Remake - Stranger 4

1.3K 93 2
                                    

Lagi-lagi alkohol.

Entah gelas keberapa yang Seulgi pegang. Hitungannya menghilang ketika sebuah pesan masuk dari Jimin.

Are you still up?

Satu pagi. Tentu ia masih bangun. Ia bahkan bisa terjaga sampai dua belas jam kedepan jika ia ingin. Mungkin karena kebiasaan pun pekerjaan yang memaksanya.

Ok, good night, Sweetheart.

Seulgi tersenyum simpul. Fashion Weeknya sudah terjamin, bahkan karirnya mungkin juga akan meningkat pesat di Fashion Week New York. Siapa yang akan menyangkan bertemu lelaki menyebalkan di pabrik kain akan membuka jalan lebar, tetapi dengan jaminan dirinya sendiri? Sama saja dengan ia menjual dirinya, kan?

I'm wide awake.

Persetan dengan Park Jimin. Lelaki dengan tangan penuh racun yang dua-duanya membunuh. Lagipula mengapa tiba-tiba dia mendeklarasikan mereka berpacaran? Seolah dirinya adalah milik lelaki menyebalkan itu.

What are you doing?

Wanna come over?

Seulgi tidak mengerti semuanya. Apa benar ini jalan yang ia inginkan? Menjajakan dirinya sendiri demi sebuah karir?

On my way.

Dua puluh menit kemudian Jimin muncul di depan rumahnya, apartemen sederhana namun sangat nyaman bagi Seulgi. Lelaki itu terlihat sedikit mengantuk namun masih dapat ditahan.

Mereka berdua duduk diatas kasur yang sama, saling berhadapan dengan segelas alkohol. Sesekali Jimin memejamkan matanya karena mengantuk, tapi tidak ingin tidur duluan dari Seulgi. Dan Seulgi, masih segar walau jam menunjuk angka tiga.

"Park Jimin..." panggil Seulgi ketika lelaki itu menyesap minumannya dengan perlahan. Hanya deheman yang menggema dalam gelas muncul sebagai sahutan.

"Ingin bercinta denganku?"

Pertanyaanya itu membuat Jimin cepat-cepat menyesap minumannya, bahkan sampai tak tersisa. "Kenapa kau bertanya seperti itu?" Sedikit terkejut juga Jimin mendengarnya.

"Aku tidak tahu, tapi aku merasa susah menjual diriku padamu demi sebuah keuntungan. Jadi kutanya apa yang kau inginkan dariku." Jawaban Seulgi sama dengan apa yang sebelumnya sudah Jimin tebak.

Jimin tersenyum. "Benarkah?" Senyum yang mendebarkan, tidak cukup tercover oleh alkohol apalagi jika sober. Seulgi akui lelaki itu penuh pesona.

Mendekatkan sedikit tubuhnya pada Seulgi, berusaha menggoda dengan gerak seakan hendak mencium pipi gembil Seulgi, Jimin berbisik,

"Kalau begitu haruskah kita tidur sekarang?"

Menjauhkan gelas di tangan masing-masing, Jimin mendorong tubuh Seulgi hingga mereka berdua menyentuh permukaan kasur. Sebuah kecupan manis di pipi kanan Seulgi menutup acara minum mereka. Jimin tertawa kecil, merasa geli saat Seulgi mengira bahwa mereka akan benar-benar berciuman.

"Selamat tidur, Sayang. Biarkan aku tidur bersamamu malam ini, hm?" ucap Jimin yang menjatuhkan tubuhnya disisi Seulgi setelah berhasil menggoda wanita itu.

Lalu Seulgi, wanita itu hanya diam. Sedikit kecewa tapi tidak terkejut. Pernyataan bercinta yang diucapkan olehnya dalam pengaruh alkohol mana mungkin langsung disetujui oleh Jimin. Lelaki itu patuh pada komitmen, tidak akan bercinta jika tidak ada perasaan. Seulgi pernah mendengarnya suatu saat ketika mereka duduk di meja bar. Mengingat hubungan yang dideklarasikan oleh Jimin beberapa lalu semakin menguatkan teori Seulgi bahwa tidak ada perasaan diantara mereka. Semata-mata seperti permainan. Jika sudah bosan, ia akan ditinggalkan. Sekali lagi Seulgi tidak terkejut. Pun ia tidak ada perasaan pada Jimin. Hubungan mereka sebatas bisnis, saling menguntungkan. Jimin mendapatkan hiburan baru dan ia akan menanjaki tangga karir.

truly SUNSHINE »seulmin«Where stories live. Discover now