4.7

3.6K 485 40
                                    

BAB EMPAT PULUH TUJUH

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

BAB EMPAT PULUH TUJUH

"Ten minutes with a genuine friend is better than years spent with anyone less."

― Crystal Woods

-

Jakarta,

tujuh tahun sebelumnya


Setelah mengambil lima hari untuk libur dengan alasan sakit, akhirnya Gita kembali menginjakkan kakinya di depan gerbang sekolah. Dengan kedua tangan menggenggam erat tali tas ranselnya, gadis itu memperhatikan sekitar dengan ekspresi yang tidak dapat diartikan.

Lalu, begitu lima menit telah terlewati tanpa pergerakan, Gita akhirnya bergerak juga. Dilangkahkannya kaki menuju kelas, yang bahkan dari kejauhan pun sudah terdengar keributannya. Tanpa sadar, bibirnya mengukir sebuah senyuman kecil yang dipenuhi rasa optimis.

Tangannya mendorong pintu dengan perlahan, dan kepalanya pun dijengukkan duluan ke dalam untuk mengintip aktivitas teman-teman sekelasnya. Selama beberapa detik, seluruh kegiatan terhenti dan semua pasang mata memperhatikan Gita. Gita mengedip bingung, namun tak urung mengucapkan selamat pagi yang hanya dibalas oleh segelintir orang.

Mengedikkan bahu, Gita pun melangkah masuk dan segera menutup pintu. Kegiatan kembali berlangsung seperti semula, mengagetkan Gita karena perubahan kebisingan di dalam ruangan, sebelum akhirnya gadis itu cepat-cepat duduk di sebelah Rere.

"Lagi apa, Re? Kok berisik banget, sih?"

Rere hanya menoleh sekilas untuk menjawab. "Ada ulangan."

"Ulangan?" ulang Gita. "Hah? Tapi, aku belum belajar!"

"Yah, belajar, dong? Masa' ulangan harus diundur cuma karena kamu belum belajar?" balas Rere. Dibolak-balikkannya halaman buku dengan asal, kemudian dia kembali membuka mulut. "Oh iya, yang duduk di sebelahku sekarang Kayla."

Kedua alis Gita bertaut dalam. Gadis itu menyempatkan diri untuk menoleh ke belakang, meja tempat Kayla biasa duduk sendiri, sebelum akhirnya kembali menatap Rere. "Kayla? Kok bisa?"

"Ada ... pertukaran teman sebangku? Ya, rolling gitu. Kamu nggak masuk, jadi nggak kebagian teman sebangku."

"Tapi kita kan udah jadi teman sebangku dari lama!"

"Aku juga udah berteman sama Kayla dari lama."

Gita merasakan wajahnya panas. Hidungnya terasa sedikit perih, dan sepertinya dia akan menangis sebentar lagi. Dia berusaha keras untuk tetap terlihat tegar, namun kemudian seseorang memasuki kelas dan hati Gita mencelos begitu menyadari kalau orang itu, Kayla, langsung berjalan menghampiri meja mereka.

Indra ke-6Where stories live. Discover now