Part 18

2.2K 83 0
                                    

Diriku adalah aku. Aku yang memiliki diriku. Aku berhak memilih denan siapa aku jatuh cinta.

Matahari memasuki sela-sela jendela kamarku dan aku merasa cahaya hangat menerpa wajahku seketika membuatku terbangun dari alam bawah sadarku, aku menatap jam berwarna pink yang menunjukkan pukul 07.00 pagi untung saja hari ini adalah hari minggu. Jadi aku merasa sangat bebas.

Aku segera mengambil ponselku dan menyalakannya. Benda elektronik itu menyala dan Ada text messages dan missed calls dari Rio. Pesan teks itu berisi:

Good morning sayang. Have a nice day, bentar sore aku jemput ya kita hangout bareng

-rio

Senyum mengulas bibirku, dan membuatku segera bangkit dari tempat tideur dan menuju kamar mandi. Sesekali aku bersenandung tidak jelas karena sangat senang.

Setelah siap dengan rapih aku langsung segera turun ke lantai bawah untuk breakfast. Aku melihat bibi aisah dan mirna yang sedang menyiapakn breakfast di meja makan mereka tersenyum begitupun denganku.

"Bi, mom and dad mana? Pergi lagi ya?"

"Iya non, katanya balik hari kamis katanya ada urusan penting non" jawab bibi aisah

"Selalunya sibuk. Kok gak bilang ke aku sih kalau mom and dad mau pergi?" Ucapku sambil memajukan bibirku

"Non aira tadi masih tidur, jadi tuan dan nyonya gak mau bangunin non aira, tapi tadi tuan titip pesan katanya kamu mulai besok den jaden bakalan nginep disini dan non aira berangkat ke sekolah dan pulang bareng jaden. Katanya den jaden juga di suruh tuan buat jagain non aira"

Aku sempat terdiam mendengar perkataan bibi aisah tapi aku langsung menetralkan air wajahku agar bibi tidak merasa curiga seketika pun bi mirna menggodaku

"Oh mirna tau non aira pasti takut kan sama pacarnya? Nanti takut berantem sama den jaden" cengir mirna

"Ih apansih bi mirna ya enggaklah." Sahutku

"Yaudah sekarang sarapan dulu gih habis itu minum obat non" ucap bibi aisah

"Iya bi"

Setelah seleai breakfast aku kembali menuju kamar untuk mengambil ponselku, aku segera mengirimkan jaden e-mail karena sejak kemarin aku belum sempat meminta nomornya.


Den kesini dong, bosen nih gaada temen ngomong ngerasa alone banget. Yaya pleaseeeeeee


Beberapa menit kemudian ponselku berbunyi menandakan ada email yang baru masuk, aku segera mengeceknya dan ternyata email itu adalah balasan dari jaden

Rumah kita deket kali. Tapi Iya udah princess, gue mandi dulu"

Aku bersyukur memiliki seseorang seperti jaden yang sangat perhatian kepadaku bahakan terkadang perhatian jaden mengalahkan perhatian seorang pacar ke ceweknya, ya selain itu dia termasuk kategori cowok yang sangat romantis dalam hal percintaan. Aku dan jaden sudah kenal sejak berumur 4tahun aku sangat akrab dengannya dia sudah seperti seorang kakak bagiku, apapun yang menyakut diriku sangatlah penting menurutnya terlebih lagi jika seseorang menyakitiku. Itu membuat jaden sangat marah, pikiranku kembali mengingat kejadian dulu saat masih sd jaden sempat pernah menghajar kakak kelas kami hanya karena ia membuatku menangis, mengingat hal itu membuatku tersenyum dan menyadaari bahwa waktu berlalu begitu cepat.

Seketika aku merasa kedua mataku ditutupi oleh tangan yang sangat aku kenal.

"Jaden, lepasin! gue tau ini lo"

Iapun melepaskan tangannya dari kedua mataku dan duduk disampingku. Kami menatap layar tv karena film yang sedang main sangat merengut perhtian kami. Sampai suara jaden membuyarkan konsentrasiku

"Ra?"

"Iya?"

"Kok lo manggil gue kesini buat ngapain coba" ucapnya tersenyum

"Emang kenapa gak suka ya? Yaudah sana pulang gih gue gak apa-apa sendirian" sahutku sambil pura-pura memasang wajah kesal

Jaden malah tertawa dan membutku semakin kesal dengan tingkahnya, sekarabg aku membuang muka darinya dan tidak mau melihat eajahnya.

"cie ngambek, aku cuma nanya doang loh" sahutnya dan menusuk lesung pipiku dengan jari telunjuknya

"Bodo!"

"Lo ngambek tambah cantik, pengen gue cubit"

Sekarang pasti wajahku sudah memerah karena pukian dari jaden

"Bodo. Gak perduli"

"Yakin ngambek? Padahal tadinya pengen diajak jalan ke mall sih ya tapi berhubung ngambek jadi ngak jadi"

"Iya udah gak ngambek. Seriusan mau ngajak aku jalan?" sahutku memasang jurus puppy-eyes

"Gue selalu kalah kalau lo pake jurus kayak gitu, iyalah gue serius"

"Sekarang?"sahutku seraya memasang tampang bahagia dan senang

"Gak. tahun depan!. Iyalah sekarang" sahut jaden sambil tertawa

"Tunggu ya gue ambil sweater sama wedges gak lama kok."

"Gausah lama-lama entar gue lumutan terus ganteng gue ilang"

"Idihh" sahutku memutar kedua bola mata sambil menaiki anak tangga.

****

Rio POV

Apa ma?! Jangan bercanda. Rio gak mau di jodohin sama zahra!!" Ucap seorang laki-lali dengan intonasi meninggi

"Mama juga gak bisa berbuat apa-apa ri, maafin mama. Kamu kan tau apa akibatnya kalau kamu nolak perjodohan ini kan?" Tanya seorang wanita sambil meneteskan air mata

Rio tidak sanggup melihat mamanya orang yang sangat dicintainya meneteskan air mata, ia merasasangat bersalah karena sudah membentak dan membuat mamanya menangis. Saat ini yang ia tahu ia harus bersikap baik terhadap zahra dan menuruti semua oermintaannya msekipun ia sedikit ragu karena Aira, gadis yang dixintainya ia adalah alasan yang menbuat rio merasa bimbang saat ini.

"Iya udah ma, rio akan berusaha bersikap baik sama zahra. Tapi rio belum bisa menerima langsung perjodohan yang mama maksud rio juga butuh waktu!" saahut rio berlalu dari hadapan mamanya

Sekarang rio sedang menghempaskan tubuhnya diatas ranjang, sambil mengacak frustasi rambutnya. Ia merasa sangat marah. Marah dengan keadaan saat ini yang menbuatnya harus menghadapi segalanya. Kemudian pikirannya teralihkan dan mengambil benda elektronik yang menyala di atas nakas.

Ia membuka ponselnya berharap bahwa itu adalah pesan atau notif line dari kekasihnya, namun nihil sebuah pesan text yang ternyata dari seseorang yang telah membuat hidupnya terasa sangat rumit, siapa lagi kalau bukan zahra? Seketika ingin rasanya rio melempar ponsel goldnya tersebut ke arah lantai. Namun ia mengurungkan niatnya. mengingat bahwa ia harus terpaksa bersifat baik terhadap zahra. Mau tidak mau ia pun dngan sangat terpaksa membaca pesan teks tersebut.

Ri, jemput aku dirumah ya honey. Sekarang aku tunggu. Pengen jalan ke mall bosen dirumah.

-Zahra.

Rio terus menatap layar ponselnya dengan geram dan membalas pesan teks tersebut.

Iya. Gue otw

-Rio

Ia segera mengambil jaket hitam kulitnya dan melirik kearah jam yang terpampang di dinding jam menunjukkan pukul 12:00 Wib itu artinya ia masih sempat memiliki waktu untuk hangout bersama aira di sore hari nanti. Ia pun segera mengambil kunci mobil dan berlari keluar rumah.

***

I'm back hoho. Wdyt about part 18? Kependekan ya? Hehe. Piss

-jeje

DECEMBER TO REMEMBERWhere stories live. Discover now