Penyemangat Riset

8.9K 732 142
                                    

Riset itu penting karena dengan riset, tulisan anda akan menjadi semakin believable. Namun karena hubungan antara riset, believeable dan kenyataan itu sangat erat, maka ada beberapa hal yang menjadi masalah sehubungan dengan riset.

Hari ini saya akan berbagi sedikit pengalaman saya sehubungan dengan meriset untuk karya tulis.

1. Bagai Cebol merindukan Bulan, akhirnya cebol berpaling pada kolam.

Apabila anda menemukan gadis/pemuda yang begitu anda inginkan, tapi dia mencari pacar yang lebih dari kondisi anda sekarang. Katakanlah anda hanya ranking 1 dari belakang, dan calon kekasih anda itu maunya punya pacar yang ranking 1 dari depan. Anda bisa memilih dua kemungkinan : menyerah dan mencari calon pacar lain yang bisa menerima anda apa adanya, atau berjuang memperbaiki diri sehingga bisa ranking 1 dari depan dan layak menjadi pacar orang itu.

Pilihan pertama mungkin lebih mudah karena anda tidak perlu melakukan apapun, hanya menunggu. Namun mungkin juga malah anda tidak akan menemukan siapapun dan berakhir sendirian, dan akhirnya harus gigit jari saat teman anda yang ranking 2 dari belakang itu berjuang menjadi ranking 1 dari depan dan memenangkan orang yang anda taksir tadi.

Pilihan kedua mungkin sangat sulit dan melelahkan, karena perjuangan memang demikian. Tapi apa yang anda dapatkan dari perjuangan akan menjadi hal-hal yang tidak akan bisa dibeli oleh uang; pengalaman. Dan satu hal yang pasti dari perjuangan yang dilakukan secara sungguh-sungguh; apapun hasilnya (sukses atau gagal), anda tetap akan mendapatkan sesuatu yang berharga. Mungkin anda tidak akan jadi ranking 1 dari depan, tapi anda menemukan orang lain yang lebih baik daripada orang yang anda taksir tadi, yang bisa melihat dan menghargai perjuangan anda sehingga jatuh cinta pada anda.

Demikian pula dengan riset.

Misalnya, anda ingin menulis cerita tentang kehidupan sehari-hari manusia dari peradaban kuno seperti Roma pada abad ke 3. Hambatannya adalah : anda bukan orang Roma, anda tidak pernah ke sana, anda tidak tahu apapun tentang Roma, budayanya, musiknya, bagaimana mereka berkomunikasi dan bercanda, situasi jalanan, kota, pasar, dsb. Padahal anda punya impian untuk menuliskan cerita slice of life historical fiction berdasarkan Roma seakuratnya. Yang anda tahu dari Roma hanyalah gladius.

Mungkin anda berpikir, "ah sudahlah, aku menulis budaya Indonesia saja, walau ceritaku benar-benar ingin muncul dalam balutan budaya Roma."

Gara-gara itu anda malah jadi menulis seorang pemuda desa asal Indonesia yang bersenjatakan Gladius, yang berperang sebagai seorang centurion melawan kerajaan Majapahit yang menyerang kampung halamannya. Pembaca yang terganggu akan protes, "kok ceritanya campur sari gini sih?" atau, "ceritanya gak natural". Tapi anda tidak bisa menyingkirkan unsur gladius itu karena inti ceritanya ada pada pedang pendek yang menakhlukkan dunia tersebut. Padahal hambatannya cuma satu : anda butuh riset mendalam tentang Roma.

Sungguh sangat disayangkan bila anda mengorbankan cerita orisinal anda ke dalam bentuk lain hanya karena anda sudah kalah duluan saat menentukan apa saja bahan riset yang harus anda lakukan. Bilapun riset anda mengenai Roma mengalami kebuntuan dan kegagalan, saya yakin pasti ada banyak hal yang bisa anda dapatkan dari riset tersebut. Cerita yang lebih baik, mungkin? Atau anda menjadi master dalam budaya Roma dan melakukan seminar mengenai hal itu pada perkumpulan pecinta sejarah (ada gak ya?)?

Yang pasti, jangan membatasi kemampuan anda. Jangan melihat ke ujung, tapi mulailah sesuatu sedikit demi sedikit, anda akan terkejut melihat dimana anda akan berakhir nantinya.

2. Tidak punya waktu

Misalkan anda ingin merisetnya di perpustakaan, dan tidak punya waktu untuk membaca semua buku-buku tebal itu. Seseorang pernah mengatakan, "bila anda meluangkan waktu 1 jam saja untuk melakukan apa yang anda sukai setiap hari, maka setidaknya dalam waktu 5 tahun anda akan menjadi ahli dalam bidang tersebut". Selalu ada waktu untuk hal-hal yang memang bermakna bagi anda, bila tidak ada, mungkin hal tersebut tidak sebegitu penting untuk anda.

3. Malas riset

Bila kata "malas" sudah ikut campur, mungkin anda memang tidak layak melakukannya. Kalau memang niat, tidak akan malas.

Jadi, Kamu Pingin Jadi Penulis?Where stories live. Discover now