3 kategori novel

19K 1.5K 156
                                    

Oke, serius, serius. Kali ini waktu sedang goreng tempe, mendadak terbesit ide tentang macam-macam model novel yang pernah kubaca. Ide itu berawal dari pengamatan saya mengenai ke"belum tentu"an.

Saya ingat sekali, dulu pernah ada orang yang bilang kalau Kho Ping Ho itu jelek! Jelek soalnya cuma modal drama dan seru-seruan. Tapi ternyata si jelek itu lebih laris keras daripada yang bilang jelek. John Grisham kalau dibandingkan dengan Haruki Murakami, bahasanya jauh banget. Tapi kalau diadu mana yang lebih informatif, mungkin Grisham yang menang.

Jadi, sebenarnya jadi penulis yang baik itu harus bagaimana? Apa harus jadi all-round writer yang tulisannya indah, informatif, dan dramatis? Mungkin kalau tiga aspek itu sama kuatnya, pembacanya yang kabur. Ada istilah Inggris mengatakan : Beauty lies in the eyes of the beholder. Artinya kurang lebih; bagus atau buruk itu tergantung siapa yang melihat. Ini artinya semua hanya masalah persepsi. Persepsi itu sangat subjektif sifatnya, dan sesuatu bila semakin subjektif, semakin sulit ditentukan benar-salahnya.

Jadi, karena itulah saya mengkategorikan para penulis jadi tiga macam.

1. Penulis dramatis.

Mungkin bahasanya biasa-biasa saja dan bukan kategori novel yang bisa dipercaya keakuratan faktanya (historis maupun saintifik), tapi ceritanya sangat kuat. Plotnya sangat menggugah dan menjerat para pembaca untuk bertahan menyeruduk setiap kata-kata tidak indah dan kesalahan logika maupun fakta yang ada di sana karena ceritanya sangat seru. Satu contoh yang baik dari novel ini adalah wuxia karya Jinyong, yang pernah dikritik keras oleh seorang dokter ahli akupuntur. Katanya asal-asalan mentotok orang. Tapi Jinyong tidak peduli, para pembaca juga tidak peduli. Karena memang yang disuguhkan di sana bukan teknik akupuntur, tapi cerita.

2. Penulis estetis.

Penulis macam ini biasanya mudah untuk kusukai, karena mereka sangat memahami kekuatan bahasa. Bagi mereka satu kata indah saja sudah mengalahkan ribuan coca cola (gue suka coca cola) dalam hal kenikmatan. Mereka adalah jenis orang yang merempongkan satu kata dan dibahas sampai berparagraf-paragraf. Mereka juga orang-orang yang menganggap penulis sarkastis seperti Shakespeare adalah orang yang memang sangat berbakat dalam bahasa dan bukan terkenal karena kebetulan saja. Mereka pandai bermain dengan bahasa dan kata-kata ganda, sangat witty dan patinya merupakan orang yang sangat cerdas. Biasanya narasi yang memiliki cerita biasa-biasa saja dapat terselamatkan berkat narasi yang sangat indah. Tapi narasi yang indah itu tentunya akan jadi menjemukan dan tidak menarik bila penulis yang menggunakan senjata ini tidak rajin memperkaya dirinya dengan pengetahuan baru.

3. Penulis profesor.

Penulis ini mungkin aslinya bukan orang sastra, tapi memiliki keahlian di bidang tertentu dan menyuguhkannya dalam narasi fiksi. Mereka memiliki kelebihan di bidang pengalaman dan pengetahuan, keprofesionalismean yang mereka miliki itu disadurkan ke dalam bentuk cerita. Mereka biasanya kaku, tapi bila pengetahuan yang mereka bagi ini tidak dialami oleh manusia lain pada umumnya, tulisan mereka bisa sangat disukai.

Di luar tiga kategori ini, pasti ada banyak kategori lainnya lagi. Tapi apapun kategori-kategori itu, bila anda ingin menjadi penulis yang baik, cobalah untuk menemukan kekuatan dan kelemahan anda. Kadang kelemahan anda bisa ditutupi dengan kekuatan anda tersebut. Tapi kadang juga, kelemahan itu hanya bisa disembuhkan dengan menambah pengetahuan anda. Kalau males belajar, cobalah untuk rajin membaca trivia atau thesaurus, semua itu bisa memperkaya karya tulis anda.

**oke, internet. apakah kamu sudah waras sekarang? masih perlu kutulis ulang lagi gak nih artikelnya? are we good? we're good? Good! I beat you, slow internet connection!! mwahahaha!!


Jadi, Kamu Pingin Jadi Penulis?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang