Fight!

417K 20K 421
                                    

Late Update! Ini sumpeh ngerjainnya cuman satu harian ini dan disela-sela kesibukan yang padat abis...
Walaupun tubuh lagi ga fit tapi nuna sempet-sempetin deh buat Update.(muachhh)

VOTE & COMMENT DULU BARU BACA❤️

--

"Kau tau apa yang akan terjadi padamu jika kau menyakiti sahabatku?" Seringaian wanita itu muncul, Sarah hanya bisa bergidik ngeri.

"Apa? Sahabatmu? Jadi yang memukul Tayana adalah kau?"

--

Sarah menunduk ketakutan. Ia merutuki dirinya sendiri, seharusnya ia tak memukul Tayana dan harus berurusan wanita sakit jiwa itu.

"Aku tidak mengerti apa yang dia katakan Sean!" ucapnya mengeluarkan air mata buayanya.

Dinda berdecak kesal. Wanita itu memanglah ular. Tangan mulus Dinda kembali mengcengkram lengan Sarah kuat.

"Dasar jalang! Kau memang benar-benar wanita ular" Pekik Dinda emosi mengguncang-guncangkan tubuh Sarah kuat. Dinda mengangkat tangannya dan akan menampar pipi Sarah kuat.

"Dinda cukup!" Pekik Sean menahan tangan Dinda. Dinda menatapnya tajam, lalu menghentakkan tangan Sean.

"Apa benar kau yang melakukannya Sarah?" Ucap Sean menatap Sarah intens. Wanita itu tergagap, Dinda tersenyum kemenangan.

"Apa aku terlihat seburuk itu Sean? Aku ti-dak mungkin melakukan hal seperti itu!" Isaknya lemah.

"Kau sudah mendengarnya! Sarah tidak mungkin melakukan itu. Kau harus minta maaf kepadanya!" Ucap Sean penuh amarah dan menuntut. Amarah Dinda semakin memuncak. Sean menyuruhnya meminta maaf pada wanita ular itu? Cih! Lebih baik ia mati sekarang juga!

"Haha, kalian memang pasangan yang sangat serasi. Si pria bodoh dan si wanita ular yang penuh drama." Ejeknya dengan senyuman meremehkan. Sean menggeram kesal, ucapan Dinda sukses membuat amarahnya memuncak.

"Jaga ucapa-" ucapan Sean terpotong saat Deon yang tiba-tiba masuk keruangannya. Matanya membulat saat melihat keadaan Sarah yang sangat kacau.

"Dinda, kenapa kau tak bisa mengontrol emosimu!" Ucap Deon frustasi, yang langsung membuat Dinda menatapnya tajam.

"Apa kau bilang! Yang aku lakukan ini tak sepadan dengan apa yang mereka lakukan! Melihat orang yang ia cintai lebih memilih wanita masa lalunya, yang pria itu sendiri tahu wanita itu adalah perempuan jalang!" Pekik Dinda terisak. Air matanya yang jarang keluar itu pun akhirnya jatuh juga. Ia sudah tak sanggup melihat Tayana tersakiti.

Tubuh Sean membatu, apa ucapan Dinda benar? Apa benar Tayana mencintainya?

Deon merengkuh tubuh Dinda yang masih terisak kepelukannya. Wanita tangguh itu menangis.

"Sean wanita ini bohong a-ku, Ahk!" Pekik Sarah tiba-tiba memegang dadanya. Dengan cepat Sean menangkap tubuh Sarah yang akan terjatuh. Rasa khawatir menyerangnya.

"Lihat, drama queen kita mulai beraksi! Hey wanita ular! Aktingmu tak akan bisa menipuku!" Pekik Dinda tersenyum merendahkannya bergetar saat Sarah mulai beraksi lagi.

"Sudah cukup! Sarah memiliki kelainan jantung! Apa kau tak memiliki hati!" Bentak Sean penuh amarah. Deon menatap sepupunya itu tajam lalu tertawa meremehkan.

"Jangan pernah membentak wanitaku! Aku rasa kau memanglah bodoh Sean. Bahkan kau dengan gampang di tipu oleh wanita psikopat itu. Open your mind!" Ucap Deon tajam lalu membawa Dinda melangkah keluar ruangan Sean.

Sarah menatap Sean yang mematung, Sarah kembali merintih dan langsung membuat Sean menatapnya. Disela-sela rintihannya ada senyuman licik yang muncul.

"Ayo kita ke dokter!"

"Tidak, aku baik-baik saja Sean, nyerinya sudah menghilang."

Sean mengerutkan keningnya. Aneh,

"Aku memiliki obatnya di tas. Hanya meminum beberapa pil rasa sakit ini akan hilang." Ucap Sarah memeluk Sean erat. Dan pria itu hanya bisa menghela nafas berat.

-

"Hey, kenapa kau diam? Siapa namamu?" Tanya Tayana riang. Wanita itu menatap Ken takut.

"Na-maku Ar-axi Deolla nona." Jawabnya gugup. Tayana menatap kearah Ken yang masih menatap Araxi tajam.

"Ken! Kenapa kau menatapnya seperti itu." Bentak Tayana marah. Dengan senang ia memeluk Araxi. Araxi hanya tersenyum kikuk. Setidaknya ia memiliki teman sekarang.

"Dan kau, jangan panggil aku nona. Kau bukan pelayanku." Ucap Tayana penuh penekanan kepada Araxi. Dan membuat Araxi mengangguk patuh.

"Ayo masuk." Ucap Ken menarik Tayana ke dalam. Araxi menatap dua insan itu iri. Andai saja kisah percintaannya seperti Ken dan Tayana, pasti ia sudah menjadi wanita yang paling beruntung.

'Mencairkan seorang raja es dengan luka mendalam di hatinya'

-

"Apa kau masih memikirkannya?" Ken menghempaskan tubuhnya di samping Tayana. Wanita itu menghapus air matanya cepat.

"Ken, apa aku memang tak pantas untuk Sean?" Tanyanya lirih, Ken menatapnya dalam.

"Sean yang tak pantas untukmu, kau terlalu baik untuknya, Sean hanyalah pria bodoh yang tak memiliki pendirian." Tayana menatap Ken. Yah, yang di katakan Ken memanglah benar.

"Aku hanya gadis miskin sebatang kara." Ucapnya lirih, air matanya kembali mengalir.

Ken memegang kedua pipi Tayana, dengan lembut ia menghapus air matanya. Tayana tersenyum manis. Sejak pertama kali ia melihat Tayana hatinya berkata kalau ia harus melindungi wanita itu.

"Jika saja kau mencintaiku, aku akan menikahimu saat ini juga." Candanya sambil terkekeh kecil. Tayana mencubit lengan Ken gemas.

"Ahk." pekiknya kesakitan.

"Ngomong-ngomong kau pandai juga memilih wanita." Goda Tayana nakal. Ekspresi Ken berubah seketika. Entahlah dia sendiri masih bingung dengan jalan pikirannya. Tak akan ada cinta lagi dikehidupan seorang Ken William, cinta hanya akan membuatnya lemah, dan cinta jugalah yang akan menghancurkannya lagi.

"Aku tau perasaanmu berbeda dengannya Ken." ucap Tayana menatap manik mata hijau Ken.

"Kau tahu aku seperti apa, di saat aku bosan pasti aku akan membuangnya." Ucap Ken datar, dan Tayana hanya mendengus kesal.

Mereka sama sekali tak tahu kalau sedari tadi Araxi mendengar pembicaraan mereka. Dengan air matanya yang sudah membanjiri pipinya.

-

"Apa dia ada di dalam?" Tanya Sean kepada seorang penjaga bertubuh tambun itu. Penjaga itu mengangguk meng-iyakan.

Dengan langkah panjang Sean memasuki rumah itu. Pandangan tertujuh pada Tayana yang sedang menanam bunga dengan Araxi.

'Bruk'

"Aku merindukanmu, sangat merindukanmu." Sean memeluk tubuh Tayana yang mematung seketika. Ia menghirup dalam aroma khas Tayana yang sangat di rindukannya.

"Lepaskan aku!" Ucap Tayana bergetar. Sebenarnya ia juga merindukan Sean, tapi hatinya sudah terlalu lelah.

"Aku tidak akan melepaskanmu. Pernikahan kita sudah aku tentukan. Kau akan menjadi istriku Tayana." Ucapnya dalam, yang langsung membuat mata Tayana dan Araxi membulat sempurna.

Bersambung...

Medan, 27 Nov 2016

My One Night Stand is My CEO | #1 WILLIAM'S BOOKS SERIES |Where stories live. Discover now