do you;

2.4K 240 10
                                    

"Jimin, let's do this!"

Tubuhnya tertarik kebelakang, memasuki ruangan yang bertulisan 'tangga darurat'. Ia terkejut ketika mengetahui yang menariknya adalah seorang wanita. Dan sekarang wanita itu menghimpitnya diantara dinding-dinding.

"Noona? A-apa yang kau lakukan?" Ia terbata, of course. Because this woman just rubbed his dick hardly.

"Kenapa? Bukankah kau menginginkan ini, hm?" She grabbed Jimin's dick slowly, but yet so sensual. Ini tidak bisa dibiarkan terlalu lama atau junior kecilnya itu akan bangun.

Jimin menahan tangan wanita itu. "Seulgi Noona, ini tidak benar..." Ia menunduk hanya untuk menatap wajah Seulgi yang memiliki tinggi lebih pendek darinya. Seulgi menatap kecewa. "Tapi kau selalu menginginkannya..." Ia tak mengerti. Lelaki ini selalu menatapnya penuh hasrat namun setelah ia berusaha untuk memulai duluan setelah menekan rasa malunya, lelaki ini menolak.

Kedua tangan Jimin menempel dipipi Seulgi. Mengelus lembut pipi gempil miliknya. Lalu Jimin tersenyum. "Aku rasa ini bukan saat yang tepat, Noona. Lagipula kita baru saling mengenal," jelasnya lembut.

"Apa salahnya dengan baru saling mengenal? Bukankah para pelacur diluar sana juga baru saling mengenal?" Seulgi kecewa.

"Noona, kau bukan pelacur dan jangan menyamakan dirimu dengan pelacur. You are My Seulgi, My Bear, okay?" He's so kind and pure. Makes her really upset. Dan saat Jimin meninggalkannya duluan, dia berkata,

"Jimin, you're gonna regret it. I swear."

Jimin terus berjalan seakan tidak mendengar ucapan Seulgi. Honestly, he ran away because if he keep facing with her, he knew that he can handle his lust anymore.

##

Dengan langkah yang tergesa-gesa, ia membelah klub malam dengan cemas. Pandangan mengobservasi seluruh sudut ruangan tersebut sampai menemukan seorang wanita yang tengah menegak minuma ditangannya. Buru-buru ia menghampiri wanita itu dan menahannya untuk menegak lebih banyak minuman lagi.

"Lepaskan tanganku!" Seulgi menepis tangan Jimin yang menahannya dan kemudian menegak hingga habis minumannya. Wajahnya yang telah memerah menatap Jimin tajam. "Apa yang kau lakukan disini?!" tanyanya sinis.

"Apa yang kulakukan? Seharusnya aku yang bertanya apa yang kau lakukan ditempat seperti ini!" geram Jimin. Hell, of course he'd panic if this woman just sent him a message and saying that she's gonna let anybody play with her pussy. What the fuck, those pussy only for him!

Seulgi tertawa. "Enyahlah!"

"Noona, ayo pulang!" Jimin menarik tangan Seulgi, tapi Seulgi tetap menolak. "Aku tidak mau!"

"Noona!"

"Aku tidak ma―"

"Let's sex!"

Seulgi terhenyak. "Let's having sex," ucap Jimin kembali dengan nafas yang menggebu. She should be happy but she's not. Seulgi menggeleng. "I won't. Let's go home." And she passed him without saying anything.

Semuanya mendadak canggung. Seulgi menjadi lebih pendiam dari biasanya. Ia membiarkan Jimin membawanya pulang ke apartemen lelaki itu dan meminjamkannya beberapa baju yang biasa ia gunakan jika menginap. Seulgi menuju sofa dengan beberapa kain dan bantal ditangannya untuk ia tidur. Ia menyelimuti tubuhnya dengan hangat walaupun ia tahu Jimin mengawasinya dari dapur.

"Noona..."

"Selamat malam, Park Jimin..." ucapnya untuk menghentikan seluruh ucapan yang hendak Jimin katakan. Tapi Jimin tidak bisa diam. Ia menghampiri Seulgi yang terbaring diatas sofa dan berjongkok didepannya.

Jimin mengelus rambut Seulgi. "I didn't mean that. Im so sorry..."

"Jimin..." panggil Seulgi seraya membuka kedua matanya. Padangannya bertemu dengan Jimin dari jarak yang sangat dekat. "Kiss me."

"Huh?"

"Kiss me."

Permintaan Seulgi benar-benar mengejutkannya. "T-tapi..." Even though the one he awalys wanted to kiss is her, he wouldn't do that.

Seulgi menghembuskan nafasnya. "If you can't kiss me, then we can't have sex. I've should know that, Park Jimin, you are younger than me. You are immature, a baby..."

"...and I don't think I can take this anymore―"

And for the first time ever, she felt his lips against her. Jimin just kissed her. Not only lips, but his tongue are playing together. Ciuman Jimin benar-benar nikmat. Menghanyutkan. Dan membuatnya tanpa sadar telah menariknya lebih dekat, menarik kasar rambut cokelatnya dan merasakan lembutnya rambut Jimin menggelitik wajahnya. She can feel how hard Jimin's thrust under his pants.

"Listen. Im not immature nor a baby. Maybe Im younger than you, but I can make you turned to call me a daddy." His slow raspy husky voices really melted Seulgi. Seulgi kembali menarik wajah Jimin dengan tak sabar. "Oh, just fuck me, Daddy!"

They were so in lust. And when Jimin pull his clothes off, Seulgi is ready to choked.




―do you remember the time when you trying to erase my red lipstick with your cheeky lips?

―do you remember how shy are you and turned to be awkward?

―do you remember when I said I had 'that' feelings?

―do you even remember what you did after you said that we're not supposed to be a lover?

―do you know the reason why I'm drunk tonight?

truly SUNSHINE »seulmin«Where stories live. Discover now