Bagian 17

44.1K 3.6K 39
                                    

Suasana makan malam di kediaman Arlan kali ini terasa ramai karena kehadiran paman serta bibinya dari pihak ibu, yang baru pulang dari Hongkong setelah menetap selama kurang lebih enam tahun. Mereka berkunjung untuk melepas rindu karena sudah lama tak bertemu, meskipun obrolan mereka tidak jauh-jauh dari seputar  pekerjaan. Hingga akhirnya tiba pada waktu menyenggol soal Arlan, tentang status kelajangannya diusia ke 30 ini.

Pertanyaan 'kapan nikah?' sepertinya sudah menjadi bagian culture di Indonesia. Yang mana tidak bertanya seperti itu mulut mereka akan terbakar dan badan mereka gatal-gatal, hal tersebut lumrah terjadi di tiap keluarga sepertinya.

"Kapan mau kenalin pacar ke kami, Lan? Om sama Tante ini gak sabar mau hadirin nikahan kamu, lho!" ucap Tante Bertha, sembari melayangkan pandangan yang tak bisa Arlan jelaskan.

Arlan tidak marah, dia hanya selalu merasa sedikit tersinggung ---dan seperti perasaan bersalah, entah kenapa. Sama seperti kebanyakan rekan sebaya yang sudah memiliki keluarga kecil sendiri, Arlan pun juga mau. Tapi, semua itu seolah pupus ketika pernyataan cintanya mendapat penolakan yang cukup menyakitkan. Bukan trauma, hanya saja Arlan masih merasa kurang untuk membuat seseorang bangga bisa bersamanya. Itu saja.

Windy yang juga mendengar pertanyaan tersebut, melirik putra semata wayangnya yang terlihat tidak tertarik untuk menjawab pun menanggapi dengan lembut. "Do'akan saja, Tha. Arlan masih nyari yang cocok," timpalnya mencoba mencari aman.

Bertha hanya tertawa pelan dan melambaikan tangannya di udara. "Mbak Windy, kami sebagai keluarga sudah pasti mendo'akan yang terbaik. Tapi usahanya juga harus dikencengin, 'kan? Memangnya Arlan mau mencari yang bagaimana? Pasti banyak perempuan yang mau sama dia, secara Arlan ganteng, mapan juga. Bapaknya pengacara hebat. Mas Chandra memang gak coba buat kenalin Arlan ke anak temennya?" Kali ini pertanyaan tersebut mengarah pada Chandra selaku ayah dari keponakannya.

Chandra terkekeh kecil dan mengusap bahu putranya sebelum akhirnya membalas tatapan Bertha. "Dia sudah dewasa, sudah bisa menentukan jalan hidupnya sendiri. Masalah pasangan kami gak pernah maksa Arlan harus dengan siapa, asal perempuannya baik dan sayang sama Arlan."

"Lho, kok, begitu?" Antoni, paman Arlan langsung menyambar, "Nyari calon istri sudah pasti wajib ketahui bibit, bebet, dan bobotnya. Arlan itu berpendidikan, dia terpelajar, masa cari istri asal-asalan, Mas!" Chandra menggelengkan kepalanya.

"Nah, itu! Jadi, sudah tau 'kan kalo mencari pasangan hidup itu gak mudah kalo paman dan bibi Arlan sendiri sudah menetapkan standar tinggi buat calon istrinya. Bukannya bermaksud menganggap buruk orang berpendidikan, tapi jaman sekarang kita gak bisa dengan mudah menilai karakter seseorang hanya dari status saja. Saya mau nantinya, yang jadi istri dan menantu kami, benar-benar mencintai Arlan dengan tulus. Karena selain harta, hati juga harus kuat untuk sebuah rumah tangga. Kalo gak kuat, saya aja dulu nyerah ngejar Mamanya Arlan inget restu yang susah sekali dikejarnya. Betul apa betul?" Bertha dan Antoni sama-sama tersentak mendengar penuturan yang keluar dari mulut Chandra, keduanya lalu saling menatap satu sama lain dalam kebungkaman. Ya, mungkin mereka baru sadar siapa saja dulu yang menentang kedua orangtua Arlan untuk bersatu.

Salah satunya mereka!

Arlan tertawa pelan sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Padahal tidak ada yang lucu, tapi perkataan Papanya terasa menggelitik baginya.

Kini ditatapnya paman dan bibinya dengan santai. "Om dan Tante gak usah cemas masalah jodoh saya. Mending sekarang kita diskusikan masalah Bima? Bukannya minggu lalu dia dipanggil KPK masalah penggelapan dana pabrik? Gimana kemajuannya?" Arlan menarik senyuman manisnya, mengabaikan cubitan yang Mamanya berikan pada perutnya.

Rasa puas langsung terbayarkan tatkala melihat wajah Bertha dan Antoni yang memucat. Mungkin benar, kelemahan terbesar orangtua adalah anaknya. Buktinya, mulut besar mereka langsung terdiam ketika Arlan membongkar sisi gelap anak mereka.

My Beloved Staff (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang