Bagian 16

43.9K 3.7K 60
                                    

Di part sebelumnya aku sempet typo nama Mima ya, guys. Wkwk. Soalnya tiap hari aku tuh ngetik banyak cerita, entah di hp lama atau yg sekarang ada kurang lebih 10 cerita tapi digantung, gak dilanjut apalagi ditamatin, hehe. Makanya deh jadi ketuker-tuker, apalagi Mima sama Melisa agak² mirip ya, say.

•Beloved Staff•

Pakaian yang berceceran di atas lantai satu persatu dipunguti oleh Lova. Dengan santainya ia memasang kembali dalamannya, terlihat tak memedulikan pria yang sedari tadi berbaring dibelakangnya, tengah memerhatikan tiap detail kecil dari gerakan gadis itu.

"Mau pulang? Tapi ini nanggung. Bentar lagi juga pagi," ucapnya menyayangkan Lova yang memilih untuk pulang dibanding menghabiskan sisa waktu bersamanya.

Lova menolehkan kepalanya hanya untuk melirik si tersangka yang membuat banyak tanda kemerahan di area dadanya. Menambahkan pekerjaan lain untuknya sebelum pergi ke kantor nanti, karena harus menutupnya dengan make up agar tidak kelihatan.

"Aku masih harus ke kantor. Lagian aku gak dibayar lebih buat sisa waktunya." Suara tawa renyah terdengar menguar dari si pria.  Jawaban yang Lova keluarkan terdengar seperti seorang wanita bayaran dengan jam terbang tinggi.

Pria itu menggaruk alisnya lalu perlahan bangkit untuk mengambil handuk kimono yang tersampir di kepala ranjang. Lova menghela napas ketika pria tersebut memegang kedua bahunya dan membawanya untuk berdiri tegak. Tanpa mengucapkan sepatah kata, orang itu mengecup pelipis Lova sebelum akhirnya menyerahkan secarik kertas berharga yang sejak tadi Lova nantikan.

Kedua bola matanya berbinar seketika, Lova tersenyum manis membuat pria dihadapannya terkekeh dan mencubit ujung hidungnya. "Masih mau cemberut?" Gadis itu tertawa jenaka lalu menerima cek yang telah diisi sejumlah uang. Bayarannya.

"Makasih, Om." Suara yang lembut tak ubahnya sebuah sutra, menjadi pemikat para target.

Setelah mendapat apa yang dirinya mau, sambil melayangkan kecupan di udara, Lova bergegas keluar dari kamar hotel setelah semalaman menginap bersama pria kaya raya. Dengan melenggok, gadis itu memasang senyuman manis menandakan bahwa suasana hatinya tengah baik. Ya, tidak ada yang bahagia setelah mendapatkan uang, maka itu juga yang Lova rasakan.

Jika ada yang tahu pekerjaan sampingan Lova selama beberapa tahun terakhir, mungkin pandangan orang-orang padanya akan berubah. Banyak yang menyayangkan usia serta parasnya karena memilih menjadi 'wanita bayaran' para pria kaya raya demi mendapat uang, tapi bagi Lova itulah keuntungan memiliki wajah cantik dan usia muda.

Ia disukai banyak pria haus belaian, dan juga mendapat banyak uang. Karena hidupnya tidaklah seindah itu untuk menjadi bahan bersyukur, banyak lubang yang harus Lova tutupi dan membuatnya menjadi kelihatan sempurna. Lova butuh uang agar dirinya tak mudah dihancurkan, namun cukup cerdik untuk menjadi seekor kelinci manis yang dianggap polos oleh orang bodoh.

Lova menghentikan langkahnya tepat didepan sebuah mobil yang terparkir di basement. Ia berkaca pada jendelanya, lalu membenarkan tatanan rambutnya yang sedikit berantakan sebelum akhirnya memasang senyuman manis hingga kedua sudut matanya melengkung bak bulan sabit.

Karena Lova bukan Mima, yang bisa mudah mendapat apapun dengan mudah dalam hidupnya. Padahal baginya, Mima tidak punya keahlian apapun selain keberuntungan.

•Beloved Staff•

Dengan tergopoh Mima berusaha untuk memasuki lift meski kesusahan karena jarak pandang yang tertutup oleh tumpukan barang di pelukannya. Dua kardus yang berisi sampel produk makanan terbaru mereka baru saja launching, dan Mima diperintahkan untuk membawanya ke ruang meeting saat ini juga.

My Beloved Staff (TAMAT)Where stories live. Discover now