12:11

2.9K 398 7
                                    

Kupandang tangannya yang menahan lenganku. Keterkejutanku belum berakhir saat kudengar suaranya berbicara,

"Seulgi-ssi, bisakah kita berbicara sebentar?"

Aku menatapnya diam. Bingung, karena selama ini kami bahkan tidak saling mengenal. "Ada apa, Sunbaenim?" tanyaku kecil.

Dia terlihat sedikit kikuk, bahkan tidak berani menatapku. Ada yang dia inginkan sebenarnya?

"Umm..." Dia terlihat sedang mengatur kalimat yang hendak ia ucapkan. Namun aku menginterupsinya dengan berkata, "Jimin Sunbaenim, apa yang ingin mengatakan sesuatu?"

Entah aku yang terlalu percaya diri atau mataku yang bermasalah, tapi pipi lelaki ini mendadak saja merona. Membuatku berpikir apa ada perkataanku yang salah. "Jimin Sunbae—"

"Cukup!" potongnya. Ia menghembuskan nafasnya panjang. "Aku tidak tahu ini pantas atau tidak, apakah ini terlalu cepat atau tidak, tapi Seulgi-ssi, semenjak tahun itu, 2014—"

"Hai, Nabi-ya!"

Aku terlonjak kaget saat seorang lelaki muncul dihadapan kami. Lelaki itu merangkulku sambil tersenyum. Kemudian melihat tangan Jimin yang masih menggenggam lenganku dan berkomentar,

"Ada apa ini? Mengapa kalian saling berpegangan?"

Oh, Ya Tuhan, mengapa makhluk ini harus muncul disaat yang tidak tepat. Kusunggingkan senyum miris dan Jimin melepaskan tangannya cepat. Aku merasa tidak enak pada Jimin karena pertanyaan lelaki yang akrab denganku itu. Sepertinya Jimin juga merasakan hal yang sama.

"Heechul Oppa..." tegurku.

"Kenapa? Apa aku mengatakan hal yang salah?" Lelaki itu kembali bertanya dengan polosnya.

Oh, sudahlah. Aku menyerah dengan lelaki yang satu ini. Kulepaskan paksa rangkulan Heechul. "Kau memotong percakapan kami, Oppa."

"Oh ya? Lalu apa yang kalian bicarakan?"

Kuisyaratkan Jimin untuk kembali melanjutkan perkataannya, namun lelaki itu terlihat sangat tidak nyaman dengan Heechul. Jadi aku berinisiatif untuk mengajaknya menjauh dari Heechul.

"Maafkan aku, Sunbaenim. Apakah kita harus mencari tempat lain untuk berbicara?"

"Hei! Hei! Aku juga ingin mendengar pembicaraan kalian!" protes Heechul. Ya ampun, benar-benar keras kepala!

"Heechul Oppa, kau benar-benar mengganggu! Sebaiknya kau pergi dari sini!" usirku dengan geram.

Akan tetapi Heechul masih tetap pada posisinya sambil menggeleng. "Tidak tidak tidak! Aku akan tetap bersama kalian atau kalian hentikan pembicaraan ini."

Aku diam. Jimin diam. Heechul diam. Tidak ada yang mengeluarkan sepatah katapun selama beberapa saat. Sampai Heechul memecahkan suasana dengan berkata,

"Baiklah, Jimin-ah, jika memang tidak ada yang ingin kau bicarakan, maka aku akan membawa Nabi-ku pulang. Kalau memang kau ingin mengatakan sesuatu pada Nabi-ku, aku harus mengetahuinya karena aku adalah Oppanya. Mengerti?"

Sangat memalukan. Apalagi saat Jimin dengan bodohnya mengangguk setuju. Lalu setelah itu Heechul membawaku pergi dari hadapan Jimin.

"Apa yang Oppa lakukan?! Dia bisa menyangka bahwa aku ini aneh!" Aku tidak bisa untuk tidak mengomeli Heechul. Kesal, tentu saja.

Heechul tersenyum. "Seulgi Sayang, jangan kau biarkan orang tak dikenal memasuki rumahmu..."

"Apa maksudmu?" tanyaku bingung.

"Dia itu menyukaimu, Nabi-ah. Jimin menyukaimu!"

"Benarkah?" Aku melotot tak percaya. Heechul mengangguk yakin. "Aku sangat yakin!"

Sontak senyumku mengembang. Aku bahagia. "Heechul Oppa, aku juga menyukainya!"

"What?!"

truly SUNSHINE »seulmin«Where stories live. Discover now