Cherish Me

2.5K 288 6
                                    

"Jimin, aku harap kau berhenti melakukan hal ini," pinta Seulgi datar.

Lelaki itu menggeleng. "Aku tidak bisa, Sweetheart. Aku jatuh cinta padamu..." ucapnya.

"Kau hanya membuang-buang waktu untuk jatuh cinta padaku."

Jimin mengangguk setuju. "Kau benar, tapi aku menikmati semua momen kita. Kang Seulgi, aku tidak peduli kau akan mempercayaiku atau tidak..." Lelaki itu menatap Seulgi serius.

"...aku tidak pernah main-main terhadap perasaan ini. Aku tidak pernah berniat untuk mempermainkanmu..."

Ucapan Jimin bagai angin lalu dimata Seulgi. Semua yang lelaki itu lakukan hanya bualan yang gadis itu pernah dapatkan dari lelaki-lelaki sebelumnya. Didunia ini tidak ada yang asli. Dunia ini palsu, Park Jimin. Dan kata cinta yang keluar dari mulut setiap manusia adalah kebohongan tak berdosa.

Ciuman Jimin mendarat dipipi gembil Seulgi. Lelaki itu memeluk pinggangnya erat dan meletakkan kepalanya dipundak keras Seulgi. Gadis yang tengah sibuk dengan pekerjaannya mendengus pasrah.

"Park Jimin, masih banyak pekerjaan yang harus kulakukan. Keberadaanmu disini hanya akan menghambat seluruh pekerjaanku," usir Seulgi halus. Jimin mencibir kecil. "Baiklah, aku akan pergi..." Lelaki itu perlahan menjauh dari Seulgi. Namun tangannya mengambil kertas-kertas ditangan Seulgi dan memperhatikan dengan seksama.

"Desain yang bagus, Honey. Tapi kau tahu? Aku bisa memperkerjakan desainer terbaik sehingga kau tidak perlu repot-repot untuk mendesain sendiri baju dibutikmu..."

Perkataan Jimin membuat Seulgi tersenyum simpul. Ia mengibaskan tangannya menyuruh lelaki itu untuk pulang dan mengambil kembali kertas-kertas desain yang Jimin ambil. Jimin menyunggingkan senyum manis pada Seulgi sebelum akhirnya lelaki itu pergi meninggalkan ruang kerja kekasih hatinya.

Seulgi terus memperhatikan Jimin melalui jendela diruangannya. Mulai dari lelaki itu keluar dari butiknya, berjalan menghampiri mobil mewahnya dan menghilang dari pandangannya.

Semuanya benar, bukan? Dunia ini palsu. Bahkan untuk sebuah passion, kau bisa membelinya dengan kertas-kertas laknat. You need to learn more about life, Park Jimin. That's why I tried hard to not in love with you. Because we're different.

##

Dua hari.

Sudah dua hari Seulgi menginap dirumah Jimin sejak malam dimana Jimin menghubunginya dan mengatakan bahwa dia sakit. Tanpa memikirkan apapun, Seulgi bergegas menuju rumah Jimin, padahal gadis itu baru saja pulang dari lemburnya.

Bubur yang hampir dingin terus Seulgi asupi kedalam mulut Jimin. Lelaki yang kini terlihat pucat telah menolak berkali-kali bubur tak berasa buatan Seulgi, namun gadis itu bersikeras untuk kesehatan Jimin. Dan akhirnya Jimin terpaksa memakannya karena bunyi perutnya tertangkap basah oleh Seulgi.

"Kau bekerja terlalu keras, Jimin..." ucap Seulgi setelah sekian lama keheningan terjadi diantara mereka.

"I have nothing to do unless working."

"Do something else. You can go vacation, so you won't be stressed."

"Alone? There's no different. I'd rather working if I have to go vacation only by myself."

"Then, take me with you."

Jimin langsung menatap kaget Seulgi yang berpura-pura tidak menyadari apa yang barusan ia katakan. "Kang, kau serius?" Jimin menahan lengan Seulgi yang hendak menyuapinya. Menatapnya penuh tanda tanya.

Seulgi mengedikkan bahunya.

Namun membuat senyum Jimin merekah sangat lebar.

"Apa yang membuatmu ingin melakukan liburan bersamaku?" tanya Jimin tak percaya. Lelaki itu terlihat sangat senang. Bahkan wajahnya berseri-seri. Lelaki itu terus tersenyum. Membuat Seulgi sedikit salah tingkah. Dan malu.

"Aku hanya ingin beristirahat. Itu saja."

Jimin manggut-manggut mendengar jawaban Seulgi. Lelaki itu terlanjur bahagia, jadi baginya apapun alasan Seulgi ia akan terima dengan lapang dada. Ia tarik lengan Seulgi yang sedari tadi ia pegang sehingga tubuh gadis itu turut mendekat. Dikecupnya bibir mungil Seulgi yang terasa hangat. Seulgi diam, menikmati apa yang Jimin lakukan padanya. Baginya Jimin yang sedang sakit terlihat sedikit lebih manis dari Jimin yang biasanya selalu terlihat tampan dengan jas mahal yang selalu lelaki itu kenakan. Jadi Seulgi tidak masalah jika Jimin menciumnya kali ini. Ia tidak akan menghindar seperti yang biasa ia lakukan.

"Bersiaplah. Aku akan melakukan yang lebih pada waktu liburan kita nanti."

Oh, Boi, it's been my pleasure...

truly SUNSHINE »seulmin«Where stories live. Discover now