The "Tragic Villain"

2.3K 247 27
                                    


Ada yang bilang bahwa cerita anda kualitasnya sama dengan kualitas villain yang anda ciptakan di sana. Sudah banyak cerita yang membuktikan klaim tersebut. Banyak cerita superhero yang mana villainnya justru merebut lebih banyak perhatian dan simpati dari audiencenya. Katakanlah Joker dalam Batman. Kita tahu bahwa orang ini salah banget, tapi sekaligus bener banget! Apa yang Joker ingin katakan sesungguhnya adalah hal-hal yang kita semua setujui, tapi tidak berani kita akui... saking salahnya! 

Atau pada cerita Hannibal Lecter, si kanibal. Sesungguhnya dia hanya orang biasa yang punya selera dan inteligensi. Si kanibal ini bukanlah orang barbar tak berpendidikan dan tidak punya adab. Dia cerdas. Saking cerdasnya, hanya orang-orang dengan pengetahuan tertentu yang memahami jokesnya (yes, including the audiences). Hannibal sebenarnya bukan orang berbahaya bila kamu berhasil menjadi manusia favoritnya. Tapi bila dia pikir kamu bodoh dan tak berguna, dia akan menganggapmu makanan. Yang menarik dari Hannibal Lecter adalah, saya jadi terpikir bahwa demikianlah kita manusia terhadap hewan. Sebagian hewan yang kita sukai, kita anggap sahabat. Tapi hewan lain yang kita anggap tidak ada manfaatnya, kita makan. Dan hanya manusia, makhluk hidup yang membunuh dengan seni legal: seni tata boga. Ya, anda harus percaya bahwa beberapa orang menganggap bahwa memakan otak monyet hidup-hidup adalah salah satu cabang seni tata boga! Sick!

Tapi sebenarnya semua pendapat itu bisa anda temukan di mana-mana kalau gak males kok. Google, Youtube, periksa saja semuanya dengan keywords "best villain". Pasti nama Joker dan Hanibal akan muncul dalam daftar. 

Untuk itulah, kali ini saya akan bahas satu karakter yang tidak kalah complicated dari kedua contoh villain paling berhasil di atas. Tokoh ini berasal dari Webtoon Korea berjudul Dead Days.

Pada awal kemunculannya, dia merupakan manusia paling busuk yang pernah hidup. Tapi, dia sebusuk itu karena dia melakukan apa yang selama ini manusia umum hanya mengimajinasikan saja. Kita benci dia karena dia melakukan hal yang tidak berani kita lakukan. Dari komentar-komentar di webtoon, kita bisa tahu seberapa ingin para audience untuk melihat orang ini mati. Tapi dia gak mati-mati juga! 

Seiring cerita bergulir, audience dibawa masuk ke dalam cerita. Satu demi satu kepingan masa lalu dan latar belakang terjadinya zombie apocalypse ini akhirnya terungkap. Termasuk cerita latar belakang si villain yang greget ini. Pada saat itulah, audience mulai memahami apa yang sesungguhnya terjadi. Ketika semua kesalah-pahaman antara villain dengan audience mulai terjelaskan, barulah akhirnya si villain ini menemui ajalnya. Ironisnya, pada saat hal itu terjadi, audience sudah tidak lagi menginginkan kematiannya, namun menginginkan akhir yang indah bagi pria malang yang tidak tahu apa-apa ini, yang satu-satunya keinginan dia adalah hidup bahagia bersama putri tercinta. Hidup biasa-biasa saja juga cukup. Namun pada akhirnya, tidak hanya mati mengenaskan, dia dibuang begitu saja seperti sampah. Satu-satunya kepingan manis yang tersisa baginya adalah pada saat dia akhirnya melihat putrinya lagi sebelum dia benar-benar mati. Sampai di sini saya berhenti membaca dan menangisi tokoh yang tidak pernah ada, yang mengalami kejadian tragis dan ironis yang tidak pernah terjadi. Dia seperti Guts dalam Berserk yang dikalahkan oleh hidup yang tidak pernah adil kepadanya. 

Dan lebih sedih lagi, ... saya lupa siapa namanya.

Itu sebabnya saya tidak menyebutkan namanya sama sekali. Google pun tidak membantu, sedangkan mencari di Webtoon males sekali rasanya dengan internet selambat ini. 

Demikian artikel ini saya tulis, semoga bermanfaat bagi yang membacanya :)

Keep writing!

Jadi, Kamu Pingin Jadi Penulis?Onde as histórias ganham vida. Descobre agora