Part 19.2

9.4K 608 28
                                    

Haiiiii



19.2

"Kalau udah gini mami Alina mau dong dicepetin akat nikahnya?" Alis Damar naik turun membuat Alina yang awalnya tersipu menjadi berang.

"Iih, ngomong apaan sih! Udah ah, malah ngelantur, aku pulang aja." Sungut Alina kembali nampak. Otaknya sudah kembali mengingat semua kelakuan menyebalkan Damar. Lupa sudah kalau beberapa detik yang lalu pipi Alina bersemu merah karena gombalan Damar.

Alina menegakkan kepalanya. Pelan-pelan tangannya mengangkat kepala Disya yang tertanam rapat di bahunya. Sebenarnya Alina tidak tega. Duo krucil bari saja terlelap setelah banyak mengoceh dari pagi tadi. Tapi apalah daya Alina, kalau tidak segera pulang Alina bisa terperangkap oleh gombalan Damar.

Mata Damar menangkap gerakan Alina. "Eh, kok pulang. Itu anak-anak bisa bangun kalau kamu banyak gerak. Udah jangan banyak gerak." Buru-buru Damar mendorong pelan bahu Alina agar kembali pada posisi tiduran.

"Kalau gitu om keluar aja. Lagian belum mukhrim, main cium-cium aja!" Alina mencebik karena Damar tidak menyetujui idenya.

"Loh kok jadi marah-marah?" Damar terkekeh kecil melihat tampang tunangan ABGnya.

"Pokoknya keluar aja!" Alina semakin sebal melihat reaksi Damar.

"Iya deh, aku keluar. Tapi benta-"

CUP

Bukannya menyelesaikan kalimatnya, Damar malah kembali mencium sembarang puncak rambut Alina.

"Damar!" Bukan, ini bukan suara Alina.

"Mama?" Damar menoleh ke belakang dan mendapati mamanya disana. Ini suara mama Damar. "Mama kok disini?" Damar bertanya lagi. Heran dengan keberadaan mamanya yang nyelonong masuk ke kamar duo krucil. Padahal mamanya tau kalau Damar dan Alina sedang quality time dengan duo krucil.

Alina sedikit mendongakkan kepalanya, membenarkan pengelihatan Damar. Apa benar itu mamanya Damar. Bisa mampus. Sumpah demi Tuhan yang Maha kuasa, ini hal yang sangat memalukan. Dicium sekali oleh bukan suaminya saja Alina sudah merasa berdosa apalagi berkali-kali. Alina ingat pengajian pagi yang biasa diikutinya di Jumat pagi di sekolah. Yha Tuhan, Alina janji ini tidak akan terjadi lagi.

"Iya kenapa? Itu siapa yang udah kasih izin buat cium-cium calon mantu mama?" Mama berjalan cepat ke arah Damar sambil menahan suaranya agar tidak terlalu tinggi. Mama Damar tahu kalau cucu-cucunya sedang tidur siang.

"Aduh!!" Danar mengaduh. Mamanya menarik kencang salah satu telinganya. Reflek tangannya menarik tangan Mama yang menjewer telinganya, tapi tangan mama lebih kuat. "Udah mah! Mama apaan sih." Damar menggerutu sebal. Bagaimana bisa dia dijewer didepan Alina. Bisa turun pamor Damar.

Alina hanya mengerjap beberpakali. Bingung dengan apa yang didepannya. Sudah malu, takut, ibu-anak itu sekarang menunjukkan pemandangan aneh. Biasanya kan Alina yang dijewer Damar, ini kok bisa yha Damar yang dijewer mamanya. Bisa nggak momen ini divideo aja?

"Enggak. Ini harus mana lurusin." Mama berjalan mendekati tempat tidur. "Ini pasti Damar yha yang cari kesempatan yha, Na?"

"Mama.." Alina belum mengiyakan, tapi mamanya langsung menyambarnya lagi.

"Udah berapa kali Damar berani cium kamu?" Mama duduk disebelah Deno, lalu mengusap pelan puncak kepala Alina.

"Eeh.." Alina bingung. Berapa kali yha? Dalam hati Alina menghitung kesalahan Damar itu tapi kalau Alina jujur, Alina takut kalau mama Damar akan bercerita ke papanya. Bisa gawat. Alina bisa dipaksa nikah cepat.

Alina menggeleng gusar. Merutuki kelakuan Damar yang terlalu sembrono. Alina takut apa yang ada dipikirannya benar-benar terjadi.

"Nanti biar mama jewer itu telinganya lagi." Mama Damar melirik sebal ke arah Damar. Ini sebenarnya mamanya Damar atau mamanya Alina sih? Damar bingung. Kenapa jadi dia yang kena semprot. Untung aja anak-anaknya masih belum terusik. Kalau tau papanya sedang dijewer mamanya, runtuh sudah semua wibawa Damar.

"Damar harus tanggung jawab. Pernikahan kalian harus dipercepat!" Alina membelalak mendengar mama Damar. Mana bisa dipercepat? Alina baru akan kuliah. Ini benar-benar big NO!

"Ma, Alina baru masuk kuliah."

"Iya enggak apa. Kalau gini terus, kamu bisa rugi lho Na. Mama gak yakin kalau Damar itu gak main curi-curi. Mama yakin deh, setiap detik otaknga duda lapuk itu pasti mikirin gimana cari untung. Yha kan Mar?"

"Mama!"

.

.

.

"Oke, aku bakal nunggu kamu liburan semester satu. Inget! Semester satu yha. Enggak ada lagi acara mundur-mundurin tanggal."

"Iyaa.."

"Iya apanya?"

"Iya, liburan semester satu nikahnya."

"Aku pegang janjimu."

"Yha kan aku juga gak tau kalau tiba-tiba hatiku dibalik sama Tuhan."

"Ooh, mintanya ijab kabul sekarang? Nantang?"

"Loh kok gitu. Enggak-enggak. Drari awal kan rencananya liburan semester satu. Kamu tuh yang asal ngebut aja."

"Awas aja kalau kamu punya gebetan. Inget itu di jari kamu ada cincin tunangan kita."

"Yha kamu juga! Tante-tante diluaran sana kan pinter banget kalau mau goda-goda. Kalau kamu meleng sedikiiit aja, udah deh babay acara nikahannya. Aku juga bisa cari temen hidup yang lain."

"Ciee cemburu yha? Takut aku direbut orang yha?"

"Aah, tauk!"

Alina menggeser gambar telfon merah yang ada di layar telpon pintarnya. Hari pertama Alina resmi jadi mahasiswa sudah diingatkan masalah pernikahan. Tolong yha, itu kan masih jauh. Masih belum masuk dalam agenda untuk dipikirkan lah.

"Jadi liburan semester satu?" Daren. Sahabat Alina sewaktu SMP itu kembali satu kelas dengan Alina. Alina dan Daren sama-sama diterima di jurusan Manajemen di sebuah universitas negeri bergengsi di Indonesia.

Mereka baru tau saat sama-sama mengikuti masa perkenalan lingkungan kampus. Untung saja ada Daren yang menemani dalam masa-masa menjengkelkan dan melelahkan itu. Kalau tidak mungkin Alina sudah menyerah dan memilih untuk langsung bergabung saat kelas perkuliahan dimulai.

"Apa kabar kuliah kalau sekarang udah diteter sama jadwal nikahan." Gerutu Alina sambil menyendok sambal bakso di depannya. Mengisi jam istirahat mereka lebih memilih untuk makan bakso di kantin. Hanya ini yang bisa dilakukan di jam-jam mepet antar jam mata kuliah.

"Kalau si om enggak mau nunggu, sama gue aja kali Na."

"Apaan. Enggak lah. Itu deretan cewek kamu mau ditaroh mana? Diloakin semuanya?"

"Ck, yha enggak lah. Langsung aku buang ke tong sampah!"

"Udah deh, itu bakso buruan dimakan. Keburu aku yang habisin nih."

"Gue lupa kalau ada tikus. Gue jaga deh mangkok gue!"

"Ck, mulut lo!"

"Si om tau kalau kita sering makan bareng?"

"Enggaklah. Bisa keluar asap itu kepalanya. Mas Damar emang suka gitu. Padahal ini cincin udah aku pakek kemana-mana. Aku juga enggak pernah nyeleweng, tapi tetep aja  aku masih sering dicek sana-sini."

"Dia belom pernah tuh ke kampus."

"Yha kali dia gak kerja? Lo pikir si Damar itu yang punya kantor?"

"Lah didoain dong."




Babay

See you soon yhaa

Makasih udah baca

Makasih udah vite jugaa

Stepmother Wannabe (Miss Nyinyir)Where stories live. Discover now