Us

10.4K 943 12
                                    

Jimin menghentikan langkahnya ketika ia mendengar samar-samar isak tangis dari balik pintu tangga darurat. Ia yang asalnya hanya ingin berjalan-jalan melepaskan penat berubah penasaran dengan suara tersebut.

Perlahan ia membuka pintu darurat itu, melemparkan pandangan keseluruh ruangan namun tak mendapati siapapun disana. Ia mencoba masuk kedalam dan mendengar sumber suara dari tangga menuju lantai bawah. Ia mengikuti suara tersebut hingga akhirnya ia menemukan seorang gadis tengah terduduk dan terisak sendirian.

Ia berdiri diam tak bersuara. Sebenarnya ia tidak tahu harus berbuat apa dan berencana untuk pergi dari sana, namun gadis itu berbalik dan mendapati dirinya tengah berdiri diam. Jimin mendadak salah tingkah. Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Gadis itu menatapnya datar, kemudian berbalik sambil mengusap airmata yang tersisa dipipinya.

Jimin menghembuskan nafasnya. Yeah, he knew he must do something. Ia menghampiri gadis itu, mencoba duduk disampingnya dan menyodorkan air mineral yang ia bawa sedari tadi. "Sedikit air?" tawarnya.

Gadis itu menatap Jimin sebentar, kemudian mengangguk kecil dan mengambil air mineral tersebut dari Jimin. Ia meminum sedikit hanya untuk menghilangkan dahaga ditenggorokannya akibat menangis dan mengembalikan lagi pada Jimin.

"Kupikir aku berhalusinasi karena mendengar tangisan seorang wanita dari ruangan ini," ucap Jimin membuka pembicaraan.

"Apa aku menangis terlalu keras?" tanya gadis itu sambil menatap Jimin sendu.

Jimin manggut-manggut. "Ya, kupikir aku mendengarnya dari lantai atas..."

"Bohong." Gadis itu tersenyum kecil atas candaan Jimin yang sedikit menghiburnya. He really knows what to do for her.

"Jadi, apa yang membuatmu menjadi seperti ini, Seulgi-ssi?"

Gadis yang dipanggil Seulgi itu menghela nafas panjang. "Kau tahu, tekanan seorang idol..."

Jimin tetap menatap Seulgi menantikan kalimat selanjutnya.

"...kupikir aku tidak mungkin menahannya terus-menerus. Aku bisa gila. Dan aku tidak mempercayai orang lain untuk mencurahkan semuanya..."

Seulgi menghentikan omongannya. Ia menatap Jimin kaget dan langsung bangkit dari duduknya. Ia merapihkan rambutnya kikuk.

"Um... kupikir aku harus pergi..." Namun tangannya tertahan oleh Jimin.

"Kau bisa menceritakan semua. Kau bisa menjadikanku orang yang kau percaya," ujar Jimin mantap. Seulgi menatap ragu.

"Aku tidak tahu aku akan bisa atau tidak..." balasnya.

"Tentu saja, kita berteman, bukan?"

Seulgi kembali melirik Jimin. "Tak ada yang namanya pertemanan antara pria dan wanita..."

"Tentu saja," ucap Jimin sambil tersenyum. Membuat Seulgi ikut tersenyum kecil.

truly SUNSHINE »seulmin«Where stories live. Discover now