a Gift For Sean

306K 18.6K 980
                                    

Author yang paling lama comeback! Sorry for typo!
Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan.
Budayakan vote dan comment sesudah membaca.

-

"Semuanya sudah beres Mr. William, ini semua file-file yang anda minta." Lapor Harry memberikan sebuah map.

Sean mengambil map itu, membacanya dengan cepat, tersenyum senang lalu mengembalikan file itu ke Harry. Saat ini mereka berdiri tepat di depan pintu ruangan Tayana.

Banyak perawat-perawat centil dan juga pengunjung wanita disana menatap Sean menggoda dan memuja.

"Baiklah, kau memang sangat bisa di andalkan." Ucap Sean tersenyum sambil menepuk bahu kanan Harry. Harry pun pamit pergi untuk mengurus beberapa hal lagi.

Sean kembali masuk, melihat Tayana yang sedang tersenyum bahagia dan berbincang dengan dokter.

"Bagaimana keadaannya?" Sean mengelus rambut Tayana lembut lalu mengecup dahinya lembut. Dokter itu tersenyum lalu berucap.

"Semuanya baik-baik saja, hanya pergelangan nona Tayana yang cidera dan sedikit terluka, tak ada yang perlu dikhawatirkan." Jelas dokter itu sopan. Sean tersenyum manis lalu mengecup bibir Tayana gemas tanpa malu.

Dokter itu tersenyum lalu pamit undur diri.

"Dasar tidak tahu malu." Desis Tayana mencubit hidung Sean gemas. Sean terkekeh kecil lalu memeluk tubuh mungil Tayana erat, menghirup aroma khas Tayana dalam.

"Jangan terlalu erat, kau bisa menyakiti kami." Ucap Tayana sambil tersenyum manis. Sean yang masih setia menghirup aroma tubuh Tayana pun seolah hanyut, tak memperdulikan candaan Tayana.

'Drrtt... Drrtt'

Sean melepas pelukan mereka lalu mengambil telponnya yang berdering dari sakunya.

"Ada apa?"

"Bagus, aku ingin mereka masih hidup saat aku sampai disana." Ucap Sean tajam, yang langsung membuat Tayana menatap Sean tajam, ia tidak akan membiarkan calon suaminya ini membunuh seseorang.

Sean menutup ponsel lalu menatap aneh Tayana yang mendelik menatapnya.

"Kenapa kau menatapku seperti itu, hmm?" ucap Sean mencubit pipi Tayana gemas. Tayana menepis tangan Sean.

"Jangan sampai aku mendengar kau menyakiti seseorang."

"Baiklah, baiklah, semua akan aku lakukan demi wanita buruk rupa yang kucintai ini." Ucap Sean mencubit hidung mancung Tayana.

Tayana menatap Sean sinis lalu mereka tertawa bersama.

-

"Bagaimana keadaan Tayana?" Tanya Ken khawatir. Saat ini mereka bertiga berada di black room.

"Baik, tidak bisakah kau hanya memikirkan wanitamu saja." Jawab Sean ketus, Ken tertawa lalu memasang wajah imutnya.

"Ah, sepertinya seorang Sean William menjadi sangat pecemburu sekarang." Canda Ken bernada manja, lalu dengan tiba-tiba ekspresinya berubah kembali dingin.

Sean membelakkan matanya, apa dia kerasukan? Seumur hidupnya baru kali ini melihat Ken seperti itu.

Ken menatap Deon yang sedari tadi hanya diam.

"Bagaimana dengan ibumu?"

"Dia sudah di rawat, yang aku khawatirkan benar, kejiwaannya terganggu." Jawab Deon lalu menghela nafas frustasi.

'Cklek'

Pintu terbuka, Trey masuk lalu memberikan sebuah isyarat dan menunjukkan sebuah iPad.

"Lalu? Bagaimana dengan sampah-sampah ini?" Ujar Ken menunjukkan video keadaan kaki tangan June yang sudah sekarat. Deon hanya bungkam, pikirannya sedang kalut sekarang.

"Aku sudah berjanji dengan Tayana untuk tidak mengotori tanganku lagi, kau uruslah mereka. Dan jangan biarkan mereka lolos." Ucapnya kepada Ken.

Ken mengangkat sebelah alisnya lalu menyeringai, seolah berkata 'Well, sudah lama aku tidak berolahraga.'

-

"Ahk! Aku lapar! Strawberry!" Pekik Tayana kuat, perutnya sudah keroncongan sedari tadi dan ia sangat menginginkan strawberry.

Tayana menatap seluruh ruangannya itu bosan. Ia bingung harus melakukan apa, untuk berkomunikasi dengan Dinda dan Araxi pun tidak bisa.

'Cklek'

"Sean!" Pekik Tayana kuat saat pintu terbuka. Tapi harapannya pupus saat Mike lah yang muncul dari balik pintu itu. Tetapi ia tetap senang, karena Tayana sangat merindukan sahabat pria pertamanya itu.

"Sepertinya aku tidak di harapkan saat ini." Ucap Mike dengan wajah senduhnya.

"Hey, apa kau berpikir aku sejahat itu?" Ucap Tayana menunduk sedih. Mike pun tersenyum manis lalu berjalan mendekati Tayana.

"Aku hanya bercanda." Ucap Mike lalu mencubit pipi Tayana gemas.

"Aku pikir kau akan marah kepadaku." Ucap Tayana menatap Mike lalu memeluknya erat.

"Sepertinya tuan putri kita sedang gegana?." Goda Mike lagi. Tayana mengkerutkan dahinya, gegana? Apa itu?

"Gegana?" Tanya Tanya bingung.

"Gelisah Galau Merana." jawab Mike dengan nyanyian dangdutnya. Tayana terdiam, lalu,

"Mpfftt... Bwahahahahaha!" Dan tawa yang sedari ditahannya pun pecah. Tayana bahkan tertawa hingga perutnya sakit.

"Ahk, perutku." Erangnya memegang perutnya yang sedikit kram. Mike mencoba membantu dengan membaringkan Tayana, lalu memberikan sentuhan lembut di perut Tayana.

"Ingatlah sekarang kau tidak sendirian, kau harus memikirkannya juga." Ujar Mike yang masih memberikan pijatan di daerah perut Tayana.

"Kau mengetahuinya?" Tanya Tayana kaget. Apa Sean juga sudah mengetahuinya?

"Pamanku menitipkan dirimu kepadaku, dia harus ke Dubai untuk operasi dadakan." Jelas Mike dengan senyumnya yang mampu membuat wanita mana saja meleleh.

"Pamanmu? Dokter? Ah, dokter yang sudah tua tapi masih terlihat tampan tadi?" Balas Tayana, Mike tertawa lalu mengacak-acak rambut Tayana gemas.

"Yah dia pamanku, si lelaki tua yang tampan." Ujarnya menirukan suara lembut Tayana. Tayana terdiam lalu tawa mereka berdua pecah.

'Kruuk...Kruuk'

(anggap aja suara perut keroncongan ya kak... nuna ga ngerti suaranya.)

Mereka mendadak terdiam saat suara itu muncul. Pipi Tayana sontak merona malu lalu menunduk membuat Mike tersenyum menggoda.

"Hmm, sepertinya ada yang sangat lapar." Goda Mike dengan senyum jahilnya. Tayana menatap Mike malu lalu mengerucutkan bibirnya. Dia sangat malu.

"Aku tidak lapar!" Pekiknya dengan pipinya yang masih merona malu.

'Kruuk... Kruuk'

Keberuntungan sedang tidak di pihak Tayana, perutnya kembali berbunyi.

"Mpfft, Hahahahaha!" Tawa Mike pun akhirnya pecah, dia mencubit pipi Tayana gemas. Bagaimana bisa ada wanita semenggemaskan ini?

"Aku ingin strawberry, strawberry." Pintanya tiba-tiba, ia sudah tidak peduli dengan rasa malunya. Ia sangat menginginkan itu sekarang dan Mike harus membelikannya sekarang juga.

"Hmm, aku sangat ingin membelikannya, tapi," Mike masih menggantungkan ucapannya. Tayana yang mengira Mike akan menolaknya pun langsung menunduk sedih.

"Dengan senang hati aku akan membelikannya untuk tuan putriku." Ucap Mike dengan wajah konyolnya.

"Aku seorang ratu, dan dia adalah tuan putrinya, pangeran." Ucap Tayana lalu mengelus pelan perutnya yang masih rata.

"Apa Sean sudah tahu?" Tanya Mike sambil ikut mengelus perut rata Tayana. Tayana tersenyum lalu menggeleng.

"Aku ingin menjadikannya hadiah terindah untuk Sean."

-Bersambung-

Medan, 1 Juni 2017.

My One Night Stand is My CEO | #1 WILLIAM'S BOOKS SERIES |Where stories live. Discover now