Prolog

62.5K 4.9K 97
                                    

"Aku tidak akan mengantarmu ke sana." Pemuda itu menggeleng-gelengkan kepalanya dengan tegas.

"Tolonglah—" pinta saudarinya.

"Tidak," sela si pemuda.

Kemudian, wajah saudarinya mengeras. Dia bangkit dari duduknya kemudian berkata, "Kalau begitu biar aku berangkat sendiri saja."

"Silakan."

"Ibu akan marah besar kalau tahu kau membiarkanku pergi sendiri ke acara yang ramai seperti itu," kata yang perempuan sambil tersenyum penuh kemenangan ke arah saudaranya.

Pemuda di sebelahnya mendesah sebal. "Kau selalu tahu cara apa untuk memaksaku."

"Jadi?" Yang perempuan bertanya sambil tersenyum lebar.

"Baiklah." Si pemuda mendengus. "Ayo cepat. Aku tidak punya banyak waktu."

Di kemudian hari, pemuda itu sungguh menyesali apa yang telah dia lakukan. Mengantarkan saudarinya pergi adalah penyesalan terbesar di hidupnya.[]







Next Door to the RainWhere stories live. Discover now