Rest in Peace

195K 14.5K 353
                                    

Sarah memekik kuat saat pria berkepala plontos itu mendekati mereka. Dia memegang lengan West dan bersembunyi di balik tubuh West.

West masih menunduk, dirinya terlalu lemah untuk bergerak lagi. Darah terus mengalir dari luka-lukanya.

"Banyak yang bilang kalau kau adalah wanita psikopat yang gila harta." Ucapnya sambil melangkah perlahan-lahan.

Sarah semakin mencengkram lengan West, psikopat itu pasti akan melukainya lagi. Pria berkepala plontos itu mengeluarkan pisau kesayangannya dan mengarahkannya ke arah West.

Sarah menggigit bibirnya, dia harus berani, dia harus melawan psikopat gila itu.

"Ahk!" Jeritnya kuat lalu mendorong pria itu kuat, pria itu tertawa lalu menodongkan pisau itu ke wajah Sarah. Tapi, dengan kekuatannya yang masih tersisa, Sarah menahannya kuat.

Pria itu menyeringai dan dengan kuat mendorong pisau itu ke wajah Sarah, hingga pisau itu hanya tinggal beberapa centi lagi dari wajahnya. Sarah memekik kuat, lalu menendang kemaluan pria itu kuat.

"Ahk!"

Pria itu terjatuh sambil memegang kemaluannya, dengan cepat Sarah mengambil pisau itu. Dia juga mengambil pistol dari saku belakang pria itu.

Sarah menodongkan pistol kearah psikopat gila itu lalu membopong West agar bisa berdiri.

"West, ayolah! Kau harus kuat, ayo kita keluar dari sini!" West mencoba melangkahkan kakinya, agar Sarah dapat lebih mudah membopongnya.

Pria berkepala plontos itu mencoba mengambil pistol itu, tapi dia kalah cepat karena Sarah menarik pelatuk dan menembakkan timah panas ke paha kanan pria itu.

Membuat psikopat itu menjerit kuat, Sarah membopong West melangkah keluar ruangan itu. Dia mengunci pria itu didalam penjara agar psikopat itu tidak mengejar mereka.

-

Di dalam penjara psikopat itu tertawa kencang, ternyata rencananya 100% terjalani. Psikopat itu menatap pahanya yang sudah mengeluarkan banyak darah datar.

Dia mengambil ponsel dari saku kirinya, dan menghubungi seseorang.

"Bagaimana?"

"Semua rencanaku berjalan lancar, cepat kirim orang kesini."

"Aku tahu kau memang dapat di handalkan. Hmm, sepertinya kau mendapatkan hadiah kecil dari psikopat pemula itu."

"Hanya luka tembak dipahaku, sudah kirim saja orang kesini, wanita itu mengunciku disini." Ujarnya lalu memutuskan sambungan telpon itu.

-

"Mengapa kalian tidak memberitahu kepadaku bahwa Tayana sedang hamil?!" Pekik Sesah sambil menatap Frans kesal.

"Daddy saja baru mengetahuinya semalam dari Mommy." Balas Frans dengan bibir mengerucutnya.

Sesah menatap foto usg itu lagi, dia melihat sedikit kejanggalan, lalu dia mendekatkan matanya kearah layar ponsel Frans.

"Dad! Dua! Itu, dua!" Pekiknya dengan mulut menganganya. Frans menatap kesal putrinya itu, tidak bisakah dia diam sebentar saja.

"Apanya yang dua?" Tanya Frans memelas. Sesah menunjuk foto USG tersebut, tampak disana si kembar menempel seperti berpelukan.

Frans langsung melotot, dia baru menyadarinya.

"They're twins! Baby twin!" Pekik Frans senang.

-

Sarah dan West yang baru saja keluar dari gedung tua itu pun terlihat kebingungan karena ternyata mereka sedang di hutan belantara.

"Ayo West, sudah hampir malam." Ucap Sarah kemudian kembali melangkah.

Mereka terus melangkah hingga West menggeram kesakitan. Sarah mulai panik langsung menurunkan West dan bersandar di pohon besar itu.

"Per-gilah, selamatkan dirimu! Aku sudah tidak kuat lagi, pergilah." ucapnya pelan. Sarah menangis, dia menyesal sudah menyia-nyiakan West, dia menyesal.

"Aku tidak mau! Jika pun aku harus mati, aku rela! Ini semua kesalahanku, maafkan aku West, maafkan aku."

West tersenyum lalu menghapus air mata Sarah.

"Aku bersyukur kau sudah berubah menjadi Sarahku kembali, selamatkan dirimu dan besarkanlah anak kita menjadi anak yang yang baik hati."

"Pergilah." ucapnya lalu dengan perlahan menutup matanya. Sarah menjerit kuat, tangisnya semakin kencang.

"Jangan tinggalkan aku West, aku membutuhkanmu." Pekiknya memeluk tubuh West yang sudah kaku.

"Sarah... where are you?"

Bersambung...

Medan, 2 September 2017.

My One Night Stand is My CEO | #1 WILLIAM'S BOOKS SERIES |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang