada sinis pada Mima.

"Emangnya saya kenapa? Saya gak mungkin apa-apain Bapak, ya! Saya cewek baik-baik!" Wanita itu menjawab dengan sewot dan berhasil membuat Arlan merasa tersinggung.

Pria itu sontak berkacak pinggang, sorot matanya kini menatap Mima dengan jengah. "Jadi, maksud kamu saya bukan cowok baik-baik, ha? Ini balasan kamu setelah saya nolongin kamu yang mabuk semalam?!" Mima berdecak pelan.

"Saya tau, semalam saya ke kelab buat minum dan udah pasti saya mabuk. Tapi pertanyaannya, kenapa harus Bapak yang jemput saya? Dan kenapa Bapak malah bawa saya ke tempat Bapak? Pak, saya ini cantik dan masih perawan, ya. Kalo terjadi sesuatu sama saya---,"

My Beloved Staff (TAMAT)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon