Lost You

444K 20.7K 378
                                    

Yuuhuuu.... i'am back!
Sorry for typo!

Vote&Comment dulu baru baca....

--

"Tenang saja sepupuku, Tayana aman ditanganku"

Amarahnya membuncah saat bayangan-bayangan itu muncul. Dokter itu menatapnya takut, keringat dingin membanjiri keningnya.

"Jadi, apa kau bisa menjelaskan apa penyakitnya?" Tanyanya dingin. Dokter muda itu bergerak gelisah.

"Be-begini Mr. William, Ms. Kate mengalami stress yang berat da-dan ternyata ia me-ngalami kelainan ja-jantung." Jelas dokter itu gugup. Alisnya bertautan, Sarah? Kelainan jantung?

"Kelainan jantung? Sejak kapan?" Tanyanya tajam. Pasalnya sejak dulu wanita itu sama sekali tak memiliki penyakit apapun.

"Untuk mengetahuinya sa-ya harus me-lalukan beberapa tin-dakan." Jawab dokter itu semakin gugup. Sean menatap dokter itu curiga.

Sean pun pamit undur diri, entahlah ia tak terlalu memusingkan hal itu. Saat ini Tayanalah yang menguasai pikirannya.

-

"Tayana! Ada apa denganmu?" Tanya Mike panik.

Ken membawanya ke rumah sakit Mike, Ken yang sama sekali tak mengetahui Tayana dan Mike saling kenal hanya menaikkan sebelah alisnya .

"Apa yang telah kau lakukan padanya!" Ucapnya tajam, Ken terkekeh pelan. Sedangkan Tayana hanya menatap keduanya sendu.

"Seharusnya kau bertanya dengan wanita yang kalian gilai itu." Ejeknya, Mike menegang seketika. Wanita itu kembali?

"Kenapa kau diam? Apa kau juga merindukannya seperti Sean?" Tanya Tayana lirih. Ken tersenyum miring.

"Tenanglah, aku sudah tahu sifat aslinya. Tapi, sepertinya Sean belum juga sadar." Jelas Mike.

"Sudahlah, aku harus mengobati lukamu." sambungnya lagi. Mereka pun memasuki ruangan Mike. Mike mulai memeriksa luka-luka Tayana. Tatapan wanita itu masih kosong, entah apa yang dia fikirkan saat ini.

Dengan lembut ia mengoleskan krim ke kulit pipi Tayana yang membiru. Dan mengoleskan sesuatu ke ujung bibir Tayana yang terkoyak.
Ken menatap mereka penuh amarah, tangannya sudah gatal ingin menembak setiap pria yang menyentuh Tayana.

Tayana memerhatikan kedua lelaki itu bingung. Tampak jelas mereka berdua memiliki rasa dengannya. Tapi, apa dia harus mencoba mencintai salah satu dari mereka?

"Apa kau sedang menilai wajah siapa yang paling tampan." Tebak Mike, Tayana menundukkan wajahnya yang merona malu. Ia ketahuan.

Ken hanya menatap Tayana dalam. Entahlah, pria itu sangat misterius bagi Tayana. Tapi, mengapa mereka saling kenal?

"Kalian saling kenal?" Tanyanya, mereka saling berpandangan. Mike tersenyum manis, dan Ken menyeringai bak iblis.

"Dulu Mike dan sepupu kesayanganku bersahabat, jadi kau pasti tau jawabannya sayang." Jawab Ken tersenyum miring. Mike menatapnya penuh tanya, apa Ken juga?

'Kuharap Ken tidak menyukai Tayana' Batin Mike.

Tayana hanya ber oh-iya, wajahnya kembali sendu. Ia tersenyum miris, pasti saat ini Sean sedang menjaga Sarah dengan senyuman terindahnya.

'Drrtt...Drrtt'

Ken menatap ponselnya yang bergetar. Dengan senyuman bak iblis dia mengangkat telpon itu.

"Bagaimana?"
"Kerja bagus."
"Jika mereka mengulah, kau tahu harus apa."

Tayana menatap aura kegelapan Ken bangkit. Mike juga memperhatikannya tapi ia bersikap santai, seolah sudah biasa dengan sikap Ken.

"Mike, apa Ken memang selalu bersikap seperti itu?" Bisik Tayana pelan, Mike terkekeh pelan. Ia tahu pasti wanita ini mati penasaran.

"Itu memang sifatnya dari lahir. Ia juga seorang CEO, tapi ia juga memiliki beberapa perkerjaan yang lain." Balas Mike juga berbisik.

"Tapi, Ken lebih cocok menjadi seorang mafia daripada menjadi seorang Ceo. Jangan-jangan Ken adalah mafia?" bisiknya lagi, Mike menahan tawanya yang sedari tadi ingin keluar.

"Tanya saja kepadanya, dia pasti akan memberitahumu dia seorang mafia atau bukan" balas Mike lagi. Alis Tayana bertautan, ia ingin tahu, tapi ia takut Ken memarahinya.

Ken menatap dua manusia aneh itu bingung. Sepelan apapun mereka berbisik pasti Ken juga akan mendengarnya. Ia tersenyum sekilas, Tayana memang pandai membuatnya tersenyum.

"Kalian membicarakanku seolah aku tak ada disini?" Ucapnya menatap kedua orang itu datar. Tayana membelakkan matanya.

"Mike, Ken mendengar kita! Sepertinya ia benar-benar mafia. Di novel yang aku baca seorang mafia memiliki pendengaran yang sangat tajam." Bisiknya pelan, tatapannya masih ke Ken yang sedang tersenyum miring. Seorang penderita Tht pun bisa mendengar percakapan mereka!

-

"Kau sudah sadar?" Sean menatap Sarah khawatir.

"Sean, aku takut, wanita tadi dan resepsionismu menyerangku." Ucap Sarah dengan tatapan sendu yang di buat-buat. Sean mengkerutkan dahinya bingung. Tayana? Tidak mungkin.

"Kau tadi pingsan, mereka sama sekali tidak menyerangmu." jawab Sean curiga. Sarah tampak berfikir lalu menjawab lagi.

"Ka-kau tak melihatnya! Mere-" ucapannya terpotong saat telpon Sean berdering. Dengan sigap Sean mengangkat telpon itu.

"Bagaimana keadaannya?"
"Aku sedang tidak bercanda! Dimana Tayana? Aku ingin mendengar suaranya."
"Halo, Tay-"
"Tidak bisa! Aku akan menjemputmu sebentar lagi. Kau milik-" ucapannya terpotong saat Tayana memutuskannya secara sepihak.

"Argh!" Sean menggeram penuh amarah. Sarah yang menatap Sean mengumpat kesal hanya terdiam, pasalnya pria itu sudah seperti iblis yang akan meledak saat ini.

Senyuman licik Sarah mengembang, sepertinya wanita jalang itu cukup mempengaruhi Sean. Tapi itu tak akan lama lagi, karena ia akan merebut apa yang seharusnya jadi miliknya.

Karena dia tak ingin rencana yang sudah ia rencanakan sejak lama gagal begitu saja.

Bersambung.....



Medan, 14 November 2016

My One Night Stand is My CEO | #1 WILLIAM'S BOOKS SERIES |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang