Stranger

3.6K 352 7
                                    

Gadis itu bergoyang gemulai. Setiap inci dari tubuh bergerak, menunjukkan bagian yang disukai kaum Adam. Rambut cokelatnya terurai basah, mengalirkan air disepanjang leher jenjangnya. Ia tertawa, tersenyum dan menari dengan bebas. Every guy tried to put their arms on, but she was protected by Zeus. Every girls is jealousing on her. She knows that, she pretend it.

Karena tujuannya bukan untuk show off, she got a work to do.

Dan sepertinya berhasil. Karena ia bisa melihat bagaimana ekspresi lelaki diujung ruangan ketika seorang lelaki dengan sengaja meletakkan tangannya pada pinggangnya. Lelaki itu marah. Ia meletakkan dengan kasar wine ditangannya, beranjak dari kursinya dan menerobos masuk kelantai dansa yang dipenuhi sesak. Tangannya ditarik oleh lelaki itu, membawa keluar dari kegelapan pub malam menuju Range Rover hitam seksi miliknya.

Tubuh gadis itu terhimpit oleh mobil dan tubuh seksi lelaki asingnya. Tangannya menahan lengan lelaki yang berusaha memasuki bajunya.

"What's happen, Babe? Something went wrong?" ucap lelaki itu dengan nada yang seduktif. Gadis itu dapat mencium aroma mint dari mulut lelaki itu. Makes she addicted.

"You're stranger. I can't," tolak gadis itu. Ia menjauhkan tubuh lelaki yang menghimpitnya.

Lelaki itu tersenyum dan kembali menarik tubuh gadis didepannya. Ia meletakkan wajahnya diatas bahu gadis itu, menghirup dalan aroma manis yang teraba oleh penciumannya.

"I guess you never had 'one night stand."

Kali ini suara itu terdengar lebih seksi ditelinga gadis bermata hazel itu. He whispered right on her ears. Gadis itu tidak berucap, throwing her answer through her eyes, makes him high.

"Kau membuatku benar-benar ingin memakanmu malam ini..."

Lelaki itu melepaskan seluruh skinship-nya. Membuat gadis itu sedikit bernafas lega. "Tapi kau membuat keputusan yang salah, Honey..."

Tangan lelaki itu mengelus pipi mulus milik gadis dihadapannya. "I'm the kind of person that can't be easily to let people go, Kang Seulgi-ssi..."

##

"Seulgi-ah, kau tahu bahwa Bos sedang berlibur, kan? Dan sponsor utama acara ini meminta untuk bertemu dengan kepala Marketing. Kau yang pergi, ya? Pertemuannya diadakan besok, jangan sampai terlambat!"

Seulgi langsung melongo mendengar perkataan Wendy diakhir kehadirannya pada rapat untuk hari 'H'. Ia hendak protes namun gadis blasteran itu telah pergi meninggalkannya jauh. Ia menghembuskan nafasnya berat.

"Cih! Padahal siapa disini yang diberi mandat untuk menggantikan si Bos? Dasar tidak bertanggubg jawab kau Son Wendy!" serunya. Dengan sangat terpaksa ia menerima kudeta yang dilakukan teman sejawatnya.

Ia membereskan kembali berkas-berkas yang tergeletak diatas meja dengan sedikit menggerutu tak jelas. Ia lirik langit yang mulai menunjukkan warna oranye-nya. Sudah hampir malam dan ia harus cepat untuk mengejar bis.

##

Seulgi merapihkan kembali bajunya yang sedikit berantakan. Ia menegakkan duduknya. Seorang wanita keluar dari ruangan dan mempersilahkan Seulgi untuk masuk. Ia tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Ia berjalan dengan percaya diri disaat hatinya sedikit gugup.

Ini kali pertamanya ia berhadapan dengan perusahaan untuk meminta sponsor.

Ia masuk, membungkukkan badannya 90° pada lelaki yang tengah sibuk berkutat dengan dokumen-dokumen didepannya.

"Silahkan duduk terlebih dahulu..." ucap wanita yang menggirinnya masuk sebelum akhirnya keluar dari ruangan. Seulgi mengangguk patuh.

Ia duduk pada sofa putih yang tersedia ditengah ruangan. Ia terus  memperhatikan lelaki yang tengah menandatangani dokumen terakhir sebelum ia menutup map biru itu.

Dan ketika lelaki itu mengangkat kepalanya, Seulgi serasa ingin bunuh diri.

"Oh God!" desis Seulgi refleks. Ia menutup mulutnya kaget.

Lelaki itu menyunggingkan senyumnya. "Am I surprising you?"

Seulgi tak dapat berkata apa-apa. Bahkan ketika lelaki itu berjalan mendekatinya dan berjongkok tepat dihadapannya.

"Bagaimana jika kita mulai saja? Aku tidak bisa terus menjadi orang asing untukmu. Aku benar-benar menginginkanmu..." Lelaki itu kembali berdiri. Kedua tangannya tersimpan disakunya.

"Perkenalkan namaku Park Jimin. And I can kiss you right now."

Sedetik kemudian ia dapat merasakan bagaimana bibir lelaki itu menyentuh bibirnya.

Oh My Fucking God! She tasted him on her lips!

Dan sialnya, tubuhnya tak bereaksi. Seulgi diam dan membiarkan lelaki itu semakin memperdalam ciumannya. Cukup lama hingga akhirnya Jimin melepaskan bibirnya, menatap Seulgi sebentar dan kembali pada posisinya semula.

"Enjoyed the kiss?" godanya.

Dengan cepat Seulgi menggeleng, mencoba menghindari semua kesempatan lelaki itu untuk menciumnya kembali. Jimin tertawa melihat jawaban yang diberikan gadis berambut cokelat itu.

Ia berjongkok kembali dan mengambil map merah dari tangan gadis itu. Seulgi masih diam. Ia menatap aneh Jimin yang berjongkok didepannya.

"Hyung, aku membawakan berkas-berkas yang kau minta kemarin..."

Pandangan Seulgi mengarah pada lelaki yang berdiri diujung ruangan dengan beberapa berkas ditangannya. Lelaki itu terlihat sedikit kikuk ketika melihat Seulgi di dalam ruangan karena ia sedikit mengalihkan pandangannya dari gadis itu dan Jimin.

Oh yeah! Their position isn't normal.

Seulgi yang langsung menyadari hal tersebut menundukkan kepalanya malu. Ia melirik Jimin yang berdiri.

"Umm...knock knock?" sindir Jimin.

"Sorry, Hyung. I just put this on there..."

Lelaki itu meletakkan berkas-berkas ditangannya dengan hati-hati. Dan tanpa berucap apapun, ia keluar dari ruangan, menyisakan suasana sunyi.

Jimin berdehem. Ia mengambil pena dari mejanya dan menandatangani dokumen sponsor yang di bawa Seulgi.

"Aku akan menanggung semua pembiayaan..." Jimin kembali menatap Seulgi namun kali ini ekspresinya datar. He's being different than before.

Dengan gugup Seulgi mengambil berkas ditangan Jimin, kemudian berdiri dan memaksakan sebuah senyum terukir diwajahnya.

"Maaf, Park Jimin-ssi, sepertinya kami akan membatalkan permintaan sponsor diperusahaan ini..."

"Kenapa?"

Jimin menatap Seulgi aneh. Gadis itu semakin cemas. "Karena yang akan kau lakukan adalah menjadikanku sebagai jaminan atas sponsor tersebut."

Senyum menawan tersemat diwajah Park Jimin. Sesuai seperti yang Seulgi duga.

"Exactly..." ucap Jimin bangga. Lalu lelaki itu melanjutkan lagi,

"...I want to spend a night with you. Just one night. Let me know everything about yours so we couldn't be stranger anymore..."

Seulgi tercekat.

Tapi, Park Jimin, bukankah mengenal satu sama lain hanya akan memberikan sebuah kesedihan?

truly SUNSHINE »seulmin«Where stories live. Discover now