Bagian 42

37.5K 3K 49
                                    

Happy weekend semuaa! Gimana nih, sejauh ini puasanya masih lancar atau udah ada yg bolong²?

•Beloved Staff•

Segalanya berjalan dengan begitu cepat. Setelah Hakim menyatakan tuntutan bahwa Bella mendapat hukuman penjara seumur hidup karena bukti-bukti kejahatannya, Mima mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang membantu dalam penyelesaian kasus tersebut, karena selama proses hukum tidak ada yang mempersulit hingga akhirnya Bella mendapat apa yang pantas dia dapat ---meski Mima masih merasa hal itu kurang, tapi Mima tidak bisa serakah karena bagaimana pun juga negara ini memiliki hukumnya sendiri dan Mima harus tetap mematuhinya.

Meskipun awalnya terasa berat, menjalani hari-hari yang biasanya selalu dilewati bertiga namun sekarang jadi berdua saja, Mima mulai ikhlas karena memang sudah seharusnya begitu. Saat ini, Mima mencoba untuk menjaga dengan baik apa yang ada disekitarnya dan sebuah kehilangan memang tidak bisa lepas dari hidup manusia, 'kan?

Setidaknya Mima sekarang akan lebih mengerti bagaimana polanya kehidupan berjalan, membuat lebih banyak hal-hal menyenangkan dan bermanfaat, agar saat kehilangan itu tiba, tidak ada yang perlu dirinya sesali.

Malam ini Mima akan mengadakan dinner bersama kedua orang tuanya dan kedua orang tua Arlan. Mungkin malam ini adalah perdana keluarga mereka saling bertemu dan Mima harap kedepannya akan lebih banyak kebaikan yang terjadi, serta keluarganya dengan keluarga Arlan bisa saling menerima.

"Kenapa gak semobil apa coba, Pa? Kan jadinya kayak iring-iringan gini, aku gak suka!"

Sayangnya belum apa-apa tapi Mima sudah mengomel. Alasannya karena kedua orang tuanya yang enggan bersama dalam satu kendaraan. Mima tahu kalau orang tuanya tidak seakrab itu bahkan masih sering diam-diaman ketika Mima mengajak bertemu, tapi kan ini acara spesial dan Mima ingin sekali saja mereka berada dalam satu kendaraan sama.

"Papa bawa mobil, Kak. Biar nanti pulangnya gak bolak-balik," timpal Bastian meladeni omelan anak pertamanya itu dengan tenang.

"Belom juga berangkat udah mikir pulang. Papa sebucin itu apa? Sampe gak bisa jauh bentar aja dari Tante Vani? Ini dinner sama keluarganya pacar aku loh, Pa!" Mima merengek seperti remaja pada papanya, hal tersebut membuat Bastian langsung tergerak untuk menenangkannya.

"Maksud Papa bukan gitu. Papa ngerti maunya kamu gimana, cuman kan gimanapun juga kalo suasananya gak nyaman, kamunya juga nanti jadi bete."

Wanita itu mendengus dan memilih untuk pergi menuju mobil yang lain, dimana mama dan adiknya sudah menunggu sejak tadi serta menonton drama anak dan ayah itu. Bastian hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah anaknya yang semakin hari ada saja yang dibuat masalah.

"Felix, nanti disana jangan rengek-rengek sama Mama minta pulang, loh! Kakak gak mau ya, kalo kamu rewel!" Baru saja masuk Mima sudah memberikan warning pada adiknya yang sejak tadi anteng duduk diatas car seat.

Sontak saja bocah berusia lima tahun itu menatap kakaknya dengan bingung. "Felix gak rewel, kok!"

"Kamu tuh suka begitu! Tiap Mama jalan sama Kakak suka minta pulang. Nanti kalo begitu lagi, Kakak gak akan beliin hotweels lagi pokoknya!"

"Mamaaa!"

Mega mendelikan matanya, kepalanya pening tiap kali Felix dan Mima bertemu dan tidak pernah akur. Padahal usia mereka terpaut sangat jauh dan Mega awalnya berpikir Mima bisa memperlakukan Felix seperti seorang ibu, tapi ternyata ekspektasinya terlalu tinggi.

"Udah, dong. Kenapa malah berantem! Jangan cemberut begitu mukanya ya, Mama gak mau kelihatan jelek didepan calon besan! Mima, jangan kayak anak kecil, ah! Mama udah kasih tau Felix, kok. Tenang aja," tegurnya pada kedua anaknya, membuat Mima memanyunkan bibir dan menatap lurus kedepan.

My Beloved Staff (TAMAT)Where stories live. Discover now