BAB XXV

15K 2.5K 132
                                    

a.n
iya, a.n-nya di awal biar ntar di akhir ada efek jeng jeng jeng gitu HAHAHAHAHA. Oke yang pertama, makasih banyaaakk buat komen pendapat soal NDTTR kemarin : ) Padahal tadinya NDTTR mau aku hapus /dilempar/ tapi enggak jadi karena kaliaan (ini kok geli amat, ya) wakakakak.

Oke, kedua, aku mau kasih tau kalau ini adalah chapter di mana siapa Nada dan alasan Nathan membenci Peter Rain akan terungkap /jeder jeger petir menyambar/ HEHEHEHE. Daaan berhubung kalian udah banyak banget berpendapat soal siapa Nada, aku bakal dedikasiin chapter ini ke gabbygloryy yang tebakannya paling tepat (aku sempet takut kamu cenayang).

Yang lainnya emang banyaaaak banget yang mendekati bener, tapi suka ada satu atau dua poin yang salah HEHE. Dan maaf kalau tau-taunya kamu udah pernah nebak yang bener tapi aku kelupaan. HEHE.

Oke, gitu aja. Selamat membaca semua : )

/jangan pada kabur abis tahu siapa Nada dan ada apa dengan Nathan ya wakakak/


Selamat menghabiskan waktu dengan Nathan... menghabiskan waktu dengan Nathan... waktu dengan Nathan.. Nathan.. Nathan.. Nathan!

Bel pulang sekolah itu berbunyi dengan nyaringnya, membuat murid-murid lain—yang tidak bisa mendengar bagaimana bel itu terdengar di telingaku—bersorak kegirangan. Sementara aku hanya bisa mendengus sebal.

Tapi aku juga tidak akan berbohong pada diriku sendiri dengan mengatakan bahwa aku tidak merasa gugup. Semalam, aku sudah menetapkan niatku untuk bertanya soal siapa Nada kepada Nathan hari ini. Tapi sekarang, entahlah. Aku agak tidak yakin.

Aku bisa melihat Megan berdiri di depan kelasku sambil melambai-lambaikan tangannya kepadaku. Aku mengangkat tanganku untuk membalas lambaian tangannya lalu bergegas menghampirinya.

"Ada apa?" tanyaku.

"Kenzo berkata dia akan mengantarku pulang hari ini," kata Megan sambil tersenyum lebar.

"Wow."

"Aku tahu. Wow."

"Alasan apa yang digunakannya?" tanyaku. "Kenzo tidak akan pernah berkata seperti itu secara terang-terangan."

"Memang," kata Megan sambil tertawa kecil. "Dia berkata, dia bersedia mengantarku pulang tapi sebagai bayarannya, aku harus mengajarkan Matematika kepadanya setiap akhir pekan."

Aku tidak bisa tidak tertawa. "Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui, benar?" kataku sambil masih tertawa. "Dia benar-benar pintar—walaupun tidak sepintar itu karena dia masih gagal menyembunyikan niatnya untuk bertemu denganmu setiap akhir pekan."

Megan tertawa.

"Berarti sudah hampir bisa dipastikan bahwa Kenzo juga menyukaimu," kataku.

Wajah Megan memerah. Sebelum dia bisa mengatakan apa-apa lagi, seseorang menepuk bahuku. "Hei." Nathan berjalan ke hadapanku.

Aku memutar kedua bola mataku. "Kau kan bisa ke perpustakaan lebih dulu. Aku akan menyusul."

"Aku tidak akan pergi ke perpustakaan sendirian dan meladeni penjaga perpustakaan itu seperti orang bodoh."

"Kau kan sudah bodoh," gumamku. Aku tidak yakin Nathan ataupun Megan mendengarnya.

"Kalau begitu, aku pergi dulu," kata Megan. Ia melemparkan senyum padaku. "Sampai jumpa."

Setelah Megan berlalu pergi, Nathan mulai berjalan menuju perpustakaan. Dengan terpakasa, aku mengikuti di belakangnya.

[']

Next Door to the RainWhere stories live. Discover now