Illusion

8K 658 13
                                    

Jimin berdiri tegap. Matanya rutin memandang sekeliling dan jam ditangannya. Ini sudah lewat dari janji yang ditentukan, namun ia masih tetap teguh menunggu. Bagaimana pun juga, hari ini adalah hari penentuan bagi dirinya.

"Kau terlambat.." ucap dingin Jimin ketika sekumpulan orang berdatangan kearahnya.

Ditatapnya satu-satunya orang yang berjalan paling depan, Mark Liu. Jimin menghampiri Mark dan langsung melemparkan pukulan kearah pipinya. Tanpa aba-aba, anak buah Mark bergerak untuk menghentikan dan membalas apa yang telah ia lakukan pada ketuanya.

Wajahnya lebam-lebam. Kedua tangannya ditahan, namun Jimin masih memberontak.

"Kau berjanji tidak akan menemuinya sesudah aku membayarkan semua hutang-hutangmu!" teriak Jimin. Mark tersenyum sinis. "Kau pikir aku mau menurutimu begitu saja?" balas Mark santai.

Jimin menggeram. Dihentakkan tangannya hingga terlepas dari genggaman anak buah Mark dan berusaha untuk menggapai Mark namun nihil. Tangannya tertangkap kembali. "Dasar kau setan! Jangan pernah dekati dia!?" teriak Jimin lagi.

"Memangnya kau punya hubungan darah apa dengannya? Sombong sekali!" cibir Mark. Jimin terdiam namun matanya tak urung dari Mark. Dalam sekejap, Mark membalas tatapan Jimin dengan aura yang lebih gelap.

"Kau itu hanya saudara angkat yang tak tahu apa-apa!"

"Brengsek! Mana mungkin Seulgi mau dengan bajingan seperti kau!"

Ucapan Jimin diiringi ludah yang ia buang tepat didepan kaki Mark. Bagi Mark, penghinaan ini bukan main-main. Dirinya terbebas dan langsung memukul Jimin yang masih tertahan oleh anak buahnya dengan membabi buta.

Hingga Jimin terkulai lemas, barulah ia berhenti. Diusapnya darah disudut bibirnya akibat pukulan balasan Jimin. Diludahnya Jimin tepat diwajah. "Kau tak pantas untuk mencintai Seulgi!" ucap Mark dan anak buahnya sebelum pergi meninggalkan Jimin yang tak berdaya ditempat itu.

Jimin memandang kepergian Mark hingga menghilang. Dia tersenyum sedih. Ditutup matanya berserta jatuhnya airmata. Ingin sekali ia mengucapkan terima kasih pada Mark yang selalu mengingatkannya bahwa ia mencintai seseorang yang mustahil. Bagaimanapun juga, ia telah dianggap Oppa oleh Seulgi semenjak dulu, ketika dirinya pertama kali diadopsi oleh keluarga Seulgi.

Namun mengingat hal itu membuat hati Jimin sakit. Andai saja dulu ia tidak pernah diadopsi oleh orangtua angkatnya saat ini. Andai saja orangtuanya masih hidup sampai sekarang. Andai saja ia bisa mengulang waktu. Ia memilih untuk tidak hidup seperti ini, layaknya sebuah debu. Hatinya berdesir kencang. Airmatanya tetap keluar meskipun matanya masih tertutup. Ia menggigit bibir bawahnya untuk menahan suara agar tidak keluar. Tangannya ia paksakan untuk meraih dadanya dan meremas jantungnya yang kesakitan.

Disaat ia telah pasrah, sebuah harapan datang. Dibuka matanya dan mendapati Hoseok sedang berusaha membangunkannya. Wajahnya terlihat sangat khawatir. Lalu Jimin tersenyum. Setidaknya ia masih mempunyai orang yang ingin membantunya. "Jimin-ah, apa yang terjadi padamu?!"

Jimin tersenyum sedih. "Hyung, bantu aku.."

##

Hoseok menyaksikan Jimin sambil tak habis pikir. Dipandangnya tangan Jimin yang gemulai memasukkan seluruh bajunya kedalam sebuah tas besar. Tak lupa juga beberapa barang berharga yang ia punya.

Tak tahan, ditahannya tangan Jimin yang hendak memasukkan sebuah figura foto Jimin bersama Seulgi, adik angkatnya. Jimin tertahan namun segera berontak untuk memaksa foto tersebut tersimpan dalam tas besarnya. Hoseok semakin mengeratkan genggamannya pada pergelangan tangan Jimin hingga membuat tangan tersebut memerah.

truly SUNSHINE »seulmin«Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum