Cara Membaca dengan Baik dan Benar

1K 100 29
                                    

Ternyata membaca ada tutorialnya juga yah. Oke, ini bukan lah ranting terhadap orang-orang yang berkomentar di lapak saya, jadi tolong, dimohon dengan sangat untuk tidak tersinggung atau ngerasa sendiri. Karena ini murni adalah dahan. *eh?

Bab ini dimaksudkan untuk share pengalaman pribadi saja. Apabila terjadi kelak suatu saat di kemudian hari ada yang tersinggung sendiri dan panas sendiri, hal itu di luar tanggung jawab saya karena tidak ada maksud untuk menyinggung oknum tertentu.

Jadi, bagaimana cara membaca dengan baik dan benar? 

Rupanya membaca itu juga ada caranya, sama seperti mendengarkan. Sama persis. Karena pada dasarnya membaca itu menarik informasi yang disampaikan oleh seseorang, kemudian mencernanya di dalam kepala, sehingga si pembaca bisa menarik kesimpulan dari informasi yang dia serap. Mendengar juga sama, hanya saja bentuknya bukan bentuk tulisan tapi audio.

Nah, berdasarkan definisi tersebut, maka sesungguhnya tujuan paling utama dari aktivitas membaca/mendengarkan tidak lain adalah menyerap informasi. Dengan demikian, yang harus kita utamakan adalah bagaimana caranya agar kita bisa maksimal menyerap informasi yang ada?

Pertama-tama ingatlah kisah mengenai cangkir dan teko. Dalam kisah itu, cangkir minta diisi air oleh teko, namun sebanyak apapun air yang dituang ke dalam cangkir, cangkir tidak pernah penuh. Airnya malah luber ke mana-mana dan terbuang sia-sia. Setelah ditelisik, rupanya si cangkir menutup diri dengan tutup cangkir. Itu sebabnya air yang diberikan teko tidak masuk sama sekali. Nah, sama juga dengan membaca. Saat kita membaca, hendaklah kita membuka diri agar kita bisa menerima informasi yang ada.

Kita semua pernah berada dalam fase seperti itu, saya sendiri pernah terus menerus tidak puas dengan apa yang saya baca. Ada banyak hal yang bisa saya temukan kesalahannya. Bila tidak ada yang salah, saya jadikan salah. Namun lama kelamaan, saya jadi berpikir, apa gunanya itu semua? Untuk apa saya membaca bila saya tidak menerima semua yang saya baca?

Memang betul, kita harus bersikap kritis dengan apa yang kita baca/dengar. Kita harus menyelidiki dulu apakah betul informasi yang kita baca itu bisa dipertanggung jawabkan atau tidak? Ini juga adalah salah satu cara untuk membaca dengan baik dan benar yang tujuannya adalah untuk menerima informasi yang sedang disampaikan.

Adapun bersikap kritis itu sama sekali berbeda dengan bersikap arogan (mohon maaf karena saya tidak bisa menemukan kata lain selain "arogan" yang lebih halus). Perbedaan antara sikap kritis dan arogan terletak di tujuan dari perbuatan tersebut. Sikap kritis bertujuan untuk mempertanyakan kekuatan dari pertanggung jawaban yang ada dalam apa yang kita baca itu. Untuk menyeleksi apakah betul informasi yang kita terima itu pantas untuk kita percaya atau tidak. 

Sementara bersikap arogan itu adalah membaca dengan rasa percaya diri yang sangat tinggi sehingga sudah berprasangka duluan bahwa kita lebih tahu tentang ini itu, sehingga apapun yang kita baca kemudian, akhirnya menjadi salah. Padahal sesungguhnya kita saja yang tidak tahu.

Contoh dari sikap arogan dan kritis itu seperti ini :

Seseorang membaca pernyataan begini : 
"Terjadi pembunuhan di gang perumahan A, pada pukul 7 sore."

Seorang yang kritis akan berpikir seperti ini : 
"Kok bisa? Padahal perumahan A itu kan ramai, apalagi kejadiannya belum terlalu malam. Kenapa tidak ada satpam yang menolong?"

Sedangkan orang yang arogan akan berpikir seperti ini : 
"Ini hoax, karena perumahan A itu ramai dan kejadiannya pukul 7 sore. saudaranya cicitnya kakek buyut kakaknya adik saya tinggal di perumahan A, jadi saya kenal betul perumahan ini tidak mungkin terjadi pembunuhan. Lagipula ada satpam kok, pasti cepat ditolong."

Sesungguhnya selain dari "benar" dan "salah", ada sesuatu yang bernama "belum tentu". Kadang beberapa orang sering melupakan "belum tentu". Namun kita bisa melihat dari pikiran kritis, pertanyaan yang dilontarkan menuntut jawaban yang berupa penjelasan. Selama kita mencari penjelasan (dan menerimanya), maka pertanyaan itu merupakan pertanyaan yang sesungguhnya.

Sedangkan dari pikiran arogan yang di bawah itu, kita bisa melihat  bahwa tidak ada sama sekali ruang untuk orang lain menjelaskan apa yang terjadi. Pikiran arogan tersebut seperti gelas yang tertutup, akibatnya air yang sudah dituangkan oleh teko itu meluber ke mana-mana dan si gelas tetap kosong.

Selain dari hal di atas, ada satu hal lagi yang seringkali kita  lupakan; membaca dengan perlahan. Bisa dimaklumki karena semakin banyak orang yang menulis, semakin banyak informasi yang diberikan, jadi membaca buku dengan cepat menjadi tuntutan masa kini. Namun sesungguhnya, kita lupa bahwa kita berhak untuk memilih apa yang mau kita baca, dan membacanya secara perlahan dan santai tanpa tergesa-gesa. Karena kita ingin menyerap informasi secara benar, kita tidak bisa membaca dengan begitu cepatnya sehingga menghasilkan kesimpulan yang terburu-buru. Namun ada juga orang yang sudah terbiasa membaca sehingga kecepatan baca dan daya tangkapnya sudah level dewa. Hal ini yang luar biasa.

Semoga relfeksi pribadiku ini bisa bermanfaat bagi yang membaca, kita selalu ingin menjadi orang yang lebih baik di kemudian hari. Terima kasih atas dukungannya selama ini. Komentar kalian selalu terngiang di kepalaku setiap kali aku merasa putus asa sebagai seorang penulis dan menimbulkan rasa percaya diri lagi.

Jadi, Kamu Pingin Jadi Penulis?Where stories live. Discover now