Sekarang pukul setengah dua belas dan acara sejauh ini berlangsung dengan sangat lancar dan baik. Aku mulai berharap bahwa semuanya memang akan berjalan dengan baik dan kehadiran Nathan hanya akan berefek pada pemborosan oksigen di aula. Semoga saja begitu.
Aku baru saja selesai memandu kuis dan turun dari panggung ketika Kenzo dan Leo mendatangiku. "Apa acara setelah ini?" tanya Kenzo.
"Drama." Aku menatap mereka berdua dengan aneh. "Bukankah kalian sudah hafal urutan acaranya?"
"Tidak!" keluh Leo sambil mengacak-acak rambutnya.
"Ada apa?" tanyaku.
"Bisakah kau menukar jadwal drama dengan...." Kenzo berpikir lalu mengangkat bahunya. "Entahlah, dengan apa saja?"
"Tidak bisa. Drama memakan waktu satu setengah jam—berakhir pukul satu. Pukul satu, Sarah Bakker akan datang dan acara tanya-jawab dengan Sarah Bakker berlangsung sampai pukul dua. Setelah itu, acara selesai. Tidak. Tidak bisa. Jadwal tidak bisa diubah lagi," jelasku. "Memangnya ada apa?"
"Semua kostum drama hilang," jawab Leo. "Semua orang sudah mencarinya ke mana-mana. Tapi tidak ada yang berhasil menemukannya."
Aku melongo. "Semuanya?" tanyaku.
Kenzo mengangguk. "Semuanya."
"Bukankah kalian yang bertanggung jawab dengan kostum-kostum itu?" tanyaku sambil menatap Kenzo dan Leo dengan tatapan sekejam mungkin.
Kenzo dan Leo bertukar tatapan. "Yah, kami memang bertanggung jawab menyiapkan kostum dan sebagainya. Tapi mana kami tahu kalau kostum itu akan hilang! Selama aku bertugas menjadi pengurus kostum untuk acara-acara kita, tidak pernah sekali pun kostum hilang," kata Kenzo, membela dirinya.
"Lagi pula, kami lapar. Kami butuh asupan makanan. Kau tidak bisa memaksa kami duduk-duduk saja di ruang kostum sambil memelototi tumpukan baju-baju membosankan," sahut Leo.
Aku mendesah. "Ya, dan sekarang 'baju-baju membosankan' itu hilang," balasku dengan sebal. "Apa yang akan kalian lakukan?"
"Mana kami tahu! Makanya kami bertanya padamu," kata Leo.
Aku mendesah. Oke, tenang.
"Baiklah. Ayo kita ke ruang ganti dan lihat apa yang bisa kita lakukan."
[']
Semua kostum lenyap, hilang entah ke mana. Dan sekarang, di ruang ganti, semua orang panik dan sibuk melakukan apa saja yang mungkin bisa membantu, tapi yang dilakukan mereka pada akhirnya hanya mondar-mandir sambil berceloteh panik.
"Apa yang akan kita lakukan?" tanya Karen sambil menghampiriku begitu aku melangkah memasuki ruang ganti.
Aku terdiam sebentar sambil mengamati para pemain drama yang berasal dari ekskul teater.
"Kalau mereka sama sekali tidak mengenakan kostum dan hanya mengenakan pakaian yang mereka pakai sekarang, dramanya pasti akan jelek," kata Ayu sambil berjalan menghampiriku. Ia mengarahkan tatapan ke anak kelas sepuluh yang berperan sebagai Peter Rain. "Mana pernah Peter Rain mengenakan kaus oblong dan jeans pudar di tengah-tengah dinginnya hujan? Sama sekali tidak masuk akal!"
Ayu benar. Tapi bagaimanapun juga, drama harus tetap berlangsung.
Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling. "Di mana Megan?" tanyaku.
"Dia sudah berangkat untuk menjemput Sarah Bakker ketika kau mengadakan kuis tadi," jawab Kenzo.
Aku mendesah. Aku butuh Megan di sini. Aku butuh ide-ide geniusnya sekarang.
أنت تقرأ
Next Door to the Rain
قصص المراهقينDaftar hal-hal yang membuatku kesal: 1. Novel Peter Rain-ku diinjak-injak 2. Novel Peter Rain-ku dilipat-lipat sembarangan 3. Novel Peter Rain-ku dirobek-robek 4. Mendengar Peter Rain dihina Dan semua yang kusebutkan di atas tadi, pernah dilakukan o...