Part 22.2

20.5K 882 141
                                    

Haiii

Alina datang lagi!!

Kangeeeen banget buat update.

Semoga selanjutnya bisa cepet yhaaa

Oh yha aku numpang kasih info.
Buat kalian yang baca ceritaku yg judulnya "I'm fine without you", tenang dulu yha.. aku bakal lanjutin kalau cerita si Alina ini selesai. Makasiiiih juga atas semua respon kalian. Aku suka baca Comment kalian 😉😉

Yha udah selamat membaca yhaa

Part 22.2

Mata Alina terus menelusuri hall hotel yang sudah disulap sedemikian rupa menjadi pesta pernikahan impian Alina. Dibeberapa sudut ada figur dari kartun Doraemon. Semua dipadukan dalam berbagai ukuran dan warna namun tetap selaras dengan tema warna yang diambil, yaitu baby blue.

Disalah satu tempat juga disulap menjadi pojok foto yang sangat lucu. Ini adalah desain khusus buatan Alina. Ada boneka besar Doraemon, juga Nobita dan Sizuka yang diberi kostum ala pengantin. Didepannya, ada sebuah kursi panjang yang juga dihias apik dengan berbagai pernak-pernik.

Bahkan ada satu pasang badut Nobita Sizuka yang siap menghibur anak-anak. Semua ini adalah konsep dari Alina. Semua yang ada di otak Alina dituangkan dalam acara ini. Sedangkan Damar hanya diam menuruti semua keinginan Alina. Bisa gawat nanti kalau Alina marah, ngambek dan berujung minta dibatalkan pernikahannya.

Damar sangat memahami sikologis Alina. Dua bulan sebelum acara saja Alina sudah dilanda panik berlebih, mood yang naik turun dengan cepat, sifat Alina yang suka cepat berubah dari sensitif, ceria dan kembali lagi ke sensitif. Kadang Damar berfikir bahwa menghadapi Alina di detik-detik pernikahan akan dihelat hampir sama dengan mengahadapi perempuan yang sedang hamil. Hormonnya naik turun.

Semua tamu yang datang menjadi takjub setelah melihat tema yang dipilih dalam pernikahan ini. Anak-anak kecil yang dibawa dalam acara ini pun lebih terhibur dan tidak bosan. Maklum, beberapa anak yang dibawa ke pesta pernikahan biasanya akan cepat bosan dan akhirnya merengek ingin pulang. Padalah mama papanya masih pingin ngobrol sana-sini dengan temen lama. Ditambah lagi ada meja yang khusus menuediakan makanan untuk anak-anak. Mulai dari permen, biskuit dengan aneka bentuk, cup cake dengan aneka bentuk yang lucu, permen, susu, dan masih banyak lagi.

"Mas, itu yang lagi main sama Disya, si Max kan?" Alina berbisik pelan ke suaminya. Tangannya masih mengalung ke tangan Damar untuk berpegangan agar tubuhnya tidak ambruk. Maklum saja sudah tiga jam Alina berdiri di pelaminan. Alina sudah capek. Apalagi hari ini Alina harus bangun dini hari supaya acara make upnya bisa selesai tepat waktu.

"Ck, Disya kok masih suka deket sama Max? Kamu belum peringatin Max?" Damar balik berbisik ke Alina.

"Hah? Kapan aku peringatin Max? Aku tuh malah ngerestui Disya sama Max. Max itu yha mas orangnya baik, sayang sama Disya, terus ganteng juga. Blasteran lho Max itu mas. Kamu udah tau kan?"

"Pokoknya aku enggak suka kalau Disya deket-deket sama Max. Apaan, aku jadi dilupain."

"Kalau gitu gimana kalau papaku nolak aku deket-deket sama kamu? Kamu mau?"  Alina yang melepas tangannya dari gelayutan manja yang sedari tadi dilakukan di lengan Damar dan sedikit menjauhkan badannya dari Damar sebagai tanda protes.

"Yha enggaklah. Kamu kok jadi ngelantur." Tangan Damar menarik pinggang Alina agar lebih mendekat lagi.

"Iya, sama aja kan? Kamu enggak boleh deket-deket sama aku, terus Disya juga enggak boleh deket sama Max. Impas kan?" Alina sudah berysaha melepaskan diri dari Damar, tapi nyatanya tangan Damar semakin kokoh menahan Alina.

"Udah enggak usah dibahas. Kamu jangan jauh-jauh."

"Daren!" Alina memekik pelan saat melihat Daren melangkah santai menuju pelaminan mereka.

"Jangan jelalatan kamu." Dengan nada tegas, Damar mengingatkan Alina.

"Ck, apaan sih."

Mata Alina kembali memandang Daren dengan segala gerak gerik Daren. Sedang bibir Alina terus menampilkan senyuman lebar. Senyum ini sebenarnya adalah pancaran bahagia Alina di hari resminya menyandang status baru. Namun lain halnya dengan Alina, Damar menangkap itu sebagai sinyal buruk. Damar menganggap Alina menampilkan senyum itu hanya karena kedatangan Daren.

"Selamat yha Na. Bahagia selalu." Daren langsung memeluk Alina dan berbisik pelan.

"Ehm." Damar tidak suka ini. Bagaimana bisa Daren memeluk istrinya di depan matanya? Dimana rasa takut laki-laki itu?

Daren melepas pelukannya dengan Alina lalu segera beralih ke Damar untuk menjabat tangannya dengan gaya anak muda. "Pak Damar juga selamat bisa nikahin nih anak. Susah lho jinakinnya. Oh yha ati-ati Pak, kalau lagi ngamuk sisi macannya bisa keluar tuh." Daren sudah tau bagaimana watak Damar lewat cerita-cerita dari Alina. Dia sudah menduga bahwa om-om yang sudah menjadi suami Alina ini pasti sedang terbakar cemburu.

"Eh! Ngomong apaan? Enggak kok mas."

"Ciee.. yang takut ketahuan..." Daren terus menggoda Alina.

"Udahlah, mending kamu makan aja. Huss.." lalu dibalas dengan isiran Damar.

"Kok makin dusel-duselan sih mas." Alina merasa bawa Damar semakin mengeratkan pelukan tangannya di pinggul Alina.

"Aku gemes." Bisik Damar lagi.

"Mas, liatin belakangku dong."

"Liat apa?"

"Aku takut tembus mas, kan gaunnya warna putih. Aku takut keliatan kalo tembus."

"Kamu?" Lemas sudah badan Damar.

"Iya, aku mas. Gaun aku yang dibelakang liatin."

"Kamu lagi dapet?"

"Iya lah! Kalo enggak ngapain aku minta tolong liatin belakang aku."

"Nanti gagal dong sayang." Ini semskin membuat Damar lemas. Ahh.. tidak ada tanggal lain kah? Kenapa harus bersamaan dengan... Ah!

"Hah?" Alina masih belum tau maksut Damar.

"Apanya sih yang gagal?" Tanya Alina lagi.

"Kamu buat aku lemes tau gak!"

"Kenapa aku berat yha? Yha udah aku enggak usah peluk-peluk aku lagi! Aku emang berat. Gara-gara aku kamu jadi lemes!"

"Bukan itu Alina..."

Terimakasih yhaa
Kalian udah bacaa
Udah mau kasih Vote jugaa

Makasih yhaaa

Daaan see you on next part yhaaa
😙😙

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 17, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Stepmother Wannabe (Miss Nyinyir)Where stories live. Discover now