Ucapan Terima Kasih

1.5K 165 37
                                    

Setelah di chapter sebelumnya, gantian saya yang diinspirasi dan diberikan banyak ilmu berharga oleh anda, sekarang saya akan kembali sharing seperti biasa.

Tapi sebelum saya mengembalikan situasi dalam suasana gak jelas seperti biasanya dalam ebook ini, biarkan saya meminta maaf dulu atas apa yang saya katakan di chapter sebelumnya. 

Bukan bermaksud mengeyel atau mencari pembenaran. Tapi perjuangan itu gak semudah Luffy teriak lalu hakinya muncul dan musuh KO. Perjuangan itu juga bukan seperti Goku yang dihajar mati-matian oleh musuh kemudian jadi godlike setelah dia menemukan kekuatan baru.

Cerita-cerita itu mungkin dibuat oleh penulis yang ingin menyelesaikan cerita dengan dramatis dan epic, karena porsi Arc sudah mepet dan harus segera move on ke arc berikut.

Perjuangan yang sesungguhnya itu seperti Guts dalam manga seinen Berserk, dimana masalah terus berdatangan setiap kali kita berhasil mengalahkan satu masalah. Masalah tidak akan pernah berhenti, dan setiap kali datang pasti dia selalu tahu bagaimana cara membuat kita berlutut dan menyerah. Itulah sebabnya semakin besar impian seseorang, semakin kuat masalah yang jatuh. 

Tapi masalah utamanya seperti ini. Apa yang bagiku sulit, bagi orang lain bukan masalah. Sebaliknya apa yang bagi orang lain sulit, bagiku itu sangat mudah. Misalnya seperti mencabut stapless pada papan kayu, bagi orang lain itu sangat sulit untuk dilakukan, tapi aku bisa melakukannya hanya dengan mencubit lepas staples-staples itu. Sementara itu bagiku sulit sekali untuk merapikan kamar, tapi bagi orang lain itu hal paling mudah yang mungkin dapat dilakukan. 

Untuk itulah, rasa-rasanya sangat absurd dan aneh kalau kita membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Bila aku mau memandingkan diriku sendiri dengan penulis lain, jelas aku kalah jauh. Yang lain sudah bisa melihat buku mereka mejeng di rak Big G, gue sibuk mikir mau banting setir ke media apa. Tapi kalau aku bandingkan kondisiku dengan 4 tahun lalu, sebenarnya sudah banyak sekali impian-impian kecilku yang telah tercapai. 

Tapi sekalipun aku tahu hal itu, tetap saja kadang pikiran yang realistis melihat pada kenyataan bahwa aku masih belum jadi siapa-siapa. Itu sebabnya kadang aku merasa sedih sekali dan masuk ke dalam mode depresi.

Initnya, aku mau bilang kalau dalam berjuang, sekalipun kita tahu apa yang benar, tapi tetap saja kadang kita tergelincir. Saat tergelincir kita sudah berusaha untuk menahan diri untuk menjerit karena tidak semua orang akan paham apa makna jeritan tersebut. Tapi kadang kita sudah benar-benar sampai pada batasnya, terdesak oleh waktu dan pembuktian diri, target dan deadline yang kita pasang sendiri, sehingga membuat kita semakin frustrasi dan menjerit tanpa peduli lagi.

Namun kurasa itu patut disyukuri, karena itu membuktikan bahwa kita masih manusia, dan membuktikan bahwa impian itu masih penting buat kita. 

Pada saat breakdown itulah, hal-hal seperti kekecewaan membuat kita meragukan diri sendiri. Seni itu gak mudah untuk diterima dan diapresiasi, karena seni adalah representasi dari jiwa pribadi seseorang terhadap dirinya sendiri atau terhadap dunia luar, sementara itu gak semua orang peduli apa yang kita pikirkan kecuali kalau mereka juga memikirkannya, kan? Di sini saya bicara realistis aja sih.

Biasanya yang kulakukan pada saat seperti itu adalah berdoa. Sungguh kalau kamu percaya bahwa Tuhan menjaga kamu setiap saat, jawaban yang kamu peroleh bisa sangat cepat. Pada saat kita meminta sesuatu, Tuhan langsung mengabulkannya, hanya saja Dia tidak suka memanjakan manusia. Dia akan membuat kita jadi pantas untuk mendapatkannya. Untuk itulah semuanya butuh proses, dan gak semua orang menikmati proses. 

Setelah berdoa, gue dengerin video hipnoterapi gratisan di youtube untuk meredakan kekalutan pikiran, setelah itu tidur. 

Baru kemudian setelah tenang, gue googling tentang masalah gue dan menemukan bahwa semua orang di dunia ini juga banyak sekali merasakan apa yang gue rasakan. Mengalami apa yang gue alami, bedanya, ada yang bunuh diri, ada yang memilih untuk banting setir, ada yang memilih untuk mengubah cara pandang dan menjadi sukses.

Ternyata sebenarnya tidak ada orang yang dipilih-kasihkan oleh Tuhan maupun takdir. Hanya saja kadang kita merasa sendirian dan menggapai tangan keluar untuk merasakan bahwa memang benar, kita tidak sendirian. Karena kebersamaan itu menyembuhkan hati yang hancur (ini sudah terbukti oleh sains), dan menguatkan mental seseorang. Jadi bila suatu saat kamu merasa sendirian, cobalah untuk mengontak teman-temanmu, teman sejati akan ada buatmu.

Sekalipun malu dengan apa yang kutulis di halaman sebelumnya, tapi aku gak akan mengapus halaman itu karena komentar-komentarnya sangat tak ternilai, dan aku akan membacanya lagi bila suatu saat kambuh lagi. 

Terima kasih banyak!

Jadi, Kamu Pingin Jadi Penulis?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang