Part 14 . 1

10.1K 666 7
                                    

Haii

Maaf lama yhaa

Semoga kalian suka

Yuk langsung baca aja


Sepulang dari toko buku om duda terus diam. Aku udah mencoba buat ngajak ngomong om saat dia menyetir tapi responnya nihil. Om duda terus diam dengan rahang menegang dan matanya tajam menatap jalan.

Aku beranikan untuk memegang tangannya yang memegang erat setir mobil. "Om, jangan diam terus dong. Ngomong apa gitu. Aku jadi serem nih."

Om masih diam tapi aku merasakan tangannya tidak setegang tadi. "Om, aku minta maaf yha."

Oke, ini tidak benar. Aku harus lebih melunak.

"Mas, kamu jangan suka ngambek dong. Aku jadi takut nih." rengekku manja.

"Hmm.."

Hanya itu yang keluar dari mulutnya?

"Mas, maaf yha. Aku tadi itu beneran gak ngerti kenapa dia bisa ngomong gitu."

"Loh om, kok berhenti di toko perhiasan sih."

"Ck, tadi udah bagus panggil mas. Sekarang kok balik panggil om sih."

"Yha abis kamu gak ada respon saya panggil mas."

"Kamu itu kalo ngerayu harus totalitas dong. Jangan cuman bentaran aja."

Dia bilang ngerayu yang totalitas?

"Yha ini ngapain kesini? Katanya mau pulang?"

Alih-alih menjawab, si om malah turun dan berjalan cepat lalu membukakan pintu disebelahku.

"Turun." Perintahnya.

Aku memutar bola mataku. Jengah dengan gaya bossy kebanggaannya. Selalu merintah dan aku harus selalu menurutinya tanpa ada perlawanan.

"Turun Alina," geramnya karena aku masih belum berniat keluar dari mobil. Lagian ngapain sih ke toko perhiasan?

"Alina.." dia memanggilku lagi.

"Iya iya aku turun," dengan menggerutu aku turun dari mobil.  Om menarikku untuk masuk ke dalam toko.

Jangan bayangkan ini toko perhiasan biasa. Karena ini adalah Frank and Co. Damar mengajakku ke Frank and Co ini buat apa?

"Om, mau ngapain kesini?" aku sedikit menghentakkan tanganku yang ada di genggamannya.

Damar masih belum merespon.

"Om, mau ngapain?"

Dia gak bakal memepercepat pertunangan kan? Ini bukan karna aku besar kepala. Tapi entah kenapa perasaanku bilang Damar mau mempercepat pertunangan.

"Om.."

Damar berhenti dan menarik tanganku agar lebih mendekat ke arahnya.

"Mulai sekarang jangan pernah panggil saya om lagi. Panggil saya mas Damar karena mulai sekarang kamu tunangan saya."

Tuh, benerkan firasat aku? Ini gak boleh terjadi. Tunangan di masa SMA sama sekali enggak ada dalam rencana hidupku. Jalan hidup aku masih panjang. Masa iya aku harus tunangan.

"Om-" "Mas." Potong Damar saat aku akan memanggilnya om.

"Iya, mas Damar gak lupa kan sama janji mas Damar sendiri? Katanya nunggu aku siap."

"Yha kamu kapan siapnya Alina? Itu udah ada cowok lain yang nyata-nyata ngedeketin kamu. Kenapa kamu gak nolak? Mending kita tunangan sekarang atau kalau kamu enggak mau yha sekalian kita nikah aja."

"Hah?"

Dia bilang menikah?

See you soon di 14.2

Babay

Stepmother Wannabe (Miss Nyinyir)Where stories live. Discover now