ONS

3.2K 292 24
                                    

Jadi inilah alasan sebenarnya mengapa ia harus berada disini.

Sambil menegak minuman ditangannya, Seulgi belum bisa melupakan pikirannya dari pekerjaan yang menumpuk. Terutama deadline yang seharusnya sudah ia selesaikan malam ini. Persetan dengan semua panggilan pada ponselnya. Ia harus berterima kasih kepada distributor ponsel yang mnyediakan fitur silent. Hanya malam ini saja ia ingin menghibur dirinya sendiri, juga melupakan pekerjaan yang mengharuskan dirinya hidup sebagai robot.

Seulgi menuangkan lagi minuman beralkohol kedalam gelas kecilnya. Ia tidak berniat untuk mabuk, sedikit tipsy saja sudah cukup. Alkohol yang mulai terasa manis dilidah menandakan bahwa ia harus berhenti jika tidak ingin berlanjut mabuk. Namun gelas kecilnya terisi lagi, membuatnya mengeryit heran. Bukan ia yang menuangkannya, tetapi lelaki berambut hitam yang duduk disampingnya.

"Maaf, aku tidak bisa terus meminum ini," tolak Seulgi sopan. Sambil menyunggingkan senyum simpul, gadis itu meraih tas dan ponselnya kemudian hendak pergi.

Lelaki itu menahan lengan Seulgi. "Kau tidak bisa pulang dengan keadaan seperti itu. Kau mabuk," ucapnya. Seulgi menggeleng dan melepaskan tangan lelaki tersebut. "Aku hanya sedikit pusing. Minuman itu tidak cukup untuk membuatku mabuk."

"Bagaimana jika aku menawarkanmu minuman yang lebih baik dari ini? Aku cukup yakin itu bisa membuatmu melupakan semua pekerjaan gila itu."

Seharusnya ia mengatakan tidak, namun tak pernah terjadi.

Seulgi terbangun ketika mendengar alarm yang berbunyi disampingnya. Ia bangkit dan berniat untuk mematikan benda tersebut sebelum sebuah tangan kekar mendahuluinya. "Kau pasti gila mengatur alarm di pagi buta seperti ini," kata Seulgi.

Lelaki itu tersenyum. "Kau boleh menyebutku sebagai pekerja keras." Lelaki itu kembali berbaring sambil terus menatap Seulgi yang mengumpulkan baju-bajunya dilantai. Menikmati tubuh polos gadis tersebut.

"Dimana kamar mandinya?" tanya Seulgi yang langsung dijawab dengan tunjukan lelaki berambut hitam itu. Ia bergegas menuju kamar mandi dan mengenakan semua pakaiannya. Saat ia keluar, ia sudah mendapati lelaki yang semalam bercinta dengannya sudah mengenakan pakaian lengkap dan menikmati segelas teh hangat. Lelaki itu terus mememberikannya senyum manis sejak kemarin malam dan Seulgi akui bahwa senyum itu benar-benar memambukkan.

Oh Ya Tuhan, Seulgi, kau tidak boleh terlena dengan pasangan one night stand-mu. Ini bukan pengalaman pertamamu.

"Kau sudah mau pergi sepagi ini?" tanyanya saat melihat Seulgi yang memasukkan barang-barangnya ke dalam tas dan mengenakan kaos kaki-nya. Seulgi mengangguk. "Aku memiliki banyak pekerjaan."

"Jenis pekerjaan apa yang mengharuskan seseorang bekerja di pagi buta?" sindir lelaki itu.

"Aku seorang kepala editor. Ada banyak pekerjaan yang bisa kulakukan, Park Jimin-ssi," jelas Seulgi.

Jimin sedikit terkekeh. "Dan aku seorang direktur yang tidak bekerja di pagi buta," balasnya sambil berjalan mendekat pada Seulgi. "Bisakah aku bertemu denganmu lagi?" tanyanya. Bukan, tetapi lebih kepada sebuah permintaan.

Dan jawaban Seulgi menghancurkan harapannya. Gadis itu menggeleng. "Tidak," tolaknya.

"Bagaimana dengan makan siang?"

Seulgi masih menggeleng. "Aku bukan tipikal orang yang senang berhubungan dengan pasangan one night stand, Jimin-ssi."

"Oh, jadi kau hanya menganggap ini sebagai one night stand..." desis Jimin kecewa.

"Terima kasih atas kemarin malam, aku sangat terhibur." Seulgi berusaha bersikap sopan pada Jimin sebelum ia meninggalkan rumah lelaki itu. Jimin sedikit menyunggingkan senyum sinis. "Kau bahkan berterima kasih padahal kau tidak tahu apa yang kulakukan kemarin malam padamu. Kau sangat sangat mabuk, Nona..."

Langkah Seulgi terhenti didepan pintu ketika mendengar perkataan Jimin. Gadis itu membalikkan badannya. "Kalau begitu apa kau mau menelponku dan memberitahu apa yang kau lakukan kemarin malam?"

Jimin tak percaya dengan apa yang barusan Seulgi katakan padanya. Padahal gadis itu baru saja jual mahal padanya.

"Jika itu maumu, Nona Kang..."

Lalu tersenyum.

truly SUNSHINE »seulmin«Where stories live. Discover now