2.4

3.9K 634 26
                                    

BAB DUA PULUH EMPAT

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

BAB DUA PULUH EMPAT

"I don't want to go home yet." He twisted at the waist and patted the seat behind him. "Take a walk on the wild side with me."

― J.M. Stewart, Her Knight in Black Leather

-

Jakarta,

delapan tahun sebelumnya


"Semuanya bawa krayon?"

Guru Seni Rupa kelas Gita bertanya, membuat gadis itu refleks menunduk menatap kotak krayonnya yang tertutup rapi dan segera mengikuti koor teman-temannya yang bersama-sama mengiyakan pertanyaan tersebut. Dengan wajah sumringah, Gita memperhatikan teman-teman sekelasnya yang sedang sibuk merapikan meja masing-masing agar terbentuk bagian lowong di atas meja sebagai tempat untuk meletakkan kertas gambar mereka nanti.

Selagi Sang Guru, Bu Sarah, mulai melangkah mengitari kelas sambil membagikan kertas-kertas gambar, Gita juga ikut merapikan mejanya yang dipenuhi oleh buku tulis dan pensil yang berserakan. Di sebelahnya, Rere justru sedang asyik sendiri membetulkan posisi dan letak krayon-krayonnya dalam kotak sesuai dengan warnanya.

Begitu akhirnya sebuah kertas diletakkan di atas meja Gita, dia pun bersorak senang dan segera meraih krayon berwarna kuning untuk mulai menggambar sketsa. Sejak pagi, Gita sudah menemukan objek yang akan digambarnya siang ini — yang tak lain dan tak bukan — yakni Muffin. Selain karena Gita benar-benar menyukai anjing itu, Gita juga ingin mencoba menggambar hewan atau bentuk apapun yang belum pernah menjadi objek uji cobanya.

Sementara Gita menggambar menggunakan krayon, Rere mengambil jalan aman dengan mulai mengguratkan ujung pensilnya ke permukaan kertas. Wajahnya terlihat luar biasa serius, dan hal itu membuat Gita penasaran dengan apa yang akan temannya itu gambar.

Tangan Gita bergerak lincah membuat kedua telinga Muffin, sambil gadis itu melirik sejenak ke arah Rere yang tengah menghapus sedikit bagian dari gambar buatannya. "Re, kamu bikin apa?"

"Mau tahu aja," sahut Rere sambil memasang cengiran licik yang mencurigakan. "Udah, cepet gambar."

Gita mendengus. Dia pun mulai mewarnai tubuh Muffin dengan warna cokelat muda dengan teliti dan perlahan. Sesekali, matanya kembali melirik ke arah kertas gambar Rere. Namun, sampai akhirnya waktu hanya tersisa lima menit lagi, Gita tidak pernah sempat mengetahui apa isi gambar tersebut.

Bu Sarah menepuk-nepuk tangannya dengan heboh. "Ayo, lima menit lagi. Yang udah, boleh langsung dikumpulkan."

Gita meraih krayon hitam dan mulai menebalkan bagian pinggir dari gambar buatannya itu. Sambil mempercepat gerakan tangan, Gita memutuskan untuk menambah beberapa hiasan pada latar agar tidak terlalu terlihat polos. Seperti misalnya rerumputan, tulang-tulang di bagian background, dan juga kupu-kupu yang ikut bermain bersama Muffin.

Indra ke-6Where stories live. Discover now