2.6

3.6K 613 102
                                    

BAB DUA PULUH ENAM

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

BAB DUA PULUH ENAM

"Expectations hurt, be it sorry, be it thank you."

― Vikrmn, Corpkshetra

-


Jakarta,

delapan tahun sebelumnya


Setelah Gita mandi dan mengenakan baju santai kesukaannya, dia pun membiarkan tubuhnya yang kini sudah sangat wangi itu dituntun oleh kakinya yang dibalut oleh kaus kaki pendek. Kedua kakinya tersebut menuntun Gita menuju kamar orangtuanya yang terletak tidak begitu jauh dari kamarnya sendiri.

Sambil menyibakkan rambutnya yang masih agak lembab ke belakang punggung, Gita menghentikan langkahnya di depan pintu kamar papa dan mamanya. Tangan kanannya sedikit terangkat, lalu dia mulai mengetukkannya pada pintu di hadapannya.

Terdengar suara mamanya dari dalam, "Masuk!"

Gita membuka pintu, berjalan masuk, kemudian menutup pintu itu kembali di belakang punggungnya. Matanya menangkap sosok Mama yang sedang duduk bersandar di sofa sambil melahap buah apel, dan juga Papa yang tengah mengeringkan rambutnya dengan handuk. Sepertinya, Papa juga baru selesai mandi.

Dengan langkah ringan, Gita menghampiri Mama dan duduk di sebelahnya. Di seberang sofa, terdapat sebuah televisi yang tengah menampilkan tayangan yang Gita tidak tahu judulnya. Mama bergerak untuk menyambar remote, lalu mengecilkan volume sampai suara dari televisi tersebut hampir tidak terdengar.

"Hai, Sayang. Kata Papa, kamu punya hot news, nih?" tanya Mama sambil menaik-turunkan alis.

Gita cekikikan dengan lucu. "Iya, dong! Aku ditawarin guruku buat ikut lomba gambar!"

"Ah, hebat banget anak Mama," sahut Mama, kemudian melebarkan kedua lengannya. "Ayo, peluk duluuu."

Gita langsung melemparkan tubuhnya ke dalam pelukan Mama. "Sayang Mamaaa."

"Mama lebiiih."

"Semoga Mama cepat sembuh, supaya bisa lihat aku gambar," doa Gita lirih sambil sedikit merenggangkan pelukannya untuk menatap wajah Mama.

Mama mengamini, lalu menunduk untuk mengecup kening Gita.

Beberapa menit kemudian, Gita pun meninggalkan kamar orangtuanya untuk membiarkan Mama beristirahat (dan agar dia tidak perlu mendengarkan suara dengkuran Papa yang membahana). Gadis itu melangkah cepat menuju dapur untuk mengambil air minum. Kemudian, dia berbalik ke arah ruang tamu, mengambil sepatunya dari rak, dan segera mengenakannya dengan cepat.

Begitu Gita bergerak untuk mengunci pintu setelah dia berada di luar rumah, dari jauh ia dapat mendengar suara gonggongan familiar disusul suara tawa anak laki-laki yang sangat hangat dan renyah. Dengan penuh semangat, Gita mengantungi kunci yang digunakannya barusan ke dalam saku celana tidurnya, lalu dia pun berlari-lari kecil menuju garasi rumahnya.

Indra ke-6حيث تعيش القصص. اكتشف الآن