Part 20.3

9K 542 29
                                    

Haiiii Alina dataaang

Semoga kalian suka ceritanya yhaa

Selamat membacaa

Part 20.3

Alina dan Damar sudah berada di rumah Damar. Alina memutuskan untuk ikut ke rumah Damar dulu sebelum pulang karena calon mertuanya itu merengek. Katanya dia kangen dengan calon menantu yang masih belia itu, mumpung mamanya Damar ada di rumah Damar.

Alina memang sangat disayangi dan dijaga calon mertuanya. Setelah mama Damar mendapati anaknya seenaknya mencium dahi Alina, mama Alina semakin gencar menanyakan hubungan anaknya. Bahkan papa Damar sudah memberi ceramah panjang lebar mengenai batasan sebuah hubungan sebelum menikah. Papanya juga menawarkan sebuah hubungan baru, seperti hubungan Ta'aruf tanpa perlu ada banyak pertemuan Damar dan Alina. Kemudian Damar menolaknya, bukan karena dia tidak percaya dengan aturan yang sudah ditentukan Tuhannya, tapi dia belum mampu untuk berjauhan dengan Alina.

Otaknya terus membayangkan bahwa Alina akan mudah meninggalkannya jika Damar tidak memenuhi hari Alina dengan dirinya. Alina masih remaja dan Damar takut hati Alina mudah berubah. Sungguh Damar bersyukur Alina sudah mencintainya, tapi hal itu juga harus terus dijaga dan lelihara.

"Jadi udah diurus semua, sayang? Papanya Damar tadi tanya"

Alina dan mama Damar sedang duduk santai di sofa ruang keluaga. Sedang Damar masih di kamarnya untuk mandi sore. Disya dan Deno masih ada les piano di lantai atas lalu Dendi masih asuik di kamarnya dengan mainan baru yang dibelikan Damar.

"Tadi cuman meeting awal mah. Tapi sebagian besar udah diomongin. Tempat udah dapet, terus minggu depan mau test food. Mama ikut?"

"Mau lah. Nanti mama ikut. Kita makan banyak nih, Na." Mama Damar dan Alina tertawa. Ini memang salah satu hal yang dirunggu-tunggu oleh calon mempelai pengantin dan keluarga. Makan besar dengan nama test food. "Oh yha, Alina udah makan sayang?" Kemudian mama Damar ingat kalau ini sudah menjelang malam. Dia khawatir kalau anaknya lupa memberi makan anak orang.

"Udah ma. Tadi diajak mas Damar makan dulu. Ke nasi padang kesukaannya. Rumah makan di depan perumahan depan tuh ma. Mama juga aku bungkusin, mama suka rendang kan? Aku pilihin rendang sama paru sapi. Buat anak-anak aku pesenin ayam pop."

"Iih, kamu kok masih ingat sih kesukaan mamah. Mantu kesayangan banget hahahaha." Alina tersenyum menanggapi mama Damar.

"Eh, Damar masih suka curi-curi cium ke kamu enggak, sayang?" Yah, ini pertanyaan memalukan bagi Alina. Seperti maling yang ketahuan mencuri lalu kejadian itu terus-terusan diingatkan oleh orang yang memergoki. Pertanyaan itu seperti pertanyaan "apa kamu mencuri hari ini?". Sangat memalukan!

Alina menunduk malu. Bagaimana cara memjawab pertanyaan itu? Sungguh yang ada di otak Alina hanyalah potongan-potongan kejadian itu. Hal ini malah membuat wajah Alina semakin merona karena malu.

"Kok malah malu gitu, sayang. Gimana masih suka curi-curi cium kamu? Nanti kalau masih tetep curi-curi cium ke kamu, biar Damar mamah jewer lagi. Kalau perlu nanti mama pingit itu Damar."

"Kok malah mas Damar yang di pingit mah?" Alina mendongak. Kenapa jadi mas Damar dipingit? Kalau dipingit kapan dia bertemu dengan Damar?

"Hahahaha iya juga, Damar kan harus kerja. Masa iya harus di rumah aja. Terus dia suka jahat enggak sama kamu?"

"Enggak mah. Mas Damar baik cuman kadang-kadang nyebelin. Mamah gak marah kan kalau aku bilang mas Damar nyebelin?"

Mama Damar tertawa keras mendengar jawaban calon menantunya. Tentu saja dia tidak akan memolak kalau Alina menyebut Damar sebagai manusia yang menyebalkan. "Hahahaha. Mama sih malah heran kalau kamu gak ngomong dia nyebelin. Damar itu emang gayanya nyebelin tapi kadang juga baik. Mama juga sering sebel sama dia."

Stepmother Wannabe (Miss Nyinyir)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ