In The Name of Love

2.9K 347 18
                                    

Setelah semua persiapan selesai, aku digiring kebelakang panggung. Disana telah banyak idol lain yang menunggu giliran tampil. Kuputuskan untuk tidak bergabung dengan yang lainnya dan mencoba untuk mengingat gerakan-gerakan nanti.

"Ah, sial!" desisku ketika aku benar-benar tidak mengingat dengan sempurna gerakan yang seharusnya menjadi sesuatu yang penting. Aku kembali mencoba mengingat gerakan tersebut namun hasilnya tetap sama.

Kuhembuskan nafasku panjang. Ini benar-benar menyebalkan.

"Hey, Kang Seulgi!"

Aku tersentak saat sebuah tangan menyentuh bahuku. Kubalikkan badanku tepat didepan lelaki berambut pirang. "Sunbaenim!" balasku kaget.

Jimin tersenyum. "Kau sudah siap? Apa ada sesuatu yang mengganjal?" Jimin menatapku dengan khawatir.

"Ah... itu... ya, aku sudah siap, mungkin..." jawabku ragu.

"Apa kau bisa mengingat gerakan untuk penutup opening show?"

"Sebenarnya... aku tidak begitu familiar. Aku mengingatnya, tapi ada sedikit masalah dibeberapa gerakan..." akuku. Tapi Jimin kembali tersenyum hingga kedua matanya membentuk sebuah garis.

"Tentu saja kau tidak familiar, kau baru mempelajarinya hari ini. Katakan bagian mana yang kau maksud, aku akan menunjukkannya padamu."

Dengan cekatan aku menjelaskan dan menunjukkan gerakan yang kumaksud. Beberapa gerakan yang tidak terlalu sulit namun membingungkan. Setelah aku memberitahukan semua pada Jimin, lelaki itu dengan senang hati menunjukkannya dan menuntunku untuk mengikuti gerakannya. Ia menari didepanku dengan indah. Entah apa yang kupikirkan, tapi semuanya terasa lebih mudah jika ditunjukkan oleh Jimin. Dalam sekejab aku mulai familiar dengan gerakan-gerakan tersebut.

"Kau bisa melakukannya?" tanya Jimin sekali lagi saat aku mengatakan bahwa aku sudah mengingatnya. Aku mengangguk. "Ya, terima kasih, Sunbaenim."

"Baguslah, kalau begitu aku harus tampil sekarang."

Jimin berjalan menuju tangga panggung. Ketika semua lampu padam dan musik mulai mengalun, lelaki itu telah menghilang dari tempatnya.

"Seulgi Sunbaenim!" Lisa meneriaki namaku dan menyuruhku untuk mendekat dipinggir panggung. "Mereka bilang sebentar lagi giliran kita." Gadis itu berkata lagi. Aku mengangguk mengerti.

"Kau gugup?" tanyaku pada gadis Thailand itu. Ia mengangguk. "Ya. Ini adalah penampilan pertamaku tanpa Unni-unni-ku..." Lisa tersenyum manis.

Kuusap lengannya pelan. "Aku juga gugup." Tapi bukan dengan alasan yang sama sepertinya. Karena Jimin kini berjalan menuju arahku setelah penampilannya.

"Sunbaenim, ayo!"

Lisa menarikku keatas panggung. Melewati Jimin, but I feel those deep eyes are looking into me.

##

Aku menuruni tangga dengan tersengal-sengal. Kusandarkan sebentar tubuhku pada dinding. Sorakan-sorakan yang memenuhi gedung menjadi teriakan yang tak terbendung.

"Seulgi..."

"Oh, Sunbaenim..."

Lagi-lagi Jimin menghampiriku. "Kau melakukannya dengan baik tadi," pujinya. "Aku terus melirik kearahmu untuk memastikan kau tidak melakukan kesalahan. Tapi kau melakukannya dengan sempurna, as expected Red Velvet Seulgi..."

Demi Tuhan aku bersemu merah. "Tidak, Sunbaenim. Aku juga melirik ke arahmu untuk memastikan apakah gerakanku benar." Aku tertunduk malu. Walaupun dalam cahaya yang samar, wanita harus bisa menyembunyikan wajahnya yang bersemu.

"Tapi aku menyukai auramu ketika menari."

Mendengar hal itu membuatku tertawa kecil karena malu dan juga senang sebelum akhirnya tersentak mendengar kalimat yang Jimin ucapkan selanjutnya.

"Bagaimana jika jumat nanti kita latihan bersama? Only two of us, you and me..."

"Eh?"

truly SUNSHINE »seulmin«Where stories live. Discover now