2.8

3.3K 541 68
                                    

BAB DUA PULUH DELAPAN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAB DUA PULUH DELAPAN

"The world is full of obvious things which nobody by any chance ever observes."

― Arthur Conan Doyle, The Hound of the Baskervilles

-

Jakarta,

delapan tahun sebelumnya


Pemenang lomba gambar diumumkan seminggu setelah perlombaan ditutup. Pengumuman itu ditampilkan di website resmi majalah, dan juga dalam kolom Pojok Kreatif pada majalah yang terbit sebulan sekali tersebut. Mama berkata kalau Papa sudah mendaftar sebagai salah seorang pelanggan majalah itu untuk bulan ini, sehingga Gita pun selalu menanti-nanti penuh harap. Indra juga ikut menemani Gita, menunggu datangnya majalah sambil duduk-duduk di teras rumah.

Ketika akhirnya hari sudah beranjak sore, sebuah motor berhenti di depan rumah Gita. Gita yang sudah terantuk-antuk dan bersandar pada pundak Indra, segera duduk dengan tegak. Wajahnya menunjukkan puluhan ekspresi berbeda. Indra-lah yang mendapat getahnya: tangannya diremas-remas Gita bagaikan adonan kue.

Sang pengendara motor, yang merupakan seorang bapak-bapak berjaket hitam dan bersenyum ramah, melangkah turun dari motornya. Dibukanya bagasi kecil yang berada di bagian belakang kendaraannya tersebut, sebelum akhirnya ia mengeluarkan sebuah majalah bersampul plastik dari dalamnya.

"Selamat sore. Saya dari Kiddo Magazine, ingin mengantarkan majalah pesanan atas nama —" pria itu menunduk sejenak, membaca sebuah tulisan pada secarik kertas yang digenggamnya, "—Pak Guruh?"

Gita segera bangkit sampai-sampai Indra nyaris terinjak kakinya. "Ya, itu papa saya."

"Oke. Tanda tangani di sini, Dek."

Gita meraih pulpen sang bapak, melirik Indra sejenak, kemudian mulai membubuhkan tanda tangan jadi-jadian pada permukaan kertas. Seingat Gita, begitulah tanda tangan Papa.

Bapak itu mengecek kertas tersebut sekilas, sebelum akhirnya kembali tersenyum tipis pada Gita. "Baik. Terima kasih, Dek."

Begitu bapak-bapak pengantar majalah sudah pergi, Gita langsung menjatuhkan tubuhnya kembali di sebelah Indra. Sementara Gita mulai merobek plastik pembungkus, Indra memperhatikan dengan penasaran.

"Butuh bantuan?" tanya Indra.

Gita menggeleng cepat. "Aku bisa."

Muffin, yang terbangun sejak kedatangan si Bapak Pengantar Majalah, bangkit untuk memindahkan pantatnya ke bagian teras yang lain. Lalu, anjing itu kembali memejamkan matanya setelah menggonggong sekali.

Ketika plastik pembungkus menyebalkan itu akhirnya terbuka juga, Gita langsung membuka majajalah tersebut tanpa repot-repot meletakkan sampah plastik tadi di tempat yang benar. Jantungnya berpacu cepat. Tangannya membalik-balikkan halaman dengan kaku.

Indra ke-6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang