Part 21.3

9.2K 557 22
                                    

Haiii Alina Datang Lagii

Semoga kalian suka yhaa

Selamat membacaa

Alina tersenyum geli saat mengingat drama komedi buatan Damar. Laki-laki yang umurnya sudah hampir tiga puluh itu ternyata masih punya sisi kekanakan. Bagaimana bisa papa Damar cemburu karena Disya suka dengan Max yang notabene hanyalah anak seumuran Disya?

Untung saja setelah Alina memberikan pengertian, Disya mau minta maaf ke papanya. Damar bukan main senangnya saat Disya mau memeluknya kembali. Berkali-kali Damar mencurahkan rasa cintanya ke Disya dan Deno lewat ciuman di pipi gembul mereka.

"Maaf yha papa. Disya sayang dan cinta papa."

"Iya sayang. Papa juga sayang kalian. Muah muah muah." Damar kembali menyerang pipi gembul Disya dengan.

"Mamih juga katanya cinta papa." Celetuk Disya lagi dengan terkikik karena kegelian diciumi terus oleh Damar.

"Hahahah kalau itu papa udah tau sayang." Jawab Damar dengan tertawa lepas. Berbalik dengan Alina yang menarik dua ujung bibirnya kebawah.

Sorenya Damar mengajak Alina, Ale dan trio krucil untuk makan di salah satu rumah makan jepang yang sedang hits diperjagatan anak kuliahan. Rupanya Damar mulai mengimbangi kehidupan muda Alina. Tidak lupa pulangnyya Damar membungkus beberapa menu untuk calon mertuanya alias mama papa Alina.

Meskipun Damar sudah luluh hatinya, sungguh Alina masih penasaran dengan sosok Max. Alina ingin tau sosok seperti apa yang sudah membuat Damar cemburu. Esok harinya, Alina sengaja menyempatkan diri untuk mengantar Disya ke sekolah walaupun harus mengorbankan waktu kerja kelompoknya untuk mengerjakan tugas salah satu mata kuliah yang membahas bisnis. Alina sangat bersemangat.

Pagi-pagi buta dia dan Ale sudah datang ke rumah Damar. Padahal biasanya Damar and the krucils yang datang untuk menjemputnya. Tapi kali ini adalah momen spesial Alina untuk ketemu si calon menantu. Siapa lagi kalau bukan sosok misterius Max. Awalnya Ale menolak ide Alina, tapi kemudian Ale menurut saja setelah diiming-imingi dua loyang pizza. Demi lancarnya misi Alina, Ale dan Dendi harus rela hati hanya diantar supir Damar. Alina ingin punya banyak waktu untuk berbicara dengan Max.

Sebelum berangkat mengantar duo krucil, Alina sudah mewanti-wanti Damar untuk tidak mencampuri urusan Max. Alina hanya mengizinkan Damar untuk mengantar mereka sampai gerbang sekolah, sedangkan untuk urusan selanjutnya Alina yang akan mengurus. Kali  ini Damar setuju. Dia mau diam di mobilnya saat Alina dan anak-anaknya masuk ke area sekolah.

Baru saja Alina akan bertanya yang mana sosok Max pada Disya, sudah ada anak laki-laki tampan berambut coklat mendekati Disya. Mata anak itu coklat, perawakannya juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan teman sebayanya. Anak laki-laki itu datang dengan bibir tersenyum lebar. Ternyata dialah sosok Max. Alina tau itu setelah Disya membisikkannya ke Alina dengan malu-malu.

"Mi, ini Max. Max baik kok mih." Begitu bisikan Disya.

Alina yakin kalau Alina seumuran Max, pasti Alina sudah bersaing dengan Disya untuk mendapatkan Max. Namun sayang, umur tidak bisa berbohong dan harus dengan ikhlas mengurungkan niatnya. Kulit Max tidak terlalu pucat seperti bule pada umumnya. Ya, Max itu adalah anak dari papa seorang Mexican dan ibu Indonesia. Mata coklatnya senada dengan warna rambutnya.

Sifat Max juga sangat sopan dan penyayang. Membuat Alina semakin terlikat dengan sosok Max dan yang terpenting adalah Alina dengan suka cita memberikan restunya untuk Disya dan Max. Biarlah urusan restu Damar akan diurus belakangan. Alina sudah menyiapkan strateginya untuk menyakinkan Damar atau bahkan memaksa papa posesif itu.

"Hai aunty Alina, aku Max. Aku happy bisa meet Aunty." Max mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Alina. Alina tentu dengan senang hati mengulurkan tangannya untuk menyambut Max.  Oh, udah tampan, sopan, calon menantu idaman banget lah.

"Oh, hai Max. Aunty juga senang bertemu Max."

"Aunty, hari ini aku bawa so many animals biscuit. Aunty mau? Aku akan take it there."

"Oh, thank you Max. Tapi aunty Alina harus cepat pulang. Lain kali aja yha. Oh yha aunty titip Disya yha. Tolong dijaga Disyanya"

Max yang ada dimata Alina adalah sosok anak kecil yang luar biasa tampan meskipun gaya bicaranya agak aneh. Bahasa Indonesia dicampur-campur dengan bahasa Inggris. Untung saja yang dicampur itu bahasa Inggris, bukan bahasa Spanyol, bahasa resmi Meksiko.

Alina tidak bisa terlalu lama berada di sekolah Disya Deno, dia harus segera ke kampus agar tidak telat. Selain itu hari ini ada jadwal untuk bertemu dengan WO yang mengurusi pernikahannya. Untung saja pihak WO mau datang ke kafe dekat kampus. Yah, kali ini Damar harus absen menemani Alina karena alasan pekerjaan. Maklum saja Damar bukanlah pemilik perusahaan yang bisa seenak hati mengganti jadwal meeting. Damar hanyalah orang kepercayaan Presdir di kantornya. Untung saja Alina mau memahami keadaan Damar.

Entah darimana asalnya, ego Alina akhir-akhir ini mulai menurun. Banyak pemakluman yang dia berikan ke Damar. Yha meskipun banyak juga kecurangan yang Alina buat, seperti tidak memberitahukan Daren yang kuliah bersamanya. Bisa gawat, yang ada ketenangan Alina di kampus bisa hilang. Tanpa tau keberadaan Daren saja Damar sering antar jemput Alina, juga berkali-kali menelpon Alina untuk mengecek Alina.

Seperti kali ini, Damar sudah memarkirkan mobilnya di parkiran fakultas Ekonomi dan Bisnis, tempat Alina kuliah. Memanfaatkan waktu sebelum jam masuk kantor tiba, Damar memilih mengahabiskan waktunya dengan Alina di mobil.

"Maaf yha sayang, aku gak bisa temenin kamu hari ini. Atau kamu mau diundur aja meeting bareng WOnya?"

"Enggak deh, nanti tambah sulit ngatur waktunya. Mumpung tugas aku masih sepi. Nanti kalo udah padet kuliahnya aku malah gak bisa ketemu."

"Kamu yakin? Yha udah kalau itu mau kamu. Nanti maleman aku ke rumah kamu yah."

"Hemm."

"Kok gitu jawabnya?"

"Iya, Damar."

Berbicara masalah pernikahan, Alina sudah memilih catering. Model undangan dan sovenir juga sudah dipipilih. Saat memilih sovenir, Alina ditememani Dendi dan Ale. Dua anak laki-laki itu memberikan banyak masukan yang cukup memusingkan. Pada akhirnya Alina menyerahkan semua urusan Sovenir ke mereka berdua. Dua anak itu yang memilih model dan spesifikasi Doraemon. Sudahlah Alina tidak perlu pusing-pusing masalah ini karena Dendi dan Ale sangat memahami hal-hal seperti ini.

.t.h.a.nk.y.o.u.

yha udah bacaa

.t.h.a.n.k.y.o.u.

Udah kasih vote comment juga

Itu beneran buat aku tambah semangat

See you soon yhaa buat kalian semuaa

Babay!

Stepmother Wannabe (Miss Nyinyir)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang