Part 14.2

10.1K 628 4
                                    

Selamat Pagi

Kali ini aku update per sub part aja.
Biar enggak terlalu lama mengendap di work sheet aku dan akhirnya aku semakin malas buat ngetik.

Semoga kalian suka ya

Selamat membaca

"Tunangan? Menikah? Kamu pernah gak sih mikirin posisi aku? Aku ini masih SMA Damar!"

Biar aja aku panggil Damar hanya dengan panggilan namanya. Aku ikut emosi, kenapa bisa dia membahas masalah dua hap itu? Aku kan sudah bilang kalau aku belum siap.

"Aku tau Alina. Memangnya kenapa kalau kamu tunangan waktu SMA? Kamu takut gebetan kamu pada kabur?"

"Loh, kok malah ngomongin gebetan?" Emang aku ini tukang selingkuh?"

Enak aja dia main tuduh. Dikira aku ini yukang selingkuh? Emang aku masih anak SMA, tapi aku enggak selabil itu juga. Aku masih setia sama Damar. Yha meskipun aku juga gak ada perasaan apa-apa.

"Yha kamunya kenapa gak mau tunanagan? Waktu itu dicium sama laki-laki lain, tadi ada yang ngaku jadi calon pacar kamu. Besok apa lagi Alina? Ngaku jadi calon suami kamu? Pokoknya sekarang kita tunangan."

"Aku kan bilang karena aku masih sekolah. Lagian ciuman apaan sih."

"Waktu kamu ke ulang tahun temen kamu. Kamu pikir aku lupa waktu kamu dicium temen kamu?"

"Dia cuman bisikin aku Damar! Gak ada cium-cium." Aku berdecak kesal. Itu kan sudah lama. Lagian aku juga udah bilang kalau itu cuman salah paham. Kapan sih Damar ngerti.

"Pokoknya sekarang kita beli cincin. Aku gak mau lagi kamu diganggu laki-laki lain yang ngaku-ngaku dekat sama kamu."

Tanpa mendengarku lagi Damar menarik tanganku. Masuk ke Frank and Co dengan sambutan pelayan yang sempurna. Jauh dari kata mengecewakan.

Banyak cincin diperlihatkan disini. Sebenarnya bagus-bagus, tapi karena terpaksa aku jadi malas untuk memilih.

"Kamu mau yang mana sayang?"

Tunggu Damar panggil aku sayang? Sejak kapan?

"Sayang?"

Oh sepertinya Damar mulai gila.

"Kamu aja yang pilih, yang pakek kan juga kamu," jawabku santai.

Damar mendekatkan wajahnya ke telingaku. Dia berbisik dengan nada tegas tanpa mau dibantah.

"Alina, aku gak mau berdebat lagi yha. Sekarang kamu pilih yang mana atau sekalian aku yang pilih dan kamu gak boleh protes. Ngerti?"

Aku mengangguk pasrah.

Sudah, aku pasti aku kalah kalau Damar bersikap seperti ini. Keras kepala dan gak mau ditolak.

Dengan enggan aku memilih cincin. Aku memilih model yang biasa saja. Tidak terlalu mencolok.

"Kok pilih yang biasa?" Damar mendekatiku yang sedang memilih cincin dengan pelayan.

"Biar gak nyolok."

"Kasih yang bagus mbak," sela Damar.

Pelayannya tersenyun manis lalu beejalan masuk ke dalam ruangan.

"Katanya aku yang pilih," gerutuku.

"Yha kamu jangan pilih yang terlalu biasa dong. Ini cincin tunangan kamu. Kamu harus pilih yang bagus."

Aku hanya berdecak. Memangnya siapa yang berniat bertunangan dengan dia? Ini kan kemauan dia. Aku juga kepaksa.

Setelah itu pelayan datang. Membawa lima model cincin yang bagus sekali. Lalu Damar dengan antusias memilih satu diantara model itu.

"Yang ini aja gimana sayang?"

Dia memilih sebuah cincin dengan beelian diatasnya. Sebenarnya aku lebih memilih model cincin yang bulat sederhana tanpa ada hiasan apapun. Lebih aman kalau dipakai. Lebih gampang buat jawab pertanyaan teman-teman.

Ck, bisa gak sih dia itu panggil aku pakek nama aja? Geli tau dia panggil-panggil pakek kata sayang gitu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ck, bisa gak sih dia itu panggil aku pakek nama aja? Geli tau dia panggil-panggil pakek kata sayang gitu. Ih, males banget.

"Hem, terserah kamu."

"Yha udah, yang ini mbak."

Thanks for reading

See you soon yhaa

Dan

BABAY

Stepmother Wannabe (Miss Nyinyir)Where stories live. Discover now