Baby Twin

286K 17.7K 1.3K
                                    

"Aku ingin menjadikannya hadiah terindah untuk Sean."

--

"Hadiah? Kau akan memberikan hadiah apa untukku baby?"

Mike dan Tayana terkejut seketika, mereka melihat kearah pintu. Disana sudah ada Sean yang menaikkan alisnya penasaran. Tangannya juga tampak banyak bungkusan berbagai warna.

"Sedang apa kau disini?" Tanya Sean ketus sambil menatap Mike tajam.

"Apa kau tidak mengetahuinya? Pamanku sedang ada urusan di Dubai." Jelas Mike dengan senyuman kemenangannya.

"Lalu?"

"Aku yang mengambil alih pekerjaannya untuk merawat sahabat kesayanganku ini." Terangnya sambil mencubit pipi Tayana gemas. Rahang Sean mengeras seketika, Mike menyentuh calon istrinya, menyentuh Tayana!

Sean yang saat itu akan meledak pun terdiam saat Tayana bertanya.

"Apa itu?! Apa makanan?!" Sean kembali tersenyum lalu mendekati wanitanya itu. Mike yang seolah sadar dirinya sudah waktunya untuk pergi pun berdiri.

"Seperti aku harus pergi. Dan," Mike menatap bungkusan ditangan Sean. 'Sudah mulai merasakannya sobat?'

"Mungkin lain kali akan aku belikan semua pesananmu." Ucap Mike, Tayana mengangguk tersenyum, Mike pun meninggalkan mereka berdua.

"Cepat buka! Aku sangat lapar!" Ujarnya bersemangat. Sean tersenyum, entah mengapa tadi dirinya sangat menginginkan makanan ini semua. Padahal ia tak pernah menyukai makanan khas wanita seperti ini.

"Apa Mike mengirim pesan padamu? Aku sangat menginginkan semua makanan ini." Pekik Tayana kesenangan. Jelas saja, Sean membelikan cake dan segala macam jenis makanan berbahan dasar strawberry.

"Dia? Mengirimkan pesan? Kepadaku?! Harapanmu terlalu tinggi calon istriku." Dahi Tayana mengkerut, 'lalu, bagaimana bi-' Tayana menatap perutnya lalu tersenyum manis.

'Sepertinya sang raja mulai merasakan hadiah terbaikku.'

-

"Kau akan melakukannya sekarang?" Ucap lelaki itu. Wanita itu menyeringai bak iblis.

"Tentu saja, ini adalah saat yang tepat." Lelaki itu menatap wanita itu ragu seperti ada yang mengganjal di hatinya, perasaannya sangatlah tidak enak.

"Kau tidak mendengar kabar? Bandit tua itu saja sudah mereka masukkan ke dalam rumah sakit jiwa." Wanita itu terdiam lalu matanya kembali menajam.

"Aku tidak akan bernasib buruk seperti wanita tua bodoh itu, tidak akan pernah!" Ucapnya lantang dengan seringaian bak iblisnya.

"Karena aku telah merencakan semua ini bahkan sebelum kita bertemu."

-

"Mom! Untuk apa kau membawa semua ini?!" Ujar Sean gusar. Ibu, Ayah dan Adiknya datang membawa tumpukkan bunga, makanan, dan pakaian.

"Kabar Tayana masuk rumah sakit sudah menyebar, Mommy tidak tahu harus berbuat apa. Mereka mengirim ini semua kepada Mommy karena mereka sama sekali tidak bisa di hubungimu."

"Aku hanya menggunakan nomor pribadiku Mom." Ujar Sean mendesah frustasi.

"Ahk! Sean!" Jerit Tayana tiba-tiba yang sedang memeriksa bungkusan-bungkusan itu. Semua orang di ruangan itu sontak mendekatinya.

"Ada apa Tay-" ucapan Sean terpotong saat Tayana tersenyum lebar sambil memegang bucket strawberry dilengannya. Sean menghela nafas lega, dia pikir Tayana terluka akibat sesuatu.

Semua yang ada disana juga bernafas lega, mereka kira petugas keamanan mereka lalai dalam memeriksa semua barang-barang tersebut.

Tayana memakan strawberry itu tanpa ampun, padahal ia baru saja menghabiskan dua soft cake berukuran besar, enam tumpukkan waffle, tiga botol jus dan jangan lupa semua jajanan yang berbahan dasar strawberry.

"Lihat dia, aku jadi teringat saat kau hamil Sean dulu." Canda ayah Sean menyenggol lengan istrinya pelan. Mommy Sean jadi tertawa mengingat tingkah gilanya saat hamil Sean.

Tayana yang mendengar hal itu pun tersedak, dengan cepat Sean mengambilkan minuman lalu memberikannya kepada Tayana.

"Pelan-pelan sayang, apa perutmu tidak meledak, kau sudah banyak makan tadi." Ucap Sean, Tayana hanya mengangguk kaku. 'Sepertinya kau sangat menuruni sifat ayahmu, sayang'.

Tanpa sepengetahuan Tayana Mommy Sean menatap Tayana curiga, tanda-tandanya sama persis seperti saat dirinya ngidam dulu. Mungkin dia akan menjadi seorang nenek.

-

(Ruangan Mike)

"Dimana Sean?" Tanya Mike yang hanya melihat Tayana di antar oleh 3 pengawal.

"Dia sedang rapat di lantai atas, keluarga Sean juga sedang makan di bawah." Jawabnya, Tayana melangkah masuk dan 3 pengawal itu menunggu diluar.

"Kau masih belum mengatakannya kepada Sean?" Tanya Mike. Tayana menggeleng. Mike tersenyum, Sean adalah lelaki yang beruntung mendapat suprise terindah itu dari Tayana

"Kau tidak ingin melihatnya?" Tanya Mike, mata Tayana langsung berbinar lalu mengangguk semangat.

"Apakah bisa?" Jawab Tayana ragu. Mike mengangguk lalu mengambil peralatan USG.

Dengan semangat 45 Tayana menidurkan dirinya lalu membuka bajunya sampai di bawah dada. Mike menaruh gel yang entah apa namanya lalu mulai meletakkan alat kecil itu.

"Apa kau melihat mereka?" Tanya Mike dengan senyuman manisnya, Tayana menatap layar monitor itu bingung.

"Dua titik ini adalah janinmu." Jelas Mike dengan senyumannya. Tayana terdiam, wajahnya memerah menahan air matanya untuk tidak jatuh, tapi sedetik kemudian tangis harunya pecah.

"Dua titik? mereka? bayiku kembar?" Ucapnya masih dengan tangisan harunya, Mike mengangguk lalu memeluk tubuh mungil Tayana.

"Kau masih ingin menyembunyikan mereka dari Sean?" Tanya Mike, Tayana mengelus perutnya yang masih rata. Lalu ia menggelengkan kepalanya.

"Aku akan memberitahunya kepada Sean sekarang, aku sudah tidak sabar untuk melihat wajah terkejut Sean saat mengetahui mereka."

Mike tersenyum, ia sangat mendukung wanita yang sangat dia sayangi ini untuk bahagia. Walaupun di hatinya masih merasakan setitik rasa sakit, tapi dia mencoba mengikhlaskan. Melihat Tayana bahagia sudah sangat cukup untuknya.

"Kau ingin aku mencetaknya?" Usul Mike dan langsung di angguki semangat oleh Tayana.

-

Saat ini Tayana sedang berjalan menuju kamar inapnya, tak lupa dengan lembar foto janinnya yang sedari tadi ia genggam.

Dia bersenandung kecil dengan senyumannya yang tak pernah luntur. Pengawal-pengawal di belakangnya pun terlihat bingung terhadap sikap Tayana yang mendadak bertingkah seperti anak remaja yang sedang di mabuk cinta.

Tayana memperlambat langkahnya saat mendengar keributan dari dalam kamarnya. Dia semakin mendekat dan melihat pintu kamarnya terbuka sedikit.

Foto itu terjatuh dan senyumannya mendadak memudar saat mendengar teriakan seorang wanita.

"Aku hamil anakmu Sean! Kau harus menikahiku!"

Bersambung...

Medan, 23 Juni 2017.

My One Night Stand is My CEO | #1 WILLIAM'S BOOKS SERIES |Where stories live. Discover now