Bagian 21

41.9K 3.6K 64
                                    

Jadi, sebenernya kalian tuh mau Arlan bersatu gak sih sama Mima, guys?🤔

•Beloved Staff•

Mima sangat jarang ---hampir tidak pernah menangis karena laki-laki, kecuali papanya sendiri saat menikah lagi, itu pun sudah sangat lama dan juga dia bukan tipe perempuan yang senang berpacaran atau menjalin hubungan dengan banyak pria sejak dulu. Terhitung hanya dua kali Mima pacaran, yaitu saat duduk di bangku SMA dan kuliah.

Lalu sekarang, setelah sekian lama dia mendapati hatinya sakit oleh seorang pria. Menangis seperti baru dipukuli tanpa bisa menahan apalagi menghentikannya. Dadanya sangat sakit dan sesak, berkali-kali Mima tepuk berharap dapat mengurangi kadar rasa sakitnya, namun tidak memberikan efek apa-apa.

Di hadapannya sudah ada dua bungkus kosong bekas coklat yang Mima habiskan dan satu masih dia genggam untuk dimakan. Katanya, makanan manis dapat menghilangkan stres dan mengusir sedih, tapi sepertinya mereka bohong karena tiga batang coklat yang nyaris Mima habiskan tidak menyembuhkan apapun.

"Ma, udah. Elah!" Coklat ketiga Mima direbut oleh Via. "Bukannya sembuh sakit hati lo, yang ada nambah sakit gigi!" omel perempuan itu disertai raut wajah yang kentara jelas kesal.

Rosa juga hanya bisa melihat Mima dengan iba sembari mengelus bahunya. Kedua temannya itu sedari tadi yang setia menemaninya menangis, membiarkan Mima menghabiskan semua snack tanpa berani mencegah.

"Mima, gue ngerti lo pasti sakit hati, 'kan? Tapi, jangan lakuin sesuatu yang justru akan merugikan lo juga. Lo bukan tipe orang seperti itu," ujar Rosa yang kini mengusap air mata yang mengalir di kedua pipi Mima.

"G-gue ... gak sakit hati! Gue ... cuman kesel. Gue marah karena difitnah ... gue ... gue marah juga sama Pak Arlan. Dia bohong sama gue, katanya dia bakalan terus peduli sama gue ... tapi dia malah cuekin gue saat gue difitnah!" erang Mima dengan tangisan semakin menjadi-jadi.

Rosa dan Via saling memandang satu sama lain sebelum akhirnya Rosa menghembuskan napas. "Mime, itu tandanya lo cemburu, Baby!" timpalnya sedikit geram karena Mima yang tak kunjung juga menyadari perasaannya sendiri.

"Gue gak cemburu!"

"Terus apa namanya?" sambar Via, wanita itu tidak bisa lagi bersabar. "Kalo gak cemburu, lo gak akan cuman perkara Pak Arlan yang cuekin lo dan milih gendong si Lova. Lo mungkin akan marah, tapi lo gak akan sampe nangis segini nya karena lo bukan tipe orang yang akan bikin pusing mau orang lain bersikap kayak gimana pun sama lo. Apa lagi tandanya kalo bukan karena lo mulai suka sama Pak Arlan? Lo cemburu, Jemima Anugerah!" Rosa menepuk lengan Via sambil memelototinya, lalu mengusap rambut Mima dengan sayang.

Sedangkan wanita itu masih terisak namun mulai mencerna apa yang kedua sahabatnya katakan.

"Ma, gak masalah kalo lo mulai suka sama Pak Arlan. Itu bukan kesalahan yang mesti lo tutupi, karena hati lo berhak untuk merasakan cinta. Sama siapapun. Lo sama Pak Arlan selama ini deket, bukan hal mustahil kalo lo bisa suka sama dia. Gakpapa lo cemburu. Stop denial, oke? Lo gak bisa terus mencari alasan untuk menghindari perasaan lo sendiri," terang Rosa panjang lebar. Berharap kalimat yang dia berikan dapat memberikan Mima kesadaran, bahwa cinta bukan sesuatu yang memalukan untuk diungkap.

Mima menipiskan bibirnya. Dia dan Arlan terbilang dekat untuk waktu yang cukup lama. Memang bukan dekat dalam artian romantis, namun tentunya mereka sangat akrab juga terkadang saling memberikan perhatian satu sama lain meski cara penyampaiannya harus menyebalkan.

Mima marah ketika Arlan memperkenalkannya pada anggota keluarga pria itu karena dia bukan siapa-siapanya Arlan, sedangkan hatinya berharap lebih.

Ya Tuhan, Mima sudah mengalami senjata makan Tuan.

My Beloved Staff (TAMAT)Where stories live. Discover now