Part 17.3

9.3K 654 28
                                    

Haii Alina dataaang

Semoga bisa jd hiburan di long weekend ini yhaa.

Selamt membaca

.

.

.

Alina tersenyum bahagia. Hampir seminggu Alina tidak bertemu dengan krucil-krucilnya.

"Hai sayaaang. Mama kangen bangeeeet!" Alina berdiri dari duduk dan memundurkan kursinya.

"Peluk mamaaa.." teriak Disya Dino.

Alina merentangkan tangannya dan menundukkan badannya, bersiap menerima pelukan mereka.

"Aaaah, mama kangen banget." Kata Alina saat tiga anak itu sudah ada dalam pelukannya. Kemudian satu persatu kening anaknya dicium sayang.

Alina berjongkok. Menyamakan tingginya dengan trio krucil.

"Kita juga kangen mama." Desya sambil memeluk Alina lagi.

"Mama lagi banyak belajar nih sayang. Maaf yha."

Alina memang sedang marah dengan om Damar, tapi Alina tidak bisa ikutan marah dengan trio krucil. Alina benar-benar menyayangi mereka.

"Mah, papa sakit." Dendi mendekat ke Alina.

"Hah?"

"Iyaaa, papa sakit. Tadi Disya ikut kasih kompres dikepalanya. Untung Disya punya kompres di kamar Disya. Baik kan yha Disya ma?" Disya dengan wajah memelasnya.

"Iya, baik banget Disya. Papa sakit apa sayang?" Alina sambil mengus puncak kepala Disya.

"Papa demam, ma." Dendi.

"Terus sekarang gimana? Udah dibawa ke dokter?"

"Belum, kita kan sekolah." Deno.

"Mama sekolah juga yha? Nanti kalau pulang sekolah jenguk papa yha. Kasian, papa sendirian." Lanjut Deno dengan wajah sama sedihnya.

"Ooh, sini mama peluk biar enggak sedih lagi." Deno langsung menghambur kepelukan Alina. Lalu merapatkan kepalanya ke leher Alina untuk mencari kenyamanan.

"Eem, hari ini mama ada les. Jadi mama enggak bisa kesana." Jujur saja Alina masih marah, Alina masih belum bisa bertemu dengan Damar.

Deno menarik tubuhnya untuk memberi jarak. Memandang Alina sedih.

"Mama masih marahan sama papa?"

"Enggak kok Deno sayang. Mama emang ada les. Nanti biar mama bilang ke tante Erika buat jaga papa."

Biar dua orang itu bisa deket. Sekalian aja nikah sama Erika. Batin Alina sebal.

"Tante Erika kan emang ada di rumah, ma." Celetuk Disya.

"Hah?"

"Tadi pagi tante Erika ke rumah. Terus keluar lagi, katanya mau beli bubur buat papa. Jadi papa sendirian lagi deh." Dendi mengambil alih.

Oh jadi gitu, mumpung lagi marahan dia malah seenak hati nerina perhatian dari perempuan lain. Kenapa enggak sekalian Erika aja yang dilamar. Aku kan bisa cari pacar yang lain. Daripada setiap hari dimarahin gak jelas. Kan mending cari yang sabar. Gerutu Alina dalam hati.

.

.

.

Sore hari Alina masih ada di tempat lesnya. Mempelajari beberapa bab yang kemungkinan akan keluar dalam ujian masuk perguruan tinggi. Alina sudah memilih jurusan manajemen. Dia ingin belajar untuk mengelola travel milik keluarga. Alina juga memilih salah satu universitas negeri bergengsi sebagai targetnya. Alina butuh konsentrasi untuk mencapai itu, tapi hari ini semuanya rusak. Pikiran Alina didominasi dengan rasa khawatirnya ke Damar.

"Si om udah sembuh gak sih? Lagian sakit kok gak bilang ke aku. Dia pasti lagi kesenengan dibelai-belai sama Erika. Udah ketauan tuh belangnya dia. Abis marah-marah bukannya minta maaf ke aku, eh dia malah cari perhatian ke perempuan lain."

Bibir Alina mengoceh terus selama di mobil. Ya, kali ini Alina bisa membawa mobil. Tidak ada yang melarang. Seharian om duda tidak menghubunginya. Tidak ada chat atau telpon dari dia.

"Ini aku dibolehin bawa mobil pasti dia males tuh anter jemput aku. Lebih enak dimanja sama Erika pasti."

"Iiih nyebelin bangeeet!"

Awalnya Alina enggan menjenguk om duda Damar. Cuman Alina enggak sampek hati mengingat bagaimana anak-anak Damar datang ke rumahnya untuk memberitahu keadaan papanya dan gimana gencarnya trio krucil menelponnya untuk mengingatkan jangan samapai lupa untuk menengok papa. Akhirnya dengan berat hati Alina mengarahkan mobilnya ke rumah om duda Damar.

Sesampainya di depan rumah om duda, Alina baru ingat kalau dirinya sama sekali tidak membawa oleh-oleh. Bagaimana dia mau menjenguk kalau buah tangan aja dia tidak membawa. Alina sempat turun dari mobil dan berniat membuka pagar rumah on duda. Tapi ingatannya tentang buah tangan membuat Alina berbalik untuk pergi ke supermarket sebentar.

"Ngapain kamu balik lagi?"

Belum Alina membalikkan badan, ada suara bariton khas terdengar dibelakangnya. Suaranya sangat tegas dan menuntut jawaban.

"Mau kemana lagi?" Tanya suara itu lagi.

Mendengar pertanyaan kedua, Alina semakin takut untuk membalikkan badannya.

"Iiih, katanya sakit. Terus kenapa sekarang dia bisa diluar rumah sih? Tau gitu kan aku gak perlu tuh repot-repot kesini. Oh iya kan dia udah dirawat sama perawat spesial, Erika. Yha pasti udah sembuhlah. Bisa-bisanya aku khawatir sama keadaannya. Alina aaaah, kok bisa gak kepikiran sih?" Gerutu Alina dalam hati.

"Masuk!" Perintahnya.

Dengan pasrah Alina membuka pagar rumah Damar. Dia sudah tidak bisa menolak perintah Damar. Alina terlalu takut mendengar suara Damar yang masih bernada tegas, menuntut tapi tetap dingin.

Alina bernalan masuk ke dalam rumah Damar tanpa henti. Lagian bagaimana bisa berhenti kalau Damar berjalan dibelakangnya dengan jarak tidak sampai dua jengkal. Bisa-bisa mereka bertabrakan kalau Alina menghentikan langkahnya. Dan Alina tidak mau itu. Alina masih marah sama si om duda beranak tiga itu.

Beberpa langkah kemudian si om memberikan intruksi. "Naik, terus masuk ke kamar saya."

Alina berhenti mendadak lalu berbalik.

"Ngapain-" suara alina tercekat di tenggorakan karna saat dia berbalik kebelakang Alina sudah membentur dada Damar.

Damar tidak membiarkan Alina lama-lama disana. Sepertinya Damar juga masih menyimpan marah ke Alina. Buktinya dengan posisi sedekat itu Damar malah memisahkan diri dengan cepat. Lalu menarik tangan Alina untuk mengajaknya ke kamar Damar.

Damar segera mengunci kamarnya dan menyeret Alina untuk duduk di kasurnya. Sedangkan Damar berdiri didepannya seakan sedang menyidang anak yang ketahuan mencuri uang papanya.

"Siapa yang bolehkan kamu bawa mobil?"

Alina mendongak menatap marah Damar. Kalau memang tidak boleh kenapa Damar tidak menjempunya dan malah keasikan bersama Erika di rumah.

"Terus apa bedanya kamu yang keasikan berdua di rumah sama Erika? Seneng yha udah dirawat sama Erika? Sekalian aja tuh lamar dia. Kita udahan aja deh."

"ALINAAAA!!!!"

See you di next part

Yhaaa

.

.

Terimaksih udah baca yha

Stepmother Wannabe (Miss Nyinyir)Where stories live. Discover now