Stranger 2

2.9K 342 1
                                    

"Kang Seulgi, berapa kali aku harus meminta padamu..." Jimin memohon. Namun bahkan gadis yang ia maksud tak mengubris perkataannya sama sekali. Gadis itu terlihat sibuk dengan kertas-kertas didepannya, menggambar sesuatu yang Jimin akui sebagai sebuah karya menarik.

"Kang Seulgi..."

Kali ini Jimin terpaksa mengangkat wajah Seulgi untuk mendongak padanya. Kedua tangannya berada dirahang gadis itu lalu ia cium sekilas bibir tipis yang berpoleskan lipstick merah. "Kau yang memintaku untuk melakukan ini, Sayang..." jelas Jimin saat Seulgi memberikan tatapan jengkelnya atas perlakuan Jimin.

"Park Jimin, pergilah. Aku tidak ingin diganggu," ucap Seulgi dingin.

Namun bukan Jimin jika mematuhi perintah dengan begitu mudah. Ia tidak terbiasa mematuhi perintah karena ialah yang memberi perintah. Tapi sepertinya hal tersebut tidak berpengaruh pada gadis yang berhasil mengambil hatinya. Dan karena itu kini Jimin malah menarik Seulgi bangkit dari kursinya, mengangkat tubuh kurus gadis itu lalu meletakkannya diatas meja yang penuh dengan kertas berserakan.

"Park Jimin! Apa yang kau la―"

Jimin menutup rentetan omelan Seulgi dengan sebuah ciuman manis. Kembali menyatukan bibir mereka dalam nikmat. Jimin the good kisser, kutuk Seulgi dalam hatinya. Bahkan Seulgi tidak dapat menolak pesona bibir seksi Park Jimin hingga lelaki itu menguraikan cumbu mereka.

"Sudah cukup lama aku merasakan bibirmu dan rasanya tidak pernah berubah..." kata Jimin sendu. "Kang Seulgi, apakah aku masih seseorang yang asing untukmu?" Jimin menatap Seulgi penuh harap. Dan harapannya mungkin belum dapat terkabul karena Seulgi menganggukkan kepalanya kecil sambil bergumam,

"Ya."

Jawaban yang diberikan oleh Seulgi membuat Jimin kecewa. Ia menghembuskan aroma mint dari mulutnya dengan berat. "Jadi aku harus menunggu lagi?" desisnya. Jimin mundur selangkah menjauh dari Seulgi. Dengan kedua tangan yang tersimpan dalam saku, Jimin menyunggingkan senyum manisnya.

"Baiklah, akan kutunggu sampai kau mengatakan 'tidak' untukku..."

Seulgi menatap Jimin yang berjalan keluar hingga lelaki itu hilang ditelan pintu. Terukir senyum tipis pada bibir gadis itu mengingat bagaimana bagus bibirnya menyatu dengan milik Jimin.

Park Jimin, menunggu adalah kepalsuan, bukan?

##

Asing.

Kata itu yang selalu Jimin pertanyakanku untukku. I knew he was craving for me. Ia yang selalu mengatakan bahwa kami adalah dua insan yang seharusnya bersatu. Maksud lainnya adalah he wants me so bad, he wants to taste me.

Aku bukanlah wanita seperti itu, Park Jimin. Aku tidak akan terlena hanya karena kau terus menerus merebut ciuman dibibirku. Aku tidak bangga karena kau terus memujiku. Semuanya hanya seperti angin lalu.

Bahkan hadiah-hadiah yang kau berikan padaku tidak pernah sekalipun membuat hatiku tergerak. Berlian mahal yang kau persembahkan pada malam itu memang membuatku senang, tapi aku mengembalikan lagi akalku pada semula. Mengatakan pada diriku sendiri bahwa semuanya hanya sandiwara.

Kau melakukannya hanya karena kau penasaran padaku, juga tubuhku. Hanya karena aku berbeda dengan wanita lain yang dengan mudahnya kau dapatnya.

Apakah aku terlihat begitu menyedihkan?

Park Jimin, bagaimana jika kita bertukar peran? Kau berada diposisiku yang harus menekan semua perasaan ini dan aku berada diposisimu yang terus menerus membuat kupu-kupu diperutku berterbangan.

Sungguh, itu tidak semudah yang kau bayangkan. Aku akan bertanya sekali lagi. Apakah aku terlihat menyedihkan karena harus mengubur perasaan cintaku pada Park Jimin?

truly SUNSHINE »seulmin«Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang