[Self-review] Tokoh Utama Ceritaku Kok Begini .. ?

1.2K 94 14
                                    

Maaf untuk judul yang ambigu dan bisa diinterpretasikan dalam banyak hal. Tapi sebenarnya ini hanya refleksi pribadi terhadap tulisan saya sendiri. Saya menyadari bahwa ternyata secara tidak sadar saya lebih suka memperkenalkan cerita dari tokoh yang tidak terlalu saya sukai dulu, bahkan kadang saya memulai cerita dari sudut pandang tokoh yang saya antagoniskan dari tokoh protagonis yang sebenarnya. 

Alasannya, mungkin karena dulu sewaktu saya masih kecil, saya nonton film Robocop bersama kakak saya, dan Robocopnya gak muncul-muncul. Lalu saya tidak sabar bertanya, "ini kapan Robocopnya muncul?"

Kakak saya menjawab, "sabar, jagoan selalu muncul belakangan."

Entah mungkin karena rasa kagum terhadap kakak begitu kuat, maka kata-kata itu sangat berkesan di dalam kepala saya yang masih baru 10 tahun hidup saat itu (masih jaman Robocop, brooo!!). Atau memang saya punya kecenderungan untuk menganggap bahwa protagonis utama itu membosankan? Yang pasti saya selalu lebih memperhatikan tokoh sampingan daripada tokoh utamanya.

Misalnya dalam film MMPR (Power Ranger US), fokus perhatian selalu tokoh utama si ranger merah, dan belakangan jadi si ranger hijau, putih, dan akhirnya jadi merah, lalu jadi legenda something (entahlah, gua dah males ikutin nih ranger, Garry Stu amat soalnya). Walau saat itu semua orang fokus pada si ranger merah atau si ranger hijau/putih/merah/legenda something ini, tetap fokus saya adalah siapa yang memerankan ranger biru. Saya suka warna biru waktu kecil, sekarang sih suka warna merah, hukum karma kali ya? 

Mungkin mulai sekarang enakan menyebut tokoh utama sebagai "tokoh yang jadi POV utama", daripada protagonis utama sih, karena belum tentu juga tokoh yang jadi main POV ini adalah protagonis utamanya. Biar singkat gua ketik "TYJPOVU" aja ya.

Yah begitulah sejak itu gua selalu mengidolakan fokus gua kepada tokoh yang dianggap sebagai sampingan, alias babunya tokoh utama. Misalnya di serial One Piece, sementara orang fokus ke Luffy sampe buta memuja dia, bagi gua tetep paling menarik Roronoa Zoro. Sekalipun setelah si Odachi-sensei nikah, Sanji juga jadi lebih developed karaternya (soalnya istrinya Oda suka sama Sanji sih), dan Zoro makin terbengkalai, gua tetep menjagokan Zoro. Sayang story one piece semakin mengerdilkan peranan Zoro dan didegradasi menjadi pemabuk (yang ga mabok2), tukang tidur, tukang nyasar, gitu aja. Jadi gua males ikutin One PIece lagi (tapi katanya sekarang dia ada arc sendiri sih, ga tau juga deh).

Maka dari itu, gua suka banget dengan cerita Avatar, The Last Airbender dan Final Fantasy XII dimana TYJPOVU nya sebenarnya cuma pengamat dari aksi-aksi berani dan jantan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh yang tidak menjadi sudut pandang utama. Baik Balthier dan Basch benar-benar menonjol dalam FFXII. Padahal kalau dipikir-pikir, sebenernya Balthier ada untuk pembanding Vaan dan sebagai target story bagi Vaan untuk menunjukkan kepada Audience bahwa karakter Vaan sudah berkembang dari bocah jalanan menuju Sky Pirate sejati (terlihat dari cara tokoh2nya membanding2kan Vaan dengan Balthier dimana Vaan selalu dipuji2 lebih baik dari Balthier, UNTUNGNYAAA, cerita itu gagal memindahkan spotlight dari Balthier menuju Vaan. Yes, that spotlight loves Balthier). Sementara itu Basch tidak diragukan lagi merupakan tokoh utama dari Final Fantasy XII, bahkan desain awalnya juga sudah merancangnya sebagai tokoh utama dari cerita ini. Namun karena menilai Vagrant Story gagal gara-gara tokoh utamanya sudah "tuir", maka pihak developer memutuskan orang Jepang lebih prefer main protagonis yang masih belasan tahun, maka dari itu diiptakanlah Vaan. Namun, tokoh utama ya tetap tokoh utama. Mau digeser takhtanya oleh tokoh manapun, Basch tetap main protagonist dalam FFXII.

Sementara itu gua suka ATLA karena semua porsi tokohnya balance. Karakter-karakternya sangat manusiawi. Aang, seorang bocah yang terbebani dengan tugas berat untuk meredakan kekacauan zaman memutuskan untuk kabur saking bingungnya dan gara-gara dia Fire Nation mengacau selama 100 tahun (tapi kok ga kalah2 ya si Earth Kingdomnya? 100 tahun man! Itu lama banget loh. Perang dunia II aja cuma beberapa tahun. Eh, tapi emang sih biasanya semakin destruktif peperangan, semakin cepat selesainya, vice versa). And of course, you can guess it, my favorite character of ATLA is no other than seorang tokoh yang sangat well developed, membawakan tema redemption dengan sangat baik, bahkan terbaik dari yang pernah saya lihat karena sudah sampai level inspiratif dimana mayoritas penonton ATLA sampai bisa related dengan tokoh ini. Tokoh luar biasa ini tidak lain adalah Prince Zuko.

I tell you, gak gampang bikin karakter seperti Prince Zuko.

Barang kali itu yang membuatku selalu menuliskan cerita, kemudian tokoh favoritku kuletakkan di tengah-tengah cerita. Efeknya yah, pembaca ada yang kecewa karena tokoh utama yang sudah terlancur dicintai ternyata bukan tokoh utama. Semakin lama mereka semakin kurang related dengan ceritanya dan mundur membaca sampai akhir cerita. 

Kalau menurut kalian sendiri bagaimana?

Apa kalian juga suka dengan tokoh sidekick melebihi tokoh utama sehingga memberi efek kepada cara kalian menulis cerita? 

Sharing-sharing aja di sini ya! 

Jadi, Kamu Pingin Jadi Penulis?Where stories live. Discover now