Epilog

27 2 0
                                    

***

Demas yang telah siap dengan setelan jas hitam berdiri dengan gelisah menunggu dua mahkluk kesayangannya keluar dari kamar.
Di ruang keluarga Demas beberapa kali mengintip jam tangannya di balik kemeja yang sudah tertimpa jas.

"Sayang, masih lama gak?" pekik Demas.

Tak ada sahutan dari dalam kamar, Demas yang sudah tidak tahan karena kegelisahan akibat dikejar waktu, akhirnya menerobos masuk. Di dalam kamar Demas melihat pemandangan yang membuatnya tertegun sebentar.

Naira masih memakai daster yang sama ketika mereka bangun dari tidur dan belum bersiap sama sekali. Bahkan istrinya itu masih sibuk menggendong sang putra yang masih dibalut handuk biru terang dengan keadaan tertidur.

"Sebentar, ini Nawa selesai mandi malah rewel dan baru aja aku tidurin. Tadi susah banget mau dipakein baju jadi aku belum selesai siap-siap. Kamu mendingan berangkat duluan aja Demas, daripada telat nunggu kita. Aku sama Nawa nanti nyusul."

Demas diam, menimbang usul dari istrinya dan melihat waktu yang terus berjalan mau tidak mau Demas harus menyetujui usul Naira itu. Sebenarnya Demas enggan meninggalkan keduanya apalagi membiarkan Naira kesusahan membawa putra mereka yang gemuk sendirian.

"Gak papa, aku bisa ko bawa Nawa. Tenang aja," ucap Naira, meyakinkan sorot kekhawatiran suaminya.

"Ini kamu beneran masih lama sayang?" tanya Demas lagi.

Demas masih belum tega meninggalkan keduanya berangkat secara terpisah.

"Iya Demas, daripada kamu telat nanti jadinya malah batal wisuda."

Air muka Demas berubah menjadi lesu, dan tak bersemangat. Padahal dirinya ingin sekali datang dengan keluarga kecilnya secara bersama-sama. Bukan sendiri-sendiri seperti ini. Demas ingin memperlihatkan kepada teman-temannya yang sempat tidak menyetujui keputusan Demas, untuk melihat betapa bahagia hidupnya setelah lima bulan menikahi Naira dan menjadi ayah dari bayi laki-laki yang sehat itu sebelum dirinya menyandang gelar sarjana.

"Gak papa kan bisa ikut periode selanjutnya," ucap Demas merengut.

Naira tidak sabar, memberi sedikit pukulan di lengan Demas. Berusaha menyadarkan pemuda yang sudah menikahinya itu untuk menghilangkan egonya terlebih dahulu di situasi yang sedang buru-buru ini.

"Aww ... sakit sayang. Tega banget sama suami sendiri."

"Cepetan berangkat nanti kamu telat Demas," pekik Naira, geram melihat tingkah suaminya.

Demas yang terkejut saat mendengar suara Naira meninggi, langsung menatap takut wajah Nawa yang berada di gendongan Naira. Takut-takut kalau bayi lima bulan itu akan terbangun.

"Awas bangun anaknya, iya, iya ini aku berangkat. Tapi cium dan panggil aku sayang dulu boleh?" ucap Demas dengan suara membisik.

Tidak habis pikir melihat tingkah Demas yang semakin aneh saja, padahal mereka sedang dikejar waktu membuat Naira berdecak kesal.

Alhasil jalan satu-satunya Naira menuruti kemauan suaminya itu, agar Demas tidak terlambat dan bisa segera pergi untuk mengejar jadwal wisudanya hari ini.

Cup

"Demas Sayang ku berangkat duluan bisa?" ucap Naira dengan nada lembut yang terkesan dipaksa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nice To Meet You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang