ONS - Really

2K 180 6
                                    

Prinsip Jimin saat ini adalah fokus pada pekerjaannya. Apalagi ini adalah pekerjaan pertamanya setelah ia memutuskan untuk istirahat sejenak dari pekerjaan sebelumnya. Ia ingin merasakan momen dimana ia memulai dari nol. Ia ingin bekerja di bawah orang lain, Jimin ingin merasakan menjadi seorang bawahan. Toh, sejak dulu ia telah mempunyai segalanya. Bahkan posisi direktur ia dapatkan dengan mudah.

Jimin ingin merasakan apa yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.

Pagi ini merupakan hari pertama Jimin bekerja. Ia datang pagi-pagi sekali untuk menunjukkan bahwa ia siap bekerja sebagai karyawan magang. Dan juga, untuk menarik perhatian atasan dan senior-seniornya di kantor.

"Wah, Park Jimin, aku tidak menyangka kau akan datang seawal ini. Apa jangan-jangan kau seperti ini karena tidak ingin terjebak macet?" Salah seorang senior nya menepuk pundak Jimin yang tengah menyiapkan kopi. Jimin hanya tertawa kecil.

"Park Jimin, aku pesan kopi tanpa gula ya!" seru seorang senior wanita yang baru datang dari mejanya. Jimin menyahut 'iya' tanpa basa-basi.

Baru saja Jimin hendak mengambil teko berisikan kopi, benda tersebut telah direbut oleh seseorang. Sayangnya, tangannya juga telah terlibat dengan gagang teko tersebut. Karena saling bertarikan, kopi dalam teko tersebut tumpah mengenai bajunya dan baju orang tersebut.

"Ya ampun! Maafkan aku!" Jimin panik. Ia segera mengambil serbet dan hendak mengelap baju orang tersebut sebelum ia dapat melihat siapa sosok yang berhadapan dengannya.

Kepala editor, Kang Seulgi.

"Jangan sentuh aku!"

Tangan Seulgi dengan sigap menepis tangan Jimin yang hendak mengelap tumpahan kopi pada kemeja putihnya. Dengan kesal, Seulgi meraih serbet lain untuk mengelap tumpahan tersebut di dirinya sendiri.

"Kepala Kang, maafkan aku!" Jimin langsung menunduk dalam pada Seulgi.

"Ruanganku sekarang, Park Jimin-ssi!"





###




Jimin duduk diam dalam ruangan kepala editor. Kakinya terangkat di atas meja. Jemarinya mengusap bibir bawah yang turut ia gigit seraya memandang wanita yang baru saja mengganti kemeja di hadapannya.

"Turunkan kakimu!" seru Seulgi sambil mengancingkan kemeja cadangan yang selalu ia siapkan di ruangannya. Ia melirik Jimin yang tidak menuruti perintahnya. "Park Jimin-"

"Kau tidak dapat kuhubungi. Jadi aku mencari jalan lain," Belum sempat Seulgi memberikan pertanyaannya, Jimin telah berhasil menjawab dengan tepat. Seulgi terdiam melongo. Tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar dari lelaki ini.

"Tapi kau tidak harus menjadi bawahanku, Park Jimin. Kau memiliki banyak cara untuk menghubungiku."

"Well, kalau begitu anggap saja aku sedang bermain-main." Jimin tersenyum manis. Seulgi menghembuskan nafas berat. Ia tidak sedang dalam mood yang begitu baik, jadi ia harus mengusir Jimin dari ruangannya. "Keluar dan bersikap profesional denganku jika itu memang kemauanmu."

Jimin tersenyum geli. Lantas ia bangkit setelah di usir oleh pemilik ruangan namun ia sempat mencuri kecupan singkat pada pipi gembil Seulgi sambil berbisik, "Kamarku malam ini, bagaimana?" Kemudian keluar tanpa menuntut jawaban dari Seulgi.

truly SUNSHINE »seulmin«Where stories live. Discover now