Untitled

5.2K 534 9
                                    

"Masuklah..."

Lelaki itu berjalan mendahuluiku. Melepas sembarang sepatu lusuhnya. Kaus kaki abu yang telah berlubang dapatku lihat dengan jelas dari kaki lelaki tersebut. Sama dengan celana jeans yang ia kenakan. Entah itu tren terkini atau sesuatu yang lainnya.

Aku melangkah ragu. Pertama kalinya aku memasuki rumah lelaki, lebih tepatnya lelaki yang tak kukenal. Dan aku bisa mengatakan bahwa perasaan itu sungguh tidak nyaman. Ada sebuah perasaan dimana aku merasa terancam dan takut untuk berada didalam sini. Tapi aku juga merasa aman. The feeling abut this guy would protect me, even though we're just stranger.

"Ini dapurnya. Kau bisa gunakan untuk keperluanmu. Dan disana adalah kamar mandi, kau bisa gunakan itu juga..." Lelaki itu menujuk buffet yang terdiri dari beberapa peralatan masak, lalu beralih pada pintu disampingku yang ia sebut sebagai kamar mandi. Ia membukanya untukku dan menunjukkan isi kamar mandi yang sangat sederhana. Hanya terdiri dari wastafel kecil dan cermin, kloset, dan shower dengan sebuah tirai penutup. "Mungkin sedikit kotor, tapi akan ku bersihkan," ucap lelaki itu malu. Aku mengangguk canggung.

Lalu ia beralih lagi menuju ruangan lain yang sepertinya satu-satunya ruangan yang tersisa. Terdapat sebuah kasur berukuran sedang disudut ruangan dan sebuah lemari kecil yang kupastikan isinya adalah pakaian lelaki itu. Juga sebuah jendela besar yang menampakkan pemandangan kota. "Dan disini adalah kamarku. Dan itu dimana aku menyimpan baju-bajuku..." Lelaki berambut oranye itu menujuk lemari tersebut. Sesuai dengan dugaanku.

"...dan kau juga akan tidur disini..."

Aku kembali mengangguk.

"Lalu kau?" celetukku. Jika aku yang menempati kamarnya, lantas dimana ia akan tidur?

"Tentu saja disini," jawab lelaki itu singkat. Membuatku memandang kaget. "Disini?"

"Disini?" ulangku lagi.

"Tentu saja. Ini kamar satu-satunya yang kupunya."

Aku sedikit tercengang. Aku tidak pernah berhubungan dengan lelaki sedekat ini, serumah, apalagi sekamar. Berdua. Dan kali ini sepertinya hidupku berputar sangat cepat. Membuatku canggung, tak nyaman. Namun aku tak berani membantahnya. Dialah sang pemilik rumah dan aku hanya seorang gadis penumpang yang tak tahu diri.

Tapi aku berfikir positif. Aku akan tidur dilantai dan ia akan tidur dikasurnya. Setidaknya itu bisa sedikit kuterima dengan senang hati. Hanya saja sepertinya tebakanku salah. Saat aku hendak berbaring dilantai kamarnya, lelaki itu bertanya dengan nada sinis, "Apa yang kau lakukan?"

"Tidur?"

Ia menyeringai angkuh. "Disitu? Hanya beralaskan kain, tanpa selimut?" Aku menjawab dengan anggukan yakin. Lelaki itu semakin menyeringai, namun kini terlihat seperti sebuah senyuman. "Kau tidur diatas sini." Ia menepuk-nepuk kasur yang ia duduki saat ini.

"Lalu kau akan tidur dibawah sini?" tanyaku polos.

"Tentu saja tidak..." ucapnya sambil menarik tubuhku keatas kasur. Mendorongku pelan untuk merapat pada dinding. Lalu ia berbaring disampingku sambil menyampirkan selimut untuk kami―aku dan dia. "Kau pikir kau bisa tidur dilantai keras itu?" gumam lelaki itu tepat dibelakang leherku. Deru nafasnya menyapu kulitku. Jantungku berdebar kencang. Demi apapun, aku tidur sekasur dengan lelaki ini? Bagaimana jika ia melakukan hal-hal kejam padaku? Kupejamkan mataku erat-erat. Berdoa didalam hati untuk keselamatanku. Tanganku terkepal kuat. Aku takut.

Lalu aku merasakan sebuah kepalan lain yang membungkus kepalan tanganku. Tangan-tangan kekar yang menyentuhku dengan lembut.

"Kau terlihat takut..." desis lelaki itu dengan suaranya yang serak, rendah dan berat. Ia semakin mengeratkan kepalannya padaku. Mempersempit jarak antara tubuhnya dan tubuhku. Deru nafasnya semakin dekat. Ia memelukku.

"...Aku ada disini. Jangan takut..."

Lucu. Yang kutakutkan adalah lelaki yang kini memelukku dimalam hari dan mengatakan padaku untuk tidak takut. But also, I feel safe.

Lagi. Ia bergumam dengan suara seksinya, "Namaku Park Jimin..."

"...dan kuharap kau tidak terganggu jika aku memelukmu malam ini..."

truly SUNSHINE »seulmin«Where stories live. Discover now