4 Elemen dalam Battle Scene

1.7K 106 18
                                    

Saya suka battle scene, karena saya suka matrial arts, suka senjata dan sejarahnya. Pendeknya, saya suka berantem. Sejak kecil. Saya suka aksi dan badassery. 

Jadi, izinkan saya untuk berbagi hal-hal yang berhubungan dengan Battle Scene, dan semoga bisa membantu anda untuk menuliskan adegan berantem dalam cerita anda. Mungkin gak mampu membuat battle scene anda jadi epicable, tapi mudah-mudahan bisa membantu anda memahami greget di battle scene.

Mari kita mulai dari pertanyaan ... kenapa battle scene Power Ranger jauh banget kalau dibandingkan dengan battle scene nya The Raid? 

Jawaban gampangnya sih bisa aja; Power Ranger seperti film kungfu jadul dimana gerakannya patah-patah dan koreografinya kebanyakan salto. Sementara itu The Raid gak tanggung-tanggung dalam menyakiti lawan, referensinya mantep, dan sebagian besar aktornya memang atlet bela diri.

Mari kita tahan dulu dan membahas empat hal yang paling krusial dalam battle scene.

1. Sensorik 
Seperti deksripsi narasi pada umumnya yang melibatkan indera, battle scene is all about sense. Unsur visual, misalnya, anda ingin membuat karakter anda salto sambil menembak musuh di depan. Unsur audio, suara-suara yang timbul ketika tinju melesat dan pakaian berkelebatan saat berkelahi. Bagaimana rasa sakit yang timbul saat terkena hantaman atau jurus lawan? Apa rasanya kalau ada darah menggenang di mulut? 

2. Efek
Seberapa jauh kita memahami efek, aksi-reaksi yang bisa dipertanggung jawabkan kenyataannya. 

Point saya di sini bukanlah harus serealistis mungkin, bukan! Anda boleh saja menulis situasi nyeleneh, tapi ada satu hal yang penting yang harus anda ingat saat membawakan adegan tersebut : jangan lupakan situasi para petarung. 

Petarung anda mungkin fokus pada lawan, sehingga tidak sadar jari kakinya putus, tapi anda tidak boleh lupa bahwa putusnya jari kaki si petarung memberi efek bagi pijakan kakinya. Bila si petarung menggunakan pakaian berat (misalnya) dia harus merasakan bagaimana pakaian itu memberi efek bagi gerakannya. Bila si petarung bertarung di hutan yang penuh pohon menggunakan pedang panjang, mungkin ayunan pedangnya sangat kuat sehingga dia bisa menebang pohon tanpa merasakannya, tapi anda harus ingat bahwa ada pohon yang terpotong, dan mereka berserakan di lantai hutan (tentunya akan memengaruhi pijakan dan pergerakan para petarung).

3. Akurasi
Ini bukan logika-logikaan yang sering diributin oleh para kritikus nubi itu. Ini adalah perkara apakah adegan tersebut cukup nyata, sehubungan dengan fakta dan trivial seputar pertarungan yang terjadi. Hal ini sepenuhnya adalah pengetahuan.

Misalnya anda sedang menulis tentang pengguna crossbow sedang terlibat dalam pertarungan kolosal. Anda bisa ditertawakan oleh orang yang paham crossbow bila anda menuliskan crossbow itu bekerja seperti gatling gun (kita sedang membicarakan crossbow pada umumnya). 

Termasuk juga bila ketika tokoh anda tertembak di ulu hati, dia punya waktu sekitar setengah jam untuk hidup dalam kondisi yang menyakitkan. Daripada langsung mati, atau tetap bisa berjalan dan berkelahi normal seakan badannya tidak didukung oleh organ. 

Sama seperti misalnya tokoh anda sedang terlibat dalam adegan tembak menembak dan bersembunyi dibalik meja. Pastinya peluru dengan mudah menembus meja dan membunuh si tokoh (kita tahu bahwa di film-film jadul, orang sering menggunakan meja untuk berlindung dibalik hujan peluru lawan dan selamat. Faktanya, meja bisa ditembus peluru seperti mentega).

Atau, peluru yang ditembakkan dari dalam air akan meluncur dengan lambat, tapi peluru yang ditembakkan ke dalam air akan meluncur secara normal.

Rule of cool bisa mengabaikan unsur ini, sih. Tapi anda harus tahu cara menggunakannya dengan aman.

4. Emosi
Emosi yang kumaksud di sini adalah situasi yang terbangun sebelum pertarungan ini terjadi yang mengakibatkan pertarungan tersebut penting. Sesuatu yang anda bangun dalam perasaan pembaca sebelum pertarungan itu terjadi.

Pertarungan-pertarungan dalam anime One Piece rata-rata memanfaatkan faktor emosi, terutama di chapter-chapter awal. Namun adegan pertarungan-pertarungan emosional digambarkan dengan kualitas yang konsisten baiknya dalam cerita Attack on Titan. Hampir setiap adegan berkelahi dalam Attack on Titan menggugah emosi dari para pembacanya.

Salah satu contohnya adalah adegan pertarungan antara Assault Titan melawan Female Titan. Pertarungan tersebut sangat emosional karena Eren menyukai Annie (canon, lho), karena Annie hanya seorang bocah yang terjebak dalam situasi tersebut dan dia hanya ingin pulang. Agar dia bisa pulang, dia harus bisa menangkap Eren. 

Bila tidak digambarkan sebelumnya tentang Eren yang tidak mau menerima kenyataan bahwa Annie adalah musuh mereka, dan bahwa dialah yang membunuh banyak teman-teman seperjuangan dengan darah dingin, pertarungan itu tidak akan terasa emosional.

==============

Semoga tulisan ini bisa membantu progress menulis anda.

Keep writing!

Jadi, Kamu Pingin Jadi Penulis?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang