PLOTHOLE

2.8K 228 53
                                    

Seriously, I can't believe that I should talk about this. This is the most basic knowledge of writing ... too basic that I asume that everyone already knows about this. Tapi apa yang kubaca dari obrolan di grup itu tadi pagi ... benar-benar membuatku harus menuliskannya. 

Fiuhhh .... 

Oke. Sebenarnya gue gak percaya kalau gue harus ngomongin soal plothole karena ini adalah pengetahuan paling dasar dari kepenulisan. Saking dasarnya jadi kuasumsikan bahwa semua penulis aspiratif sudah ngerti soal ini tanpa perlu diomongin lagi. Tapi obrolan yang tadi pagi gue dengar di sebuah grup facebook yang ono membuat gue mengelus dada. Bukan karena gue gak mau nimbrug, tapi yang ngobrol orang-orang yang mengaku sudah kredibel dalam tulis menulis, merasa sesepuh dan senior. Kalau gue asal nyablak aja, ntar gak sopan, jadi gue hanya bisa melampiaskannya di sini saja.

Untuk memperjelasnya, gue akan membocorkan sedikit kenapa gue jadi gemes sama apa yang mereka pahami tentang plothole. Walau gue yakin kalian yang baca ini juga udah pada ngerti plothole itu apa lah...

"Plothole adalah ... ketika menulis genre romance tapi isinya nggak ada romancenya sama sekali."

"Plothole adalah ... ketika seseorang yang ingin menangis, tapi dia tidak bisa menangis. Jadi agar bisa menangis, dia membunuh istrinya sendiri. Ini plothole karena lebay, harusnya dia cukup iris bawang saja kan bisa nangis."

Gue akan copas dari google mengenai definisi plothole agar bisa memberikan gambaran netral mengenai hal tersebut :

"In fiction, a plot hole, plothole or plot error is a gap or inconsistency in a storyline that goes against the flow of logic established by the story's plot. Such inconsistencies include such things as illogical or impossible events, and statements or events that contradict earlier events in the storyline."

"Dalam fiksi, sebuah plothole atau plot eror adalah jarak kosong atau inkonsistensi dalam cerita yang melawan arus cerita atau logika yang dibentuk oleh plot cerita. Inkonsistensi tersebut termasuk hal-hal yang tidak logis atau kejadian yang tidak mungkin terjadi, dan pernyataan atau kejadian yang saling kontradiksi dengan kejadian sebelumnya dalam sebuah kisah."

Jadi kalau ada cerita romance tapi gak romantis, itu namanya cerita salah genre. Karena plothole bukan soal genrenya apa.

Kemudian kalau soal memilih membunuh istri daripada motong bawang untuk nangis, itu namanya karakteristik. Karena kalau ini adalah plothole, gue akan mengatakan bahwa motong bawangpun sebuah plothole. Karena gue sendiri gak pernah nangis waktu motong bawang padahal mata udah gue deket-deketin ke bawang, gue cuma batuk-batuk aja paling. 

Selain itu kalau orang milih membunuh istri daripada motong bawang itu gak boleh, itu namanya membatasi imajinasi author untuk bercerita. Membunuh istri itu justru menarik karena menceritakan tentang karakteristik si tokoh yang saking desperatenya sampai menjadi seorang sadis. Justru malah jadi pembelajaran bagi pembaca bahwa kita gak boleh kelewatan hanya untuk merasakan sesuatu yang sederhana.

Adalagi plot yang dikira plothole, padahal bukan.

"Semua kurcaci menyukai coklat, mereka akan melakukan apapun agar mereka bisa makan coklat setiap hari. Bila pohon coklat di kebun mereka sedang tidak berbuah, maka mereka akan turun ke desa manusia dan mencuri coklat-coklat di dapur para manusia itu. Semua itu karena coklat membuat kurcaci bisa bekerja lebih giat dan bahagia."

Cuplikan di atas pernah disebut plothole karena menurut si penyebut, "gak semua orang(kurcaci itu orang, btw) suka coklat". 

Benarkah?

Menilik dari definisi plothole tadi,  "In fiction, a plot hole, plothole or plot error is a gap or inconsistency in a storyline that goes against the flow of logic established by the story's plot." logika yang dimaksud oleh definisi itu bukan logika sehari-hari melainkan logika yang dibentuk oleh plot cerita.

Kalau si penyebut cerita plot itu sendiri plothole, berarti dia gak paham logika dong? Karena "semua kurcaci menyukai coklat" itu adalah premis. Waktu belajar ilmu logika di STF beberapa waktu lalu, dalam menentukan kesimpulan, premis tidak bisa disalahkan. Maka dari itu kalau hasil logikanya salah, berarti premisnya perlu diperiksa kembali. 
PS: Gara-gara gue belajar logika sama si "penyebut" itu, nilai logika gue C, itu aja sebenernya D. dinaikin 1 grade karena si dosen ga mau ngeliat gue lagi di kelasnya.

Dalam dunia nyata, mungkin "semua orang menyukai coklat" itu bisa salah karena memang gak semua orang suka coklat. Tapi dalam sebuah cerita fiksi, benar salah premis yang dilemparkan author ke dalam ceritanya akan dipertanggung-jawabkan dalam plothole. Jadi kalau si author mengkhianati premis itu, itu baru disebut plothole. Kecuali kalau memang si author kemudian membuktikan bahwa premis tersebut salah, itu bagian dari cerita.

Contoh dari author mengkhanati premis : 

ini plothole : 

"Setelah menghabiskan satu bar coklat, Doni tidur siang dengan sangat pulas. Kemudian dia dibangunkan dengan teriakan istrinya yang marah-marah karena dia bermalas-malasan."

Disebut plothole karena premisnya adalah kurcaci suka coklat karena coklat membuat mereka bersemangat, sehingga bisa bekerja lebih giat. Tapi di sini dikatakan Doni jadi malas setelah makan coklat. Ini plothole karena plot mengkhianati premis yang telah dinyatakan oleh plot cerita itu sebelumnya.

Ini bukan plothole :

"Setelah menghabiskan satu bar coklat, Doni tidur siang dengan sangat pulas. Kemudian dia dibangunkan dengan teriakan istrinya yang marah-marah karena melihatnya bermalas-malasan. Doni jadi bingung kenapa coklat membuatnya mengantuk, dia membawa sisa coklat yang baru saja dimakannya itu kepada seorang profesor kurcaci. Profesor itu kemudian menemukan ada zat obat tidur di dalam coklat tersebut. Doni menjadi geram, pasti Stevo yang melakukannya!"

Yang atas kusebut plothole karena si penulis gak menjelaskan kenapa Doni bisa bermalas-malasan. Kejadian itu berhenti di situ saja dan ditinggalkan. Namun yang bawah itu bukan plothole karena sudah ada  kelanjutannya dan penjelasannya. Jadi kalau di dalam tulisanmu ada plotholenya, sebaiknya cepat-cepat menyadarinya dan bikin penjelasan kenapa bisa seperti itu.

Kalau mau contoh lebih banyak soal plothole, cobalah menonton sinetron sambil berpikir.

Jadi, Kamu Pingin Jadi Penulis?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang